Sajak Bagong
bagong namanya
tantanglah berkelahi
kepalamu pasti dikepruk batu
bawalah whisky
bahumu pasti ditepuk-tepuk gembira
ajaklah omong
tapi jangan khotbah
ia akan kentut
bagong namanya
malam begadang
subuh tidur bangun siang
sore parkir untuk makan
awas jangan ngebut di depan matanya
engkau bisa dipukuli
lalu ditinggal pergi
ya, ya bagong namanya
bagong ya bangong
tapi bagong sudah mati
pada suatu pagi
mayatnya ditemukan orang
di tepi rel kereta api
setahun yang lalu
ya, ya setahun yang lalu
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Bagong" karya Wiji Thukul adalah sebuah ungkapan puitis yang menggambarkan ketidaksetaraan sosial, kritik terhadap politik, dan penghormatan terhadap individu yang dianiaya dan menghadapi kekerasan. Puisi ini menggunakan bahasa yang lugas dan nyaris sarkastik untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Penggambaran Bagong: Dalam puisi ini, "Bagong" digambarkan sebagai karakter yang tampil kasar dan kasual. Ia adalah simbol individu biasa yang hidup di jalanan, menghadapi kenyataan keras dan tantangan kehidupan yang tak selalu adil. Bagong menghadapi situasi sulit dan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya.
Pertentangan dan Kekerasan: Puisi ini merujuk pada "berkelahi" dan "kepruk batu" sebagai simbol pertentangan dan kekerasan yang dihadapi oleh individu seperti Bagong. Ini menggambarkan bagaimana mereka yang memiliki posisi lemah seringkali diperlakukan dengan kejam dan tidak adil oleh pihak-pihak yang lebih kuat.
Kehidupan Malam dan Pagi: Puisi ini merujuk pada kehidupan Bagong yang tidak terstruktur dan berantakan, dengan "begadang" pada malam hari, "tidur bangun siang," dan "sore parkir untuk makan." Gambaran ini menyoroti kehidupan yang tidak teratur dan ketidakpastian dalam kehidupan sehari-hari.
Pemilu dan Politik: Penyair mengkritik pemilu dengan mengatakan bahwa "pemilu kemarin besar jasanya," mengacu pada janji-janji kosong yang sering dibuat oleh politisi pada saat kampanye pemilu. Namun, puisi ini menggambarkan bagaimana individu seperti Bagong seringkali ditinggalkan dan diabaikan setelah pemilu selesai.
Kehilangan dan Penghargaan: Puisi ini mencatat kematian Bagong dengan nada sedih dan penghormatan. Meskipun Bagong adalah sosok yang kasar dan kacau, puisi ini mengakui bahwa ia juga manusia dengan pengalaman dan perasaan. Penggambaran "mayatnya ditemukan orang / di tepi rel kereta api" mengingatkan kita pada kekerasan dan ketidakkeadilan yang bisa dialami oleh individu seperti Bagong.
Puisi "Sajak Bagong" karya Wiji Thukul menggambarkan kehidupan keras dan ketidaksetaraan sosial yang dihadapi oleh individu yang terpinggirkan. Puisi ini memberikan suara pada mereka yang seringkali tidak mendapatkan perhatian dalam masyarakat dan menyuarakan kritik terhadap sistem politik yang kadang-kadang membiarkan individu seperti Bagong terlupakan.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).