Puisi: Saat Shalat Subuh (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Saat Shalat Subuh" karya Abdul Wachid B. S. menggambarkan kedalaman hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara suami ..
Saat Shalat Subuh

seorang imam terlupa ayat yang
mengingatkan bacaan dengan
fasih istrinya di makmuman
dengan segala hormat dan kasih-sayang

aku teringat kepadamu yang
aku tersengat khilaf salah
kata-kata menyileti hatimu pasrah
berserah kepada imam yang

membawa sajadah kau aku
melayari hari-hari sampai ke tanah beku
lidah kaku dan semua anggota badan
memberi kesaksian kepada hyang

untuk cinta tidak ada harga diri
tersebab tak ada lagi diri
yang ada hanyalah kau aku
yang kembali menyatu satu

seorang suami terlupa kiblat yang
mengingatkan jalan pulang
kasih istrinya kembali ke rumah hati

segala dan semua dimulai
dan di akhiri di sini
di dalam puisi subuh hari.

Yogyakarta, 29 Juni 2014

Analisis Puisi:

Puisi "Saat Shalat Subuh" karya Abdul Wachid B. S. menyelami kedalaman hubungan antara spiritualitas dan kehidupan sehari-hari, dengan menyoroti momen-momen sederhana namun penuh makna dalam kehidupan suami istri, serta refleksi internal yang muncul saat beribadah, khususnya dalam shalat subuh. Puisi ini menggambarkan suasana yang khidmat, penuh perasaan, dan menghargai ikatan batin antara manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan pasangannya.

Tema

Tema utama puisi ini adalah spiritualitas dalam kehidupan rumah tangga. Penyair menggunakan momen shalat subuh sebagai metafora untuk menggambarkan hubungan yang mendalam antara suami dan istri, serta pengingat akan kesalahan dan ketidaksempurnaan manusia yang berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan. Puisi ini juga berbicara tentang kesadaran diri, keikhlasan, dan penebusan dalam kehidupan sehari-hari, yang dicapai melalui ibadah dan hubungan penuh kasih.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini menyiratkan tentang kerendahan hati dan kesalahan manusia. Dalam puisi ini, terdapat gambaran seorang imam yang terlupa membaca ayat dengan fasih, yang menggambarkan ketidaksempurnaan dalam ibadah, namun tetap disertai dengan kasih sayang dan penghormatan dari makmum. Ini bisa dipahami sebagai gambaran bahwa dalam kehidupan, kita sering kali terlupa atau melakukan kesalahan, namun cinta dan kasih sayang adalah jalan untuk memperbaikinya, dan Tuhan selalu memberi kesempatan untuk kembali kepada-Nya.

Puisi ini juga berbicara tentang penyatuan dua individu dalam kehidupan rumah tangga, yang disimbolkan melalui peran suami dan istri yang saling mengingatkan dan memberikan dukungan satu sama lain. Pada bagian akhir, saat disebutkan "untuk cinta tidak ada harga diri, tersebab tak ada lagi diri," hal ini menegaskan bahwa dalam cinta sejati, kedua belah pihak menyatu tanpa ada ego, saling menyerahkan diri sepenuhnya.

Puisi ini bercerita tentang hubungan suami istri dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali dipenuhi oleh kesalahan dan keterlupaan, namun tetap didasari oleh kasih sayang dan pengertian satu sama lain. Momen shalat subuh menjadi metafora yang mendalam, di mana dalam ibadah itu tercermin keikhlasan dan kedekatan batin antara pasangan, serta pengingat akan kesalahan yang perlu diperbaiki. Penyair menggambarkan hubungan ini tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual, di mana cinta dan pengertian mengalir tanpa syarat.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa khidmat, penuh pengertian, dan penuh kasih. Ada kedamaian yang hadir dalam setiap kata dan peristiwa yang digambarkan, meskipun ada kesalahan yang dilakukan oleh imam dan suami. Suasana ini membawa pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan pasangan, serta bagaimana keduanya saling berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Momen shalat subuh menjadi refleksi ketenangan hati dan pikiran, meskipun dalam perjalanan hidup, kita sering kali terlupa dan melakukan kesalahan.

Imaji

Imaji yang hadir dalam puisi ini sangat kuat dan menyentuh.
  • Imaji keagamaan: "seorang imam terlupa ayat yang mengingatkan bacaan dengan fasih" menggambarkan momen ketidaksempurnaan dalam ibadah yang tetap diliputi oleh rasa kasih dan hormat.
  • Imaji hubungan suami-istri: "istrinya di makmuman dengan segala hormat dan kasih-sayang" menciptakan gambaran yang mendalam tentang hubungan yang saling mendukung dan penuh pengertian.
  • Imaji spiritual: "lidah kaku dan semua anggota badan memberi kesaksian kepada Hyang" menggambarkan momen introspeksi dalam ibadah, di mana tubuh dan jiwa menghadap Tuhan dalam keadaan yang lebih berserah dan penuh ketulusan.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkaya makna dan nuansa dalam setiap barisnya.
  • Metafora: "lidah kaku dan semua anggota badan memberi kesaksian kepada Hyang" adalah gambaran yang dalam, di mana tubuh berfungsi sebagai saksi dari ketulusan dalam ibadah dan cinta.
  • Antitesis: "untuk cinta tidak ada harga diri, tersebab tak ada lagi diri" menggunakan kontras antara "harga diri" dan "tak ada lagi diri" untuk menunjukkan bagaimana dalam cinta sejati, ego atau individualitas diri akan hilang, dan yang ada hanyalah rasa cinta yang saling melengkapi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang disampaikan dalam puisi ini adalah tentang keikhlasan dalam cinta dan ibadah, serta bagaimana kita harus menerima ketidaksempurnaan diri dalam proses menuju kedamaian batin. Puisi ini mengajarkan kita untuk memahami dan menerima kekurangan pasangan kita tanpa mengutuk atau menyalahkan mereka, melainkan dengan penuh pengertian dan kasih sayang. Ia juga mengingatkan kita bahwa dalam setiap ibadah dan kehidupan, kita tidak akan selalu sempurna, namun cinta yang tulus akan membawa kita kembali ke jalan yang benar.

Puisi "Saat Shalat Subuh" karya Abdul Wachid B. S. menggambarkan kedalaman hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara suami dan istri. Melalui momen ibadah shalat subuh, penyair menyoroti kekurangan dan kesalahan manusia yang tetap disertai dengan cinta dan kasih sayang, baik dalam konteks hubungan keluarga maupun dalam spiritualitas. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keikhlasan, cinta yang saling menguatkan, dan bagaimana setiap kesalahan dapat diperbaiki dengan kasih dan pengertian.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Saat Shalat Subuh
Karya: Abdul Wachid B. S.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.