Romusha
tamu bermata buah nyamplung
adalah lelaki penjual bangsa
menegak di ambang pendapa,
-- hai lurah tolol!
romusha yang kaujanjikan
mengapa tidak engkau setorkan?
mulutmu bagai dubur ayam
kalau kini tak ada walau seorang
engkaulah jadi gantinya
rasakan matahari marak tanah Grogot
diseling ayunan rotan
suara bambu disibak
di bawah pohon kalompang
seorang warga desa
yang membantu membuat pagar
dipanggil oleh Ki Lurah,
-- tuan ini butuhkan engkau
untuk dikirim ke negeri orang
di bawah matahari hitam
angin bertiup dari tapih pohon bambu
senyum anak yang kemarin masih ditimang
dengan lagu pak-opak eling
mengintai di sela-sela daunan gersang
saat ia digiring ke kawedanaan
orang-orang yang dijumpa pada mengerti
tapi tak ada yang berani memberi salam
suara hati mereka titipkan
lewat cicit manuk kapas-kapasan
wanita menggendong anak
mengejar dari belakang
dengan tangis puntianak di ujung malam
-- suamiku, dekaplah anakmu walau sebentar!
lantaran nanti pada hari ia bersanding
engkau tak mungkin jadi walinya
lelaki penjual bangsa
muntahkan bahasa petir
daun-daun pun gemetar
laki-laki Madura sejati
tak mudah neteskan air mata
saat ini tercurah juga
-- selamat tinggal isteriku!
kalau kini tak sempat kucium anakku
sehabis alam lebur menjadi abu
ada waktu teramat panjang
buat kita menembang lagu
1970
Sumber: Jalan Hati Jalan Samudra (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Romusha" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema sejarah kelam masa penjajahan Jepang di Indonesia, khususnya tentang romusha, yaitu buruh paksa Indonesia yang dipaksa bekerja di berbagai proyek konstruksi Jepang. Puisi ini dengan kuat menggambarkan penderitaan dan keberanian rakyat Indonesia dalam menghadapi penindasan.
Pesan dan Makna: Puisi "Romusha" memberikan suara bagi penderitaan rakyat Indonesia yang dijadikan romusha oleh penjajah Jepang. Puisi ini mengeksplorasi tema ketidakadilan, penindasan, dan penderitaan manusia yang diabaikan oleh penguasa. Melalui berbagai gambaran yang kuat, puisi ini mengingatkan kita akan pengorbanan dan perjuangan rakyat dalam menghadapi masa penjajahan yang penuh kesulitan.
Bahasa dan Gaya Penulisan: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran-gambaran yang menggelitik untuk menciptakan dampak emosional yang mendalam. Gaya penulisan yang lugas dan tegas menghadirkan ekspresi yang kuat dan jelas dalam menyampaikan pesan puisi.
Puisi "Romusha" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan rakyat Indonesia yang menjadi romusha di masa penjajahan Jepang. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan emosional, puisi ini mengingatkan kita akan sejarah kelam masa lalu dan menghormati pengorbanan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.

Puisi: Romusha
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron (biasa disapa Cak Imron) adalah salah satu penyair ternama di Indonesia, ia lahir di desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ia sendiri tidak mengetahui dengan pasti tanggal kelahirannya.