Analisis Puisi:
Puisi "Percakapan Pohon" karya Joshua Igho adalah puisi bernuansa kritik sosial dan ekologi yang menggambarkan ketidakberdayaan alam di hadapan kerakusan manusia. Dengan bahasa yang lugas dan penuh imaji, puisi ini menghadirkan realitas deforestasi dan eksploitasi sumber daya alam yang semakin mengkhawatirkan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kerusakan lingkungan akibat keserakahan manusia. Puisi ini menggambarkan bagaimana pohon-pohon yang seharusnya menjadi penjaga keseimbangan alam justru ditebang tanpa belas kasihan untuk kepentingan ekonomi.
Makna Tersirat
Puisi ini mengandung makna tersirat tentang eksploitasi alam yang dilakukan oleh manusia demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Beberapa makna yang bisa diinterpretasikan dari puisi ini antara lain:
- Pohon sebagai simbol kehidupan → Pohon yang berbicara dan menangis menggambarkan betapa pentingnya peran alam dalam kehidupan manusia.
- Ketamakan manusia → "Tangan para penjarah" dan "tumpukan harta kepada penguasa" mencerminkan bagaimana eksploitasi alam dilakukan oleh kelompok tertentu yang hanya mementingkan keuntungan.
- Penderitaan lingkungan → "Tangisan pohon" dan "air matanya menganaksungai" melukiskan kesedihan alam akibat tindakan manusia.
Puisi ini bercerita tentang pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang menyebabkan penderitaan bagi alam. Pohon-pohon yang ditebang diibaratkan sebagai makhluk hidup yang bisa berbicara dan menangis, namun tidak memiliki daya untuk melawan ketidakadilan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini suram, penuh kepedihan, dan mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap kerusakan alam. Ada nuansa ketidakberdayaan dan kesedihan yang tergambar dari jeritan pohon serta air mata yang mengalir menjadi sungai.
Imaji
Puisi ini sangat kaya dengan imaji yang memperjelas pesan ekologis yang ingin disampaikan:
- Imaji auditif: "Aku mendengar percakapan pohon" → Memberikan kesan bahwa alam sedang berbicara tentang penderitaannya. "Deru gergaji mesin menenggelamkan tangisan pohon" → Suara gergaji yang keras menutupi jeritan alam yang kesakitan.
- Imaji visual: "Air matanya menganaksungai, panjang" → Gambaran nyata tentang bagaimana pohon-pohon yang ditebang mengalirkan kesedihan mereka dalam bentuk sungai. "Jejak roda-roda besar melintas desa-desa" → Menghadirkan visualisasi kendaraan berat yang merusak tanah dan hutan.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas untuk memperkuat makna dan emosi yang ingin disampaikan:
- Personifikasi: "Aku mendengar percakapan pohon" → Pohon diperlakukan seperti manusia yang bisa berbicara dan merasa cemas akan nasibnya. "Tangisan pohon yang tak mampu meronta" → Pohon seolah memiliki perasaan dan bisa menangis dalam penderitaan.
- Metafora: "Air matanya menganaksungai" → Air mata pohon diibaratkan sebagai sungai yang panjang, melambangkan kesedihan yang mendalam.
- Hiperbola: "Menenggelamkan tangisan pohon" → Memberi kesan betapa kerasnya suara gergaji hingga mampu membungkam kesedihan alam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah kritik terhadap tindakan perusakan alam yang dilakukan oleh manusia tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjangnya. Penyair ingin mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan memahami bahwa eksploitasi yang berlebihan akan membawa kehancuran bagi alam dan kehidupan manusia sendiri.
Puisi "Percakapan Pohon" karya Joshua Igho adalah refleksi terhadap eksploitasi alam dan ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan majas yang menyentuh, puisi ini menggambarkan penderitaan alam akibat kerakusan manusia. Melalui puisi ini, kita diajak untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan menghentikan praktik eksploitasi yang dapat merusak keseimbangan ekosistem.
Karya: Joshua Igho