Puisi: Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik (Karya Hasan Aspahani)

Puisi "Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik" Karya Hasan Aspahani mengangkat tema cinta yang penuh kegelisahan, simbolisme kehidupan, dan ...
Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik
(: M Aan Mansyur)

PADA suatu pagi, dia menjelma jadi burung kecil
Lalu ia terbang dan hinggap di dahan pohon apel

Di situ dia berkicau: tentang cinta yang kacau,

Dia tahu Si Dokter Cantik itu menyimak lagunya, risau,
dari tingkap kamar, hati yang baru saja menguak mata

Ada sebuah apel jatuh, berbekas pagutan kelelawar!

Kelelawar itu terkapar, kematian menjadi sangkar
Seringai taringnya berkata: aku mati tak sia-sia!

*

PADA lain pagi, dia menjelma jadi burung biru,
Dan terbang lalu hinggap ragu di jendela itu…

"Aku mau jadi pasienmu. Beri aku nasihat medis,
untuk derita-hati dan kelainan-jantungku," kata
si burung biru, Si Dokter Cantik tak mendengar

Ia terkurung hingar, pengering rambut menari, di
rambutnya basah, mimpi lebat hujan malam tadi…

Ada lagi buah apel jatuh, menimpa kodok hijau!
Keduanya: apel dan kodok itu, membusuk bersama

*

PADA suatu waktu, ia tak peduli apakah itu pagi
Ia menjadi burung kecil, dengan ekstemporanea,
140 lambang bunyi, menyambung galau jadi medley,
lalu hinggap dari ranting ke ranting pohon apel

Ia mendengar Si Dokter Cantik itu beriang beria

Menyanyikan: biar cinta, biar cinta… Dia lupa,
itu lagu Kahitna atau lirik Katon Bagaskara?

Ketika itu tak ada buah apel yang jatuh lagi...

Analisis Puisi:

Puisi "Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik" Karya Hasan Aspahani mengangkat tema cinta yang penuh kegelisahan, simbolisme kehidupan, dan harapan yang samar. Melalui perumpamaan burung dan apel, puisi ini menggambarkan perjalanan perasaan seseorang yang merindukan perhatian dan pengakuan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah tentang ketidakpastian dalam hubungan dan eksistensi. Penyair menyampaikan bahwa cinta dan harapan bisa berubah seiring waktu, sebagaimana burung yang berubah wujud dan apel yang jatuh lalu membusuk. Ini bisa diartikan sebagai simbol dari perasaan yang tidak terbalas atau cinta yang tidak mendapatkan tempatnya.

Puisi ini bercerita tentang seorang penyair yang menjelma menjadi burung dan berusaha menarik perhatian seorang dokter cantik. Ia mencoba berkomunikasi melalui nyanyian dan simbol-simbol alam, namun upayanya tidak selalu membuahkan hasil. Ada elemen kesedihan dan penerimaan dalam perjalanan cinta dan kehidupan yang digambarkan dalam puisi ini.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis dan penuh refleksi. Ada ketegangan antara harapan dan kenyataan yang tergambar dalam simbolisme burung, apel, dan kematian kelelawar. Nuansa perasaan tak terbalas pun terasa kuat dalam narasi puisi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidaksempurnaan cinta dan kehidupan. Harapan yang tinggi terkadang tidak berbuah hasil, dan seseorang harus menerima kenyataan dengan lapang dada. Selain itu, puisi ini juga menggambarkan bagaimana manusia seringkali terjebak dalam ilusi perasaan mereka sendiri.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual yang kuat, seperti burung yang terbang dan hinggap, apel yang jatuh dan membusuk, serta dokter yang sibuk dengan dirinya sendiri. Semua elemen ini menciptakan gambaran yang jelas tentang suasana dan perasaan dalam puisi.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora, seperti "menjelma jadi burung kecil" yang melambangkan seseorang yang mencari kebebasan atau harapan.
  • Personifikasi, misalnya dalam "pengering rambut menari" yang menggambarkan gerakan alat tersebut seolah-olah memiliki kehidupan sendiri.
  • Simbolisme, di mana apel melambangkan kehidupan dan harapan yang seringkali berakhir dalam kehancuran atau pembusukan.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Penyair, Buah Apel, dan Dokter yang Cantik
Karya: Hasan Aspahani

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.