Analisis Puisi:
Puisi "Nikah Pelacur Tak Punya Tubuh" karya Dorothea Rosa Herliany mengangkat tema pergulatan eksistensial dan spiritual seorang perempuan yang diidentifikasi sebagai pelacur. Puisi ini menggambarkan pencarian makna hidup, cinta, dan keberadaan dalam konteks yang sarat dengan nilai religius dan moralitas yang ambigu.
Makna Tersirat
Puisi ini mengandung berbagai makna tersirat yang bisa ditafsirkan dari sudut pandang spiritual, sosial, dan psikologis. Sosok "pelacur" dalam puisi ini bukan sekadar seorang perempuan yang menawarkan jasadnya, melainkan simbol dari jiwa yang gelisah, terjebak dalam kekosongan dan pencarian makna. Ia ingin merasakan "kenikmatan cinta yang asing" dan "ledakan-ledakan dan derak ranjang yang asing" namun menolak konsep surga, yang bisa ditafsirkan sebagai penolakan terhadap doktrin atau penebusan moralitas yang ditawarkan oleh agama.
Di sisi lain, puisi ini juga mencerminkan keterasingan seseorang dari sistem nilai yang berlaku. Ada penolakan terhadap cinta yang konvensional dan pencarian pengalaman yang lebih mendalam namun tanpa keinginan untuk menerima konsekuensi spiritualnya.
Puisi ini bercerita tentang seorang perempuan yang merasa terasing dalam pencarian spiritual dan cintanya. Ia berbicara kepada Yesus, mencerminkan hubungan yang kontradiktif dengan nilai-nilai religius. Ia mengembara dalam kekosongan, membawa tubuhnya ke berbagai tempat, namun merasa tetap hampa. Ada nuansa pemberontakan terhadap konsep ketuhanan dan pencarian makna hidup yang lebih personal.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Puisi ini menyampaikan pesan tentang keterasingan individu dalam mencari makna cinta dan spiritualitas. Ia menggambarkan betapa kompleksnya hubungan manusia dengan tubuh, nafsu, dan keyakinan agama. Ada pertanyaan yang diajukan tentang moralitas dan nilai-nilai yang sering kali menekan individu, serta keinginan untuk mengalami cinta dalam bentuk yang bebas dari dogma.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji yang kuat dan menggugah, seperti:
- "kutawarkan geliat kekosongan dan dongeng-dongeng cinta" → menghadirkan gambaran perempuan yang menawarkan dirinya dalam kehampaan.
- "di antara suara gumam para pembaca ayat-ayat malaikat dan lonceng-lonceng berkeleneng" → menghadirkan suasana religius yang kontras dengan kebingungan batin sang pelacur.
- "menanam keringat dan gemetar luka yang tumbuh jadi kebun mawar" → melambangkan penderitaan yang bertransformasi menjadi sesuatu yang indah.
Majas
Dorothea Rosa Herliany menggunakan berbagai majas dalam puisinya, antara lain:
- Metafora: "Aku cuma pelacur yang menawar-nawarkan dosa, tapi kusimpan di antara ayat-ayat yang tak pernah dibaca." Kalimat ini menggambarkan kontradiksi antara dosa dan agama sebagai dua hal yang berkelindan.
- Personifikasi: "lembah dan bukit-bukit entah apa yang menelan tubuhku." Menggambarkan betapa dunia seakan tidak memberi tempat bagi eksistensinya.
- Repetisi: Pengulangan frasa "Aku cuma pelacur..." memperkuat penegasan akan identitas yang dilekatkan pada tokoh dalam puisi ini.
Puisi "Nikah Pelacur Tak Punya Tubuh" adalah puisi yang kompleks dan menantang, mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara tubuh, cinta, dosa, dan spiritualitas. Dengan imaji yang kuat dan bahasa yang tajam, puisi ini mempertanyakan nilai-nilai moral yang selama ini dianggap mutlak, serta menampilkan pergulatan seorang perempuan dalam menemukan makna hidupnya.

Puisi: Nikah Pelacur Tak Punya Tubuh
Karya: Dorothea Rosa Herliany
Biodata Dorothea Rosa Herliany:
- Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
- Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.