Analisis Puisi:
Puisi "Nikah Maria" karya Dorothea Rosa Herliany merupakan salah satu karya yang kuat, penuh simbolisme, dan berani dalam mengeksplorasi tema spiritualitas, seksualitas, dan eksistensialisme. Puisi ini tidak hanya menggugah secara emosional tetapi juga menantang batas-batas konvensional dalam representasi keagamaan dan tubuh perempuan.
Tema dan Makna Puisi
Puisi ini sarat dengan makna mendalam yang bisa diinterpretasikan dari berbagai perspektif. Beberapa tema utama yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Tubuh sebagai Wilayah Eksplorasi dan Penderitaan: Penyair menggunakan citra tubuh untuk menggambarkan pergulatan batin dan pengalaman eksistensial. Baris "Tubuhku masih kusisakan bagi seratus peziarah." memberikan gambaran tubuh sebagai tempat yang telah menjadi ruang eksplorasi banyak orang, baik secara fisik maupun simbolis. Dalam konteks ini, tubuh perempuan digambarkan sebagai tempat ziarah, yang mungkin merujuk pada pengalaman historis perempuan sebagai objek dalam berbagai narasi sosial, religius, dan patriarki.
- Relasi antara Seksualitas dan Spiritualitas: Puisi ini menampilkan simbolisme keagamaan yang berkelindan dengan ekspresi tubuh dan sensualitas. Frasa "kulumuri tubuhku dengan anggur dan darah bagi dosa yang sesungguhnya" menunjukkan pencampuran antara simbol sakral (anggur dan darah yang terkait dengan perjamuan kudus dalam Kekristenan) dengan ekspresi tubuh yang mendidih oleh hasrat. Dorothea Rosa Herliany menantang pandangan umum tentang kesucian dengan baris kontroversial "kukecup liang vaginamu yang perawan." Ini bukan sekadar provokasi, tetapi bisa diinterpretasikan sebagai upaya untuk mendekonstruksi konsep keperawanan dan kemurnian yang sering dilekatkan pada figur Maria dalam tradisi Kristen.
- Penderitaan, Penebusan, dan Pemberontakan: Puisi ini penuh dengan referensi religius, termasuk Yesus menyalibku di Golgota tua dan nafsuku padam di Sodom dan Gomora. Ini bisa diartikan sebagai ekspresi penderitaan personal yang disandingkan dengan penderitaan dalam narasi religius. Ada ketegangan antara pasrah dan pemberontakan. Di satu sisi, tokoh dalam puisi ini meminta perlindungan ("Santa Maria, dekaplah tubuh yang mendidih ini."), tetapi di sisi lain, ia juga menolak untuk tunduk sepenuhnya ("Tapi, jangan biarkan jiwaku tua dan padam!").
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini memiliki struktur bebas, tanpa pola rima atau metrum yang kaku, yang memberikan kebebasan dalam menyampaikan makna dengan kuat. Beberapa ciri khas dalam puisi ini adalah:
- Penggunaan Simbolisme Religius: Penyair menggunakan banyak simbol dari tradisi Kristen seperti: Yesus dan Golgota → Merujuk pada penderitaan dan pengorbanan. Sodom dan Gomora → Simbol kehancuran akibat dosa. Santa Maria → Figur keibuan yang sering diasosiasikan dengan kesucian dan pengampunan. Simbolisme ini digunakan bukan dalam konteks religius konvensional, melainkan sebagai sarana eksplorasi terhadap seksualitas dan identitas perempuan.
- Diksi yang Provokatif dan Berani: Dorothea Rosa Herliany dikenal sebagai penyair yang berani dalam mengeksplorasi tubuh dan seksualitas perempuan dalam puisinya. Frasa seperti "kukecup liang vaginamu yang perawan" jelas mengejutkan dalam konteks puisi religius, tetapi justru inilah yang membuat puisi ini kuat dan mengundang refleksi mendalam.
- Nada yang Intens dan Emosional: Nada dalam puisi ini sangat kuat dan intens, mencerminkan pergulatan batin yang mendalam. Mulai dari ketundukan, hasrat, hingga ketegangan eksistensial, semuanya tercermin dalam tiap larik puisi.
Konteks Feminisme dan Dekonstruksi Narasi Keagamaan
Sebagai seorang penyair perempuan, Dorothea Rosa Herliany sering menghadirkan tema-tema yang menantang norma patriarki, termasuk dalam konteks keagamaan.
Puisi ini bisa dibaca sebagai bentuk dekonstruksi terhadap konsep perempuan dalam agama, di mana perempuan sering ditempatkan dalam dua kutub ekstrem: sebagai sosok suci (seperti Maria) atau sebagai sosok yang berdosa (seperti Magdalena atau perempuan dalam Sodom dan Gomora).
Dengan menggabungkan unsur religius dan sensualitas, puisi ini mengusik pemahaman tradisional tentang tubuh dan spiritualitas perempuan, serta menunjukkan bahwa keduanya bisa saling berkelindan, bukan saling meniadakan.
Puisi "Nikah Maria" karya Dorothea Rosa Herliany merupakan karya yang kaya akan simbolisme dan memiliki daya ledak emosional yang kuat. Puisi ini menampilkan tubuh sebagai ruang eksplorasi spiritual dan seksual, mencampurkan imaji religius dengan narasi eksistensial yang mendalam.
Melalui diksi yang provokatif dan penuh simbolisme, puisi ini menjadi refleksi atas hubungan antara seksualitas, spiritualitas, dan perjuangan perempuan dalam menghadapi norma sosial dan religius yang membatasi.
Puisi ini tidak hanya berbicara tentang tubuh, tetapi juga tentang jiwa yang tidak ingin tua dan padam, sebuah perlawanan terhadap keterkungkungan dan pencarian makna yang lebih luas dalam kehidupan.

Puisi: Nikah Maria
Karya: Dorothea Rosa Herliany
Biodata Dorothea Rosa Herliany:
- Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
- Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.