Nelayan
Di kedalaman sepuluh depa
air berpusar pada dasarnya.
Berhenti bersiul!
Di laut banyak pantangnya.
Mereka saling menghitung.
Sekawanan hantu laut.
Saling menyematkan
tanda-tanda pengharapan seperti
bintang jasa para Jenderal.
Berhenti bersiul. Sialan.
Ternyata di bawah dasar berpusar.
Memang. Tapi hanya pusar.
Galilah pusar itu. Suapkan.
Makan anak cucumu. Siulmu.
Tak ada uang kepeng. Modal asing!
Rambatlah semaumu. Kasi makan pusaran.
Jaringmu.
Seekor harimau menerkam. Sialan.
Kita ternyata hanya mampu menggerutu saja
di kedalaman sepuluh depa.
Sumber: Horison (Oktober, 1978)
Analisis Puisi:
Puisi "Nelayan" karya Frans Nadjira adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan kritik sosial. Dengan metafora yang kuat, puisi ini menggambarkan kehidupan nelayan yang penuh tantangan dan ketidakpastian, serta mengkritisi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Tema
Puisi ini mengusung tema perjuangan hidup nelayan dan kritik terhadap ketidakadilan sosial.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini mencerminkan nasib nelayan yang harus menghadapi kerasnya laut, namun juga berhadapan dengan realitas sosial yang tidak berpihak kepada mereka. Beberapa baris yang memperjelas makna ini antara lain:
- "Berhenti bersiul! Di laut banyak pantangnya." → Mengindikasikan bahwa laut bukanlah tempat bermain; ada aturan tak tertulis yang harus diikuti oleh para nelayan untuk bertahan hidup.
- "Tak ada uang kepeng. Modal asing!" → Menyiratkan keluhan terhadap dominasi modal asing yang membuat kehidupan nelayan semakin sulit.
- "Kita ternyata hanya mampu menggerutu saja di kedalaman sepuluh depa." → Menggambarkan ketidakberdayaan nelayan dalam menghadapi realitas yang tidak adil.
Puisi ini bercerita tentang kehidupan nelayan yang penuh tantangan, baik dari segi alam maupun dari sistem ekonomi dan sosial yang menindas mereka.
Imaji
Puisi ini menggunakan banyak imaji visual dan auditif, seperti:
- Imaji visual: "di kedalaman sepuluh depa", "seekor harimau menerkam" → memberikan gambaran yang kuat tentang kedalaman laut dan bahaya yang mengancam nelayan.
- Imaji auditif: "berhenti bersiul", "sialan" → menambah nuansa emosional dan suasana ketegangan dalam puisi.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Majas metafora, seperti "pusar" yang bisa diartikan sebagai kekuatan besar yang menelan kehidupan nelayan.
- Majas personifikasi, seperti "seekor harimau menerkam", yang menggambarkan betapa buasnya tantangan yang dihadapi nelayan.
- Majas repetisi, dalam pengulangan kata "sialan", yang menegaskan rasa frustrasi yang dirasakan oleh nelayan.
Puisi "Nelayan" karya Frans Nadjira menggambarkan kehidupan nelayan yang keras serta kritik terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi. Dengan simbolisme yang kuat, puisi ini tidak hanya merepresentasikan perjuangan fisik nelayan melawan alam, tetapi juga perlawanan terhadap sistem yang tidak berpihak kepada mereka.
Karya: Frans Nadjira
Biodata Frans Nadjira
- Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.