Puisi: Mezbah (Karya Goenawan Mohamad)

Puisi "Mezbah" Karya Goenawan Mohamad menghadirkan suasana yang mencekam sekaligus menggugah perenungan mendalam tentang kehidupan, kematian, dan ...
Mezbah

Mezbah ini sebuah kota
yang tak menyebutkan namanya
seperti kamar mayat
sementara.

Tak ada tempat yang lapang
hanya seseorang bilang,
"kita berkabung, maka kita ada."

Malam pun menemui kurban
di hamparan. Cahaya warna kusta
dan plaza jadi dingin, ketika ajal
memandang

ke paras pertama. ada angin dan api lampu.
Wajah itu pun hanya putih, seakan puru,
dan mungkin maut
tak akan tahu mengapa ruang

dan dinding bergeming, mengapa
lorong ini tak melepas dosa
mengapa yang padam
tak ditinggalkan.

2003

Analisis Puisi:

Puisi "Mezbah" Karya Goenawan Mohamad adalah sebuah karya yang sarat akan makna dan simbolisme. Melalui diksi yang penuh metafora dan kesan melankolis, penyair menghadirkan suasana yang mencekam sekaligus menggugah perenungan mendalam tentang kehidupan, kematian, dan keberadaan manusia di dunia yang penuh tragedi.

Tema

Puisi ini mengangkat tema tentang kematian, kehilangan, dan eksistensi manusia. Mezbah, yang dalam arti harfiahnya merujuk pada altar persembahan atau tempat pengorbanan, digunakan sebagai simbol bagi sebuah kota yang tanpa nama—sebuah tempat yang menggambarkan ketiadaan identitas dan keterasingan. Puisi ini juga mencerminkan suasana duka yang mendalam, seolah-olah menggambarkan kota yang menjadi saksi dari penderitaan manusia.

Makna Tersirat

Puisi ini menyiratkan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi kematian dan kehilangan. Baris "kita berkabung, maka kita ada" menunjukkan bahwa keberadaan manusia sering kali diakui hanya melalui penderitaan dan tragedi. Kematian menjadi bagian dari kehidupan yang tidak bisa dihindari, namun tetap menyisakan pertanyaan yang menggantung. Selain itu, puisi ini juga menyoroti bagaimana sebuah tempat dapat menyimpan sejarah luka dan dosa yang tidak terhapuskan.

Puisi ini bercerita tentang sebuah kota yang diibaratkan sebagai mezbah, tempat korban-korban berjatuhan. Kota ini tanpa nama, menggambarkan suatu keadaan yang bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Gambaran kamar mayat sementara dan suasana duka menciptakan nuansa yang kelam dan misterius. Ada juga refleksi tentang ajal dan ketidakpastian yang mengiringi kehidupan manusia.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini sangat melankolis, dingin, dan penuh duka. Penggunaan diksi seperti kamar mayat sementara, plaza jadi dingin, dan cahaya warna kusta memperkuat kesan kelam yang melingkupi kota yang digambarkan dalam puisi. Ada perasaan keterasingan, seolah-olah kota ini telah ditinggalkan atau hanya menjadi saksi bisu dari tragedi yang terus berulang.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari, dan kehidupan sering kali diwarnai oleh kesedihan dan kehilangan. Selain itu, puisi ini juga memberikan refleksi bahwa sejarah dan tragedi tidak begitu saja menghilang, mereka tetap tinggal dalam ruang dan waktu yang membisu. Manusia sering kali terjebak dalam siklus duka dan perenungan yang terus berulang.

Imaji

Goenawan Mohamad menggunakan imaji yang kuat dalam puisi ini, terutama dalam menggambarkan suasana kota yang dingin dan suram. Imaji visual tampak jelas dalam baris "Cahaya warna kusta dan plaza jadi dingin", yang menciptakan gambaran kota yang muram dan sepi. Selain itu, imaji pendengaran juga hadir dalam ungkapan "kita berkabung, maka kita ada", yang memberikan kesan bahwa duka dan kematian menjadi tanda keberadaan manusia.

Majas

Puisi ini banyak menggunakan majas metafora dan personifikasi. Metafora tampak dalam penggunaan kata Mezbah untuk menggambarkan kota yang penuh dengan duka dan kematian. Personifikasi juga terlihat dalam baris "mengapa lorong ini tak melepas dosa", seolah-olah lorong memiliki kesadaran dan bisa menahan dosa.

Puisi "Mezbah" karya Goenawan Mohamad adalah refleksi yang dalam tentang kematian, kehilangan, dan eksistensi manusia. Dengan gaya bahasa yang simbolis dan penuh imaji, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari keberadaan dan tragedi yang terjadi dalam kehidupan. Kota yang tak bernama dalam puisi ini bisa diartikan sebagai representasi dari dunia yang penuh dengan penderitaan, di mana manusia terus bertanya dan mencari makna dari segala yang terjadi.

Puisi Goenawan Mohamad
Puisi: Mezbah
Karya: Goenawan Mohamad

Biodata Goenawan Mohamad:
  • Goenawan Mohamad (nama lengkapnya Goenawan Soesatyo Mohamad) lahir pada tanggal 29 Juli 1941 di Batang, Jawa Tengah.
  • Goenawan Mohamad adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • MalamTubuhmu yang dibalut kain batik ituSeperti menuturkan sebuah ceritaPada lampu yang redup. RambutmuSeperti datang dari selatanMembawa gamelan yang sayupAngin yang melintasi gor…
  • Biarkan Layar Berkibarbiarkan layar berkibar bersama anginmelambai-lambai di langit lepas karena kemerdekaanseperti perahu-perahu yang melesat di laut bebaslayarnya adalah mata hat…
  • Ada Bom dalam Dirikuakhirnya aku harus menyesalkan diriku ada di sini.di sebuah negeri yang disesaki para pencuri. negeriyang dipimpin perempuan-perempuan persegiempat dan lelaki-l…
  • Pura Ulu WatuSeorang pelancong bergumamUlu Watuberkah di daun batuombak memukul dinding bumiberseru di antara keangkuhan peradabankeheningan tak kembaliSang Wiku mengakhiri perjala…
  • Lagu Siul Bila tidak bersiul barangkali kami sudah lama mati. Kaku. Karena anak terus makan minta jajan, uang sekolah dan satu saat…
  • Penari Kerisyang menikam diri sendiripenuh artiDenpasar, 2003Puisi: Penari KerisKarya: Ngurah ParsuaBiodata Ngurah Parsua:Ngurah Parsua memiliki nama lengkap I Gusti Ngur…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.