Puisi: Menengok Ayah (Karya Ook Nugroho)

Puisi "Menengok Ayah" karya Ook Nugroho menggambarkan hubungan antara seorang anak dengan ayahnya yang telah meninggal, serta refleksi tentang ...
Menengok Ayah

Sudah 20 tahun lebih ayah pindah
ke alamat barunya, sementara kami masih
menetap di alamat lama, yang disebut dunia.
Karena sarana transportasi yang tidak
mungkin, dan kerepotan sehari-hari yang
terus saja bertambah, belakangan ini
kami makan jarang datang menengok ayah.
Kalau datang berkunjung biasanya kami
bawakan untuknya beberapa tangkai anggrek
ungu dan kembang sedap malam kesukaannya.
Tidak lupa juga sekuntum doa, tanda cinta
dan setia kami yang tak pernah luntur
meskipun tahun dan musim terus rontok
dan robek dari penanggalan. Tapi biasanya
kami lebih sering ketemu tak sengaja
bersapaan di sepi kelokan waktu yang disebut
kenangan. Sejauh yang bisa kami rasakan
ayah kelihatan sehat-sehat saja. Tumor
jahanam yang dulu merongrongnya sudah
tak ada lagi. Kami harap ayah juga betah
tinggal di alamat barunya. Kami tak pernah
sempat menanyakan hal itu padanya, sebab
pertemuan kami biasanya berlangsung singkat
dan terburu-buru. Maklum, namanya juga
tinggal di dunia, selalu ada-ada saja urusan
mendadak yang mengganggu. Ayah juga
pasti mengerti dan mau memaafkan, karena
dulu juga ia selalu direpotkan dengan yang
begituan. Tapi kami sungguh berharap ayah
memang betul sudah hidup bahagia saat
ini. Sudah bisa melupakan sakit hatinya
kepada tetangga sebelah yang menipunya
habis-habisan, juga atasan-atasannya yang
selalu menindas dan menilep kariernya.
Mudah-mudahan ayah juga sudah berhenti
bermusuhan denganMu. Menurutnya dulu
Kau tak serius mengurus nasibnya.

Analisis Puisi:

Puisi "Menengok Ayah" karya Ook Nugroho mengusung tema kehilangan dan kenangan. Puisi ini menggambarkan hubungan antara seorang anak dengan ayahnya yang telah meninggal, serta refleksi tentang kehidupan dan kematian.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah perasaan rindu dan penyesalan yang dirasakan oleh anak terhadap ayahnya yang telah tiada. Puisi ini juga menunjukkan bagaimana kenangan menjadi jembatan emosional antara dunia yang masih hidup dan mereka yang telah pergi. Selain itu, ada juga pesan tentang ketidaksempurnaan manusia, baik dalam hubungan antar sesama maupun dalam hubungan spiritual.

Puisi ini bercerita tentang seorang anak yang mengenang ayahnya yang telah meninggal lebih dari 20 tahun. Karena kesibukan dan tuntutan hidup, mereka jarang menengok ke makam ayahnya. Namun, meskipun jarang berkunjung secara fisik, kenangan tetap menjaga hubungan batin antara mereka. Anak tersebut berharap ayahnya sudah tenang di "alamat baru" dan telah berdamai dengan masa lalunya, termasuk dendam serta kekecewaannya terhadap kehidupan dan Tuhan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini dipenuhi dengan nuansa melankolis dan reflektif. Ada rasa rindu, penyesalan, dan harapan yang bercampur menjadi satu dalam setiap baitnya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Pesan utama dari puisi ini adalah pentingnya menghargai orang-orang terkasih selagi mereka masih ada. Puisi ini juga mengingatkan bahwa hidup di dunia penuh dengan kesibukan yang sering membuat seseorang lalai dalam menjaga hubungan dengan orang yang telah tiada. Selain itu, ada juga pesan tentang pentingnya berdamai dengan masa lalu dan kehidupan setelah kematian.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji visual yang kuat, seperti gambaran "tangkai anggrek ungu dan kembang sedap malam" yang menjadi simbol penghormatan kepada sang ayah. Selain itu, ada juga imaji temporal tentang "musim yang terus rontok dan robek dari penanggalan" yang melambangkan berlalunya waktu dan perasaan kehilangan yang tetap ada meski tahun telah berganti.

Majas

Dalam puisi ini, terdapat beberapa majas yang memperkuat maknanya:
  • Metafora: "alamat baru" yang digunakan untuk menggambarkan makam atau alam setelah kematian.
  • Personifikasi: "tumor jahanam yang dulu merongrongnya sudah tak ada lagi" memberikan sifat makhluk hidup kepada tumor.
  • Hiperbola: "tahun dan musim terus rontok dan robek dari penanggalan" yang memperkuat gambaran waktu yang berlalu begitu cepat.
Puisi "Menengok Ayah" karya Ook Nugroho adalah puisi yang menggugah emosi dengan menggambarkan hubungan antara anak dan ayah yang telah meninggal. Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana reflektif tentang kehilangan, kenangan, serta harapan akan kedamaian bagi mereka yang telah pergi. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang puitis, puisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menghargai orang-orang terkasih selama mereka masih ada.

Ook Nugroho
Puisi: Menengok Ayah
Karya: Ook Nugroho

Biodata Ook Nugroho:
  • Ook Nugroho lahir pada tanggal 7 April 1960 di Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.