Megatruh Solidaritas
akulah bocah cilik itu
kini aku datang kepada dirimu
akan kuceritakan masa kanak-kanakmu
akulah bocah cilik itu
yang tak berani pulang
karena mencuri uang simbok
untuk beli benang layang-layang
akulah bocah cilik itu
yang menjual gelang simbok
dan ludes dalam permainan dadu
akulah bocah cilik itu
yang tak pernah menang bila berkelahi
yang selalu menangis bila bermain sepak-sepong
aku adalah salah seorang dari
bocah-bocah kucel
yang mengoreki tumpukan sampah
mencari sisa kacang atom
dan sisa moto buangan pabrik
akulah bocah bengal itu
yang kelayapan di tengah arena sekaten
nyrobot brondong dan celengan
dan menangis di tengah jalan
karena tak bisa pulang
akulah bocah cilik itu
yang ramai-ramai rebutan kulit durian
dan digigit anjing ketika nonton telepisi
di rumah bah sabun
ya, engkaulah bocah cilik itu
sekarang umurku dua puluh empat
ya, akulah bocah cilik itu
sekarang saya tiba kepada dirimu
karena kudengar kabar
seorang mitra kita mati terkapar
mati ditembak mayatnya dibuang
kepalanya koyak
darahnya mengental
dalam selokan
Solo, 31 Januari 1987
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Megatruh Solidaritas" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan masa kecil dan pengalaman hidup penyair yang penuh dengan kesulitan.
Penggambaran Masa Kanak-Kanak yang Sulit: Puisi ini dimulai dengan penyair yang mengidentifikasi dirinya sebagai "bocah cilik" yang menghadapi berbagai kesulitan saat masih kecil. Dia mencuri uang simbok untuk beli benang layang-layang, menjual gelang simbok, kalah dalam berkelahi, dan selalu menangis saat bermain sepak-sepong. Gambaran ini menciptakan latar belakang tentang masa kanak-kanak penyair yang penuh dengan tantangan dan kecilnya kemungkinan kebahagiaan.
Kondisi Sosial yang Sulit: Puisi ini juga menciptakan gambaran tentang kondisi sosial yang sulit di mana penyair dan teman-temannya harus mengorek tumpukan sampah, mencari sisa kacang atom, dan sisa moto buangan pabrik untuk bertahan hidup. Ini menciptakan gambaran tentang kemiskinan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
Pengalaman Tragis: Puisi ini mencapai puncaknya ketika penyair mendengar kabar tentang seorang mitra mereka yang tewas dalam keadaan tragis. Kepalanya koyak, darah mengental dalam selokan, dan mayatnya dibuang. Ini adalah gambaran yang sangat kuat tentang kekerasan dan penderitaan yang dialami oleh beberapa anggota masyarakat dalam konteks sosial yang keras.
Solidaritas dan Persatuan: Meskipun pengalaman penyair dan teman-temannya di masa kanak-kanak dan dalam kehidupan dewasa mereka mungkin keras dan penuh penderitaan, puisi ini juga mengandung pesan solidaritas dan persatuan. Penyair datang kepada pembaca dengan kata-kata "aku adalah salah seorang dari bocah-bocah kucel." Ini menciptakan ikatan emosional dengan mereka yang memiliki pengalaman serupa dan menekankan pentingnya persatuan dalam menghadapi kesulitan.
Puisi "Megatruh Solidaritas" adalah karya sastra yang menggambarkan pengalaman hidup penyair yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan, terutama pada masa kanak-kanak. Namun, dalam gambaran tersebut, terdapat pesan tentang solidaritas dan persatuan, yang menunjukkan bahwa dalam menghadapi tantangan dan penderitaan, manusia dapat bersama-sama untuk mencapai keadilan dan perubahan. Puisi ini mengekspresikan empati dan kepedulian terhadap kondisi sosial yang sulit dan perjuangan sesama manusia.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).