Puisi: Malam Takbiran (Karya Hasbi Burman)

Puisi "Malam Takbiran 1970" menghadirkan gambaran tentang bagaimana perayaan takbiran menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya yang penuh ...
Malam Takbiran
1970

Sekali-sekali tabuh beduk di kejauhan
dan malam takbiran
Di perkampungan riuh rendah meriam bambu
suara derai angin di rumpun bambu
yang perawan.

Sekali-sekali aku memandang
kembang api bertebaran di bawah awan
ada pacar-pacar kadang-kadang antar makanan
lupis lemang tapai
dan rendang.

Wahai kapan itu terulang lagi.

Koetaradja, 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Malam Takbiran" karya Hasbi Burman merupakan sebuah refleksi sentimental tentang suasana malam takbiran di masa lalu. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun kaya akan nuansa, puisi ini menangkap esensi nostalgia terhadap perayaan Idulfitri yang penuh kehangatan dan kebersamaan.

Tema dan Makna

Puisi ini mengangkat tema nostalgia dan kenangan terhadap suasana malam takbiran di tahun 1970. Penyair mengenang suara tabuh beduk yang bergema di kejauhan, meriam bambu yang ramai dinyalakan anak-anak, serta suasana khas di perkampungan. Dalam larik-lariknya, tersirat perasaan rindu akan masa-masa yang telah berlalu dan kehangatan tradisi yang mungkin sulit ditemukan kembali di era modern.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang sederhana, namun efektif dalam menyampaikan emosinya. Beberapa elemen yang menonjol dalam gaya bahasa puisi ini antara lain:

Penggunaan Imaji Auditori

    • "Sekali-sekali tabuh beduk di kejauhan"
    • "Di perkampungan riuh rendah meriam bambu"
Imaji ini memberikan gambaran suara khas malam takbiran, menghadirkan atmosfer perayaan yang meriah namun tetap religius.

Imaji Visual

    • "Kembang api bertebaran di bawah awan"
    • "Suara derai angin di rumpun bambu yang perawan"
Imaji ini memberikan kesan keindahan malam takbiran yang penuh warna dan alami, menegaskan suasana khas perkampungan dengan segala kehangatannya.

Diksi yang Sederhana namun Puitis

Kata-kata seperti "lupis, lemang, tapai, dan rendang" tidak hanya menggambarkan makanan khas Idulfitri, tetapi juga memperkuat kesan budaya dan tradisi yang melekat dalam perayaan tersebut.

Nuansa Nostalgia dalam Puisi

Larik terakhir "Wahai kapan itu terulang lagi" menjadi puncak dari ekspresi kerinduan penyair. Ada kesan bahwa waktu telah berlalu dan membawa perubahan yang membuat perayaan takbiran di masa sekarang tak lagi sama dengan yang dahulu. Puisi ini bukan hanya sekadar menggambarkan peristiwa, tetapi juga menyentuh perasaan pembaca dengan menghadirkan memori kolektif tentang perayaan yang sederhana namun penuh makna.

Puisi "Malam Takbiran" karya Hasbi Burman adalah puisi yang menyentuh hati, terutama bagi mereka yang merasakan perubahan zaman dan merindukan suasana Idulfitri yang lebih intim dan merakyat. Melalui diksi yang sederhana namun kuat, puisi ini menghadirkan gambaran tentang bagaimana perayaan takbiran menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya yang penuh kehangatan. Dengan nuansa nostalgia yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna kebersamaan dan tradisi dalam perayaan Idulfitri.


Hasbi Burman
Puisi: Malam Takbiran 1970
Karya: Hasbi Burman

Biodata Hasbi Burman:
  • Hasbi Burman (Presiden Rex) lahir pada tanggal 9 Agustus 1955 di Lhok Buya, Aceh Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.