Puisi: Lagu Biasa (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Lagu Biasa" karya Abdul Hadi WM menangkap esensi dari perpisahan yang diam-diam, keterasingan yang tak terhindarkan, serta keindahan yang ...
Lagu Biasa

Musik jazz yang tenang dengan kalimat-kalimat
Chu Yuan yang masih berdebat
Riung Gunung, kabut Puncak dan aku malam ini
Punya langit yang terpejam
Dan bintang-bintang yang menuangkan anggurnya

Kau akan dijemput oleh guide asing itu

Dan aku diam-diam akan pergi melewati
Tengah malam yang larut sebelum kau tahu
Bahwa aku akan mendapatkan batu-batu karang di langit
Lengking Satchmo, telegram singkat dan daun-daun pinus
Pemandangan yang menyayat

Kau akan ditanya oleh guide asing itu

Dan diam-diam bulan akan menyoroti wajahku
Sebelum ia menutup matanya melipat selimutnya dan membelakangi
Awan. Dan mereka akan melukiskan malam seperti ini
Dengan hujan yang mulai turun di sebuah kota
Night Club, losmen dan gang yang menuju ke rumah Fransiska
Sudah lembab dalam langsai Agustus

Aus, dingin, jazz dan engganku berada di udara beku

Dan guide itu menuliskan namamu kembali di agenda biru.

1971

Sumber: Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)

Analisis Puisi:

Puisi "Lagu Biasa" karya Abdul Hadi WM merupakan salah satu puisi yang penuh dengan nuansa melankolis dan atmosfer puitik yang kuat. Melalui rangkaian kata-kata yang kaya akan imaji dan simbolisme, puisi ini menyampaikan kesan keterasingan, perpisahan, dan suasana malam yang penuh renungan.

Tema dan Makna Puisi

Puisi ini memiliki beberapa tema utama yang bisa diinterpretasikan, antara lain:
  1. Perpisahan yang Melankolis: Salah satu hal yang paling menonjol dalam puisi ini adalah nuansa perpisahan yang terasa halus tetapi dalam. Baris "Kau akan dijemput oleh guide asing itu" mengisyaratkan bahwa seseorang akan pergi, sementara sang penyair memilih untuk menghilang secara diam-diam ("Dan aku diam-diam akan pergi melewati tengah malam yang larut sebelum kau tahu"). Kalimat ini menciptakan suasana yang sendu, di mana ada keinginan untuk pergi tanpa harus menciptakan perpisahan yang nyata, seolah perpisahan lebih baik dibiarkan terjadi tanpa harus diucapkan.
  2. Kesunyian dan Keterasingan: Puisi ini juga mengandung perasaan kesendirian yang mendalam. Tokoh dalam puisi ini tampaknya memilih untuk menyendiri dalam suasana yang sepi dan dingin. Misalnya, dalam baris "Aus, dingin, jazz dan engganku berada di udara beku", terdapat perasaan jenuh, kelelahan, dan penolakan terhadap kondisi yang ada. Selain itu, penggunaan latar tempat seperti Riung Gunung, kabut Puncak, serta Night Club, losmen, dan gang yang menuju ke rumah Fransiska menunjukkan perjalanan yang seolah membawa tokoh ke berbagai tempat, namun tetap menyiratkan suasana keterasingan.
  3. Nostalgia dan Keindahan yang Rapuh: Puisi ini penuh dengan gambaran yang menghadirkan keindahan sekaligus kesedihan. Misalnya, metafora seperti "Dan diam-diam bulan akan menyoroti wajahku sebelum ia menutup matanya melipat selimutnya dan membelakangi awan." menghadirkan citra bulan yang personifikatif, seolah menjadi saksi bisu atas peristiwa yang sedang terjadi. Di sisi lain, frasa "Lengking Satchmo, telegram singkat dan daun-daun pinus" menciptakan suasana nostalgia. Satchmo sendiri merujuk pada Louis Armstrong, seorang legenda musik jazz, yang lagunya sering kali melankolis dan penuh emosi.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

Puisi ini memiliki struktur bebas tanpa pola rima yang mengikat, memberikan kesan kebebasan dalam pengungkapan perasaan. Beberapa aspek gaya bahasa yang menonjol dalam puisi ini adalah:

1. Simbolisme yang Kuat

Banyak kata dan frasa dalam puisi ini yang bersifat simbolis, seperti:
  • Musik jazz dan lengking Satchmo → Melambangkan suasana nostalgia dan kesedihan.
  • Guide asing → Bisa diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang membawa tokoh pergi ke tempat yang tidak dikenal, mungkin juga melambangkan takdir atau perubahan yang tak terhindarkan.
  • Agenda biru → Bisa mewakili kenangan yang tetap dicatat, meskipun perpisahan sudah terjadi.

2. Penggunaan Imaji yang Kuat

Penyair menggunakan deskripsi yang sangat visual dan sensorik untuk membangun suasana:
  • Imaji penglihatan: "bintang-bintang yang menuangkan anggurnya", "kabut Puncak", "bulan akan menyoroti wajahku".
  • Imaji suara: "Lengking Satchmo", "telegram singkat".
  • Imaji perasaan: "Aus, dingin, jazz dan engganku berada di udara beku".
Semua imaji ini membangun atmosfer yang suram tetapi tetap puitis, mencerminkan perasaan tokoh dalam puisi.

3. Nada dan Suasana Puisi

Nada dalam puisi ini cenderung sendu, reflektif, dan penuh perasaan kehilangan. Ada perasaan sepi yang melingkupi puisi, yang semakin diperkuat dengan suasana malam dan dingin yang disebutkan berulang kali.

Konteks Kultural dan Filosofis

Abdul Hadi WM dikenal sebagai penyair yang banyak menggabungkan unsur-unsur mistisisme, filsafat, dan budaya dalam puisinya. Dalam Lagu Biasa, meskipun tidak secara eksplisit menampilkan unsur mistisisme, tetap ada kesan perenungan yang mendalam tentang perjalanan, perpisahan, dan eksistensi.

Puisi ini juga mencerminkan pengaruh budaya populer, seperti referensi pada musik jazz dan tokoh Louis Armstrong (Satchmo), yang memperkuat kesan bahwa puisi ini memiliki elemen universal yang dapat dirasakan oleh siapa saja.

Puisi "Lagu Biasa" karya Abdul Hadi WM adalah puisi yang kaya akan simbolisme dan imaji, yang menciptakan suasana melankolis dan reflektif. Melalui deskripsi suasana yang kuat, puisi ini menangkap esensi dari perpisahan yang diam-diam, keterasingan yang tak terhindarkan, serta keindahan yang rapuh dalam kehidupan.

Dengan gaya bahasa yang mengalir bebas dan dipenuhi dengan simbolisme serta referensi budaya, puisi ini menjadi sebuah meditasi puitis tentang perjalanan hidup, kehilangan, dan kenangan yang tetap membekas.

Puisi: Lagu Biasa
Puisi: Lagu Biasa
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Saat-Saat Terakhir Seorang Filosof dalam PenjaraQur'anmalam yang lintas perlahanpintu besi yang berlumutbulan pun menutup muluttengtengtengtiga kali loncengmengucap doadan sunyileb…
  • Nyanyian SenggangSeh Siti JenarHikmati bangkai anjing, buah busuk dan kotoran kerbauHikmati biji-bijian kecil asal yang benarHikmati luka yang tak tampak dan jerit tak terdengarNan…
  • Sajak Gaya LamaDi Makam Seh Siti JenarUsah puja tuak cerlang pernah membakar inisudah tumpah cawan dan darahnya ke bumiPun jangan ikuti jalannya sebarang memarmencari Tuhan bukan m…
  • Z"Gerangan lagu apa?". Laki-laki ituMendengar suara musik dari jauhTak kunjung dekat"Ke tempat itu kamu pergi, Kelana Pandir!"Dia meneguk minuman kerasnyaDan bayang-bayangnya meman…
  • YKita tidak akan bisa tidur kalau tinggal di hotel ituNamun kita akan menuju ke kota itu dan menginapDi hotel yang demikianPelayannya suka mengomel dan mabokPelancong suka singgahH…
  • Dengan Setiap Orang (1)    Setiap orang mengakhiri perjalananya dengan muka tengadah. burung-burung selalu saja lintas di udara dari pohon-pohon lebat dari kenangan. dan …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.