Puisi: Kudengar Jakarta Menyanyi (Karya Yunus Mukri Adi)

Puisi "Kudengar Jakarta Menyanyi" bercerita tentang hiruk-pikuk kehidupan di Jakarta sebagai kota besar yang penuh dengan gemerlap pembangunan, ...
Kudengar Jakarta Menyanyi

Kudengar Jakarta menyanyi. Dalam kereta pagi
Di bawah matahari biru panci. Jakarta menyanyi dalam teater
pembangunan. Gedung bertingkat dan jalan raya. Rumah-rumah maya
Kubaca dalam setiap koran di gerbong klas ekonomi

Senja menendang kakiku di aspal Jakarta
Dengan keringat pengap lagak pengembara kenyang pengalaman
Menanting kopor tua. Sopir oplet menegur membuatnya muak dan bingung

Muak dan bimbang,
Knalpot bus, roda-roda karet mengusir sunyi mengusir burung-burung
Malam terlalu lamban turun. Lampu-lampu cerah menyaingi matahari
Menyaingi masjid dan katedral. Menyaingi doa-doa
Bulan di atas kota terbengkalai sendiri
Berhimpun dengan pengemis-pengemis, gelandangan tak bertuan
Di sini tak ada sepi. Hanya nyanyi

Sumber: Horison (Juni, 1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Kudengar Jakarta Menyanyi" karya Yunus Mukri Adi menggambarkan hiruk-pikuk ibu kota dengan segala dinamika kehidupan urban yang penuh kontradiksi. Dalam puisinya, penyair menghadirkan gambaran Jakarta sebagai kota yang selalu "menyanyi," bukan dalam makna literal, tetapi sebagai metafora dari kebisingan, kesibukan, dan realitas kehidupan sosial di dalamnya.

Tema Puisi

Beberapa tema utama yang terkandung dalam puisi ini antara lain:
  1. Kehidupan Urban dan Modernisasi – Jakarta digambarkan sebagai kota besar dengan gedung-gedung tinggi, jalan raya, dan kehidupan yang terus bergerak.
  2. Konflik Sosial dan Kesenjangan Ekonomi – Terdapat perbedaan kelas yang jelas antara mereka yang hidup dalam kenyamanan pembangunan dan mereka yang bertahan dalam kemiskinan.
  3. Ketimpangan dan Alienasi di Kota Besar – Kota yang terang benderang dengan lampu-lampu modern ternyata juga menyisakan kesepian dan keterasingan bagi mereka yang tidak memiliki tempat di dalamnya.
  4. Perjuangan Kaum Pinggiran – Kehadiran pengemis, gelandangan, dan pekerja kelas ekonomi menggambarkan betapa sulitnya bertahan hidup di kota yang semakin maju tetapi juga semakin keras.

Makna Puisi

Puisi ini memberikan gambaran yang jelas tentang realitas Jakarta yang penuh dinamika.

"Kudengar Jakarta menyanyi. Dalam kereta pagi / Di bawah matahari biru panci."

Jakarta yang "menyanyi" melambangkan kebisingan kota yang tak pernah berhenti, dengan kesibukan warganya yang berjuang sejak pagi hari.

"Senja menendang kakiku di aspal Jakarta / Dengan keringat pengap lagak pengembara kenyang pengalaman."

Kehidupan di kota begitu keras, seakan menendang dan menguji ketahanan penduduknya. Kota ini menjadi tempat bagi para perantau yang harus berjuang untuk bertahan.

"Bulan di atas kota terbengkalai sendiri / Berhimpun dengan pengemis-pengemis, gelandangan tak bertuan."

Meskipun kota tampak megah, kenyataannya masih banyak orang miskin dan gelandangan yang terlupakan. Bulan yang "terbengkalai sendiri" menjadi simbol keterasingan di tengah gemerlap kota.

"Di sini tak ada sepi. Hanya nyanyi."

Jakarta tidak pernah benar-benar sunyi, tetapi suara yang terdengar bukanlah harmoni yang menenangkan, melainkan kebisingan yang terus-menerus mencerminkan hiruk-pikuk kehidupan urban.

Makna Tersirat

Di balik deskripsi tentang hiruk-pikuk kota, terdapat beberapa pesan tersirat yang ingin disampaikan penyair:
  1. Jakarta sebagai Kota yang Penuh Kontradiksi – Kota ini penuh dengan pembangunan, tetapi juga menyisakan ruang bagi kesenjangan sosial dan keterasingan.
  2. Hiruk-pikuk Tidak Selalu Menandakan Kebahagiaan – Meski kota ini "menyanyi," nyanyian itu bukan lagu kebahagiaan, melainkan suara perjuangan, kemacetan, kebisingan, dan kesenjangan sosial.
  3. Keberlanjutan Hidup di Kota Besar – Orang-orang yang datang ke Jakarta membawa harapan, tetapi tidak semua berhasil. Banyak yang tetap terjebak dalam kesulitan hidup di tengah gemerlap pembangunan.
  4. Peran Media dalam Mencerminkan Realitas – Baris "Kubaca dalam setiap koran di gerbong klas ekonomi" menunjukkan bagaimana realitas Jakarta dapat ditemukan dalam berita-berita yang menggambarkan kontras kehidupan kota.
Puisi ini bercerita tentang hiruk-pikuk kehidupan di Jakarta sebagai kota besar yang penuh dengan gemerlap pembangunan, tetapi juga menyisakan ironi sosial dalam bentuk kemiskinan dan keterasingan.

Melalui penggunaan metafora yang kuat, penyair menghadirkan gambaran bahwa Jakarta adalah kota yang sibuk dan tidak pernah tidur, di mana impian dan kenyataan saling bertabrakan. Puisi ini menjadi cerminan dari dinamika kehidupan urban yang terus bergerak, diiringi dengan suara-suara yang membentuk "nyanyian" kota yang tidak selalu merdu bagi semua orang.

Puisi Yunus Mukri Adi
Puisi: Kudengar Jakarta Menyanyi
Karya: Yunus Mukri Adi

Biodata Yunus Mukri Adi:
  • Yunus Mukri Adi lahir pada tanggal 26 Januari 1941.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.