Puisi: Kemah (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Kemah" karya Gunoto Saparie menggambarkan momen-momen ketika seorang penyair merasakan inspirasi di tengah malam di dalam kemah.
Kemah

kudengar ricik air sungai bening
di antara bebatuan dan akar pohonan
kudengar suara kalbu menembang
kinanti indah mengalun di hutan

pada ujung dinihari aku gelisah
terbangun, melongok ke luar kemah
udara sedingin es di dalam kulkas
sebentar lagi cahaya fajar membias

ada ilham sepotong puisi berkelebat
menyeretku untuk segera mencatat
ada kata-kata dan kalimat mengertap
kusimak angin subuh yang selalu meratap...

2021

Analisis Puisi:

Puisi "Kemah" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang menggambarkan momen-momen ketika seorang penyair merasakan inspirasi di tengah malam di dalam kemah.

Setting dan Atmosfer: Puisi ini menghadirkan suasana malam yang tenang dan sejuk di alam terbuka. Terdapat sungai dengan air bening, batuan, akar pohon, dan hutan yang mendamaikan. Atmosfer yang diilustrasikan menciptakan ketenangan dan kerinduan.

Suara Alam: Penyair menciptakan gambaran tentang suara alam yang mengelilingi kemahnya. Suara ricik air sungai dan kalbu yang menembang menghadirkan elemen-elemen alam yang berkontribusi pada momen inspirasi.

Momen Kreatif: Puisi ini menggambarkan momen ketika seorang penyair merasa terinspirasi untuk menulis puisi. Inspirasi datang di tengah malam ketika seorang penyair terbangun dan melihat keluar dari kemah. Ini adalah momen kreatif yang diilustrasikan dalam puisi.

Ekspresi dan Kata-Kata: Puisi ini menyoroti ekspresi emosi dan perasaan seorang penyair. Kata-kata seperti "gelisah," "ilham," "meratap," dan "mencatat" menggambarkan proses kreatif dan bagaimana seorang penyair mencoba menangkap inspirasi yang singgah sejenak.

Kemah sebagai Simbol: Kemah dalam puisi ini bisa dianggap sebagai tempat penyair menemukan kedamaian dan terhubung dengan alam. Ini juga bisa menjadi simbol kerendahan hati, di mana penyair membuka diri pada pengalaman alam yang mendalam.

Subjektivitas Puisi: Puisi ini menggambarkan pengalaman subjektif seorang penyair. Penyair merasakan alam dan inspirasi dengan cara yang unik, dan puisi mencoba menangkap momen-momen ini.

Daya Tarik Alam: Puisi ini menciptakan daya tarik alam yang kuat. Dengan menggambarkan suara air sungai dan keindahan hutan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam dan bagaimana alam bisa menjadi sumber inspirasi.

Makna Mendalam: Meskipun puisi ini tampak sederhana, ia membawa makna mendalam tentang kreativitas, alam, dan momen-momen kecil yang bisa memiliki signifikansi besar dalam kehidupan.

Puisi "Kemah" adalah contoh yang indah tentang bagaimana seorang penyair dapat menangkap momen inspirasi di alam dan mengungkapkannya melalui kata-kata. Ini juga mengingatkan kita akan keajaiban alam dan hubungan erat antara manusia dan alam.

Gunoto Saparie
Puisi: Kemah
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Gunoto Saparie juga sering diundang sebagai pembicara dalam kongres, simposium, dan seminar kesastraan. Ia pun sering membaca puisi di berbagai tempat dan juri lomba literasi yang diadakan lembaga pemerintah maupun swasta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kemahkudengar ricik air sungai beningdi antara bebatuan dan akar pohonankudengar suara kalbu menembangkinanti indah mengalun di hutanpada ujung dinihari aku gelisahterbangun, melon…
  • Api Unggun Malam itu tak ada kemarahan paling sempurna Selain dingin dan gelap yang pekat. Kesepian Mengekalkan suara burung hantu sebagai gerutu Pinus dan tramb…
  • Dalam Kemah Sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori: cinta adalah potongan-potongan pendek interupsi – lima menit, tujuh menit, empat ... Dan aku akan m…
  • Berkemah Di kala musim memotong padi Itulah saat bersuka hati Membuat kemah dari jerami Tempat bermain di malam hari Kita berkumpul keliling api Sambil menjag…
  • Camping Di bawah gunung kesepian bergulung dan memuncak Dan pada hamparan daratan kuabadikan kecemasan Tebing batu cadas dan pinus-pinus yang mendengus Angin men…
  • Obor PerkemahanDi sinilah Tuanku Imam Bonjolbertahan!Obor perkemahanTelah nyala sejak tadiTak mampuMenerangi langit dan bumiKegelapan jalan mendakiMelacak dirimu!Bukit benteng Taja…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.