Puisi: Jenazah Ayah (Karya Alex R. Nainggolan)

Puisi "Jenazah Ayah" mengeksplorasi tema kematian, pemakaman, dan hubungan antara anak dan ayah dengan kejujuran dan keintiman yang menyentuh hati.
Jenazah Ayah
- halasan nainggolan

semestinya aku terus mengangkat kerandamu, ayah. sepanjang waktu. tapi maut selalu menunggu dan tak pernah bisa ditipu. hari rabu 10 juli 2013, di tubir bulan puasa. melewati simpangan kenangan. membasuh lukamu yang acapkali tumbuh. dengan ayat-ayat pesakitan yang lama kautampung. betapa selalu kubangunkan kesadaranmu, setiap kali napasmu sesak atau rasa nyeri yang lama berkawah di badan.

tapi tak kulihat airmatamu. hanya sesak nyali yang membekas di antara jeritan hari terus meranggas. sebab tuhan selalu berkaca, memandangmu di cermin. tanpa mesti ada tanda masjid atau gereja. di sana, doa-doa serupa lagu– yang kerap menidurkanku di terowongan insommnia. acap aku ingin terjaga, seperti detak nadimu.

"aku tidak pernah sakit. nyeri ini belum seberapa," ucapmu menolak amputasi. pun saat angka tensi darah atau kadar glukosa yang terus meninggi. bertahun kaulalui demammu, hingga hangat itu tak lagi rambat di tubuhmu.

dan ajal merupakan hal yang janggal. ada banyak tanda hari yang tak mesti dilepas, semacam subuh yang beku. seperti saat kaulintasi malam-malammu yang terus memberat.

magrib sudah terbuka. lelahmu tiba juga, mata yang mencatat ingatan masa kanakku. dan tangis pecah. langkah tergesa, bayangan ruang icu yang selalu kautakutkan.

"tapi aku tak pernah sakit, anakku." hanya ada bayangan kupu-kupu beku, tak bisa terbang di kepalamu.

*

selang infus merambat lagi. obat yang tersumbat di nadi. rintangan ingatan yang sekejap membatu. gerimis di luar kamar perawatan, cahaya matahari begitu rendah. terasa tubuhmu terbelah. dan dokter cuma bekas tangan yang tak tergapai.

jenazahmu ayah, dipenuhi suara ramai orang mengaji. menyimpan tawarmu, telah kauberikan kegelapanmu dan menjauhi hutan yang dipenuhi para pecundang. berharap sua pada cahaya rindang yang merentang.

setelah ini, aku akan selalu mengusung kerandamu. mencari pemakaman bagi tubuh bekumu. tanpa mesti ada batas yang memberi tanda bagi nisanmu. sebab nisan cuma sebatas nama yang tak pernah selesai dieja. bukan soal muslim atau nasrani. bagi tubuh yang bertahun aku akrabi, di lipatan sunyi. dan tumbuh sebagai bunga yang lain.

Edelweis, 2013

Analisis Puisi:

Puisi "Jenazah Ayah" karya Alex R. Nainggolan menggambarkan perasaan anak yang meratapi kepergian ayahnya dan menghadapi proses pemakaman serta duka yang mendalam. Puisi ini mengeksplorasi tema kehilangan, kesedihan, dan refleksi atas hubungan antara anak dan ayah.

Pemaknaan Kepergian Ayah: Puisi ini mencerminkan pemaknaan yang dalam terhadap kepergian sang ayah. Penyair mengekspresikan kekhawatiran, duka, dan ketidakmampuan untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya telah pergi. Bahkan saat ayah menolak untuk mengakui sakitnya, anak tetap merasakan kehilangan yang mendalam.

Perjalanan Emosional: Melalui perjalanan emosional sang anak, puisi ini menunjukkan bagaimana proses kehilangan seseorang yang dicintai memengaruhi jiwa dan pikiran. Penyair menggambarkan keraguan, ketakutan, dan kebingungan yang dialami anak saat menyaksikan proses pemakaman dan menghadapi kenyataan bahwa sang ayah telah pergi.

Perjumpaan dengan Kematian: Puisi ini menyentuh tema kematian dengan cara yang intim dan penuh refleksi. Penyair menggambarkan momen-momen terakhir ayahnya, perjuangannya melawan penyakit, dan akhirnya perjumpaannya dengan kematian. Bahkan setelah kematian, anak masih merasakan kehadiran ayahnya melalui ingatan dan pengalaman bersama.

Pemakaman dan Penutupan: Proses pemakaman menjadi momen penting dalam puisi ini. Anak berjanji untuk selalu mengusung keranda ayahnya dan mencarikan tempat peristirahatan terakhir. Meskipun tidak ada batasan yang menandai kuburan ayahnya, anak berharap bahwa ayahnya akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan di akhirat.

Hubungan Antara Anak dan Ayah: Puisi ini menggambarkan hubungan yang intim antara anak dan ayah serta perasaan cinta, kehilangan, dan penghargaan yang dimiliki anak terhadap ayahnya. Meskipun ayahnya telah pergi, anak tetap merasa dekat dengannya melalui kenangan dan pengalaman yang mereka bagi bersama.

Puisi "Jenazah Ayah" adalah penggambaran yang dalam dan intim tentang proses kehilangan seseorang yang dicintai dan perjalanan emosional yang dialami oleh anak yang ditinggalkannya. Melalui kata-kata yang penuh dengan rasa dan refleksi, penyair mengeksplorasi tema kematian, pemakaman, dan hubungan antara anak dan ayah dengan kejujuran dan keintiman yang menyentuh hati.

Alex R. Nainggolan
Puisi: Jenazah Ayah
Karya: Alex R. Nainggolan

Biodata Alex R. Nainggolan:
  • Alex R. Nainggolan lahir pada tanggal 16 Januari 1982 di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.