Janganlah Menjadi Politikus Salon
Janganlah menjadi politikus salon!
Lebih dari separo
politisi kita adalah politisi salon
yang mengenal Marhaen
hanya dari sebutan saja.
Apakah orang mengira dapat
menyelesaikan revolusi sekarang ini
meski tingkatannya
tingkatan nasional sekalipun
tidak dengan rakyat murba
Politikus yang demikian itu
sama dengan seorang jenderal
yang tak bertentara
Kalau ia memberi komando
dia seperti orang berteriak di padang pasir
Tetapi betapakah orang dapat menarik rakyat jelata
Jika tidak terjun di kalangan mereka
mendengarkan kehendak-kehendak mereka
menyadarkan mereka akan diri sendiri
membuat revolusi ini revolusi mereka?
Sumber: Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002)
Catatan:
Buku Puisi-Puisi Revolusi Bung Karno (2002) dihimpun oleh Maman S. Tegeg. Maman merangkai tulisan-tulisan (termasuk pidato) karya Bung Karno (yang dikutip dari berbagai sumber) menjadi bentuk sajak/puisi.
Analisis Puisi:
Puisi "Janganlah Menjadi Politikus Salon" karya Bung Karno merupakan kritik tajam terhadap para politisi yang hanya berteori tanpa benar-benar memahami dan memperjuangkan rakyat kecil. Bung Karno menggunakan bahasa lugas untuk menyampaikan pesan bahwa seorang pemimpin harus turun langsung ke tengah masyarakat agar revolusi bisa berjalan dengan sukses.
Tema Puisi
Puisi ini mengangkat beberapa tema utama, yaitu:
- Kritik terhadap Politisi Elit – Bung Karno mengkritik politisi yang hanya berbicara di ruang nyaman tanpa benar-benar berjuang untuk rakyat.
- Keterlibatan Rakyat dalam Revolusi – Rakyat adalah kekuatan utama dalam perubahan, dan revolusi tidak mungkin berhasil tanpa mereka.
- Kepemimpinan Sejati – Seorang pemimpin harus benar-benar dekat dengan rakyat dan memahami kebutuhan mereka.
Makna Puisi
Puisi ini memiliki makna mendalam tentang perjuangan politik yang sejati, yaitu perjuangan yang berpihak pada rakyat dan tidak hanya sebatas retorika.
- "Politikus salon" → Politisi yang hanya berteori di tempat nyaman tanpa terjun langsung ke masyarakat.
- "Jenderal yang tak bertentara" → Seorang pemimpin tanpa dukungan rakyat tidak akan memiliki kekuatan apa pun.
- "Mendengarkan kehendak-kehendak mereka" → Pemimpin harus memahami aspirasi rakyat dan melibatkan mereka dalam perjuangan.
- "Membuat revolusi ini revolusi mereka" → Revolusi sejati adalah revolusi yang digerakkan oleh rakyat, bukan hanya oleh segelintir elite politik.
Makna Tersirat
Di balik makna eksplisitnya, puisi ini juga menyiratkan beberapa pesan penting:
- Kritik terhadap Elite Politik yang Jauh dari Rakyat – Bung Karno menegaskan bahwa politikus sejati harus turun langsung ke masyarakat, bukan hanya berbicara dari balik meja.
- Pentingnya Pemimpin yang Berpihak pada Rakyat – Pemimpin yang hanya memerintah tanpa memahami kondisi rakyat akan kehilangan legitimasi.
- Revolusi Harus Berbasis Kekuatan Rakyat – Perubahan tidak bisa dilakukan hanya oleh segelintir orang; rakyat harus menjadi bagian dari perjuangan itu sendiri.
Puisi ini bercerita tentang pentingnya keterlibatan rakyat dalam revolusi dan kritik terhadap politisi yang hanya berbicara tanpa bertindak.
Bung Karno menekankan bahwa pemimpin sejati harus turun ke tengah rakyat, mendengarkan mereka, dan berjuang bersama mereka. Puisi ini adalah seruan bagi para pemimpin untuk tidak menjadi "politikus salon" yang hanya menikmati kemewahan tanpa benar-benar memahami penderitaan rakyat.
Dengan bahasa yang tegas dan penuh makna, puisi ini tetap relevan hingga kini sebagai pengingat bahwa kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang berpihak pada rakyat.
Karya: Bung Karno
Biodata Bung Karno/Ir. Soekarno:
- Ir. Soekarno (EYD: Sukarno) merupakan Presiden Indonesia (1945-1967).
- Ir. Soekarno, sering disapa Bung Karno, lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Soerabaja, Oost Java, Hindia Belanda.
- Ir. Soekarno meninggal dunia karena gangguan ginjal pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta, Indonesia.