Puisi: Istirahatlah Kata-Kata (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Istirahatlah Kata-Kata" karya Wiji Thukul merenung tentang pentingnya refleksi dan persiapan sebelum mengambil tindakan.
Istirahatlah Kata-Kata

istirahatlah kata-kata
jangan menyembur-nyembur
orang-orang bisu

kembalilah ke dalam rahim
segala tangis dan kebusukan
dalam sunyi yang mengiris
tempat orang-orang mengingkari
menahan ucapannya sendiri

tidurlah kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan

nanti kita akan mengucapkan
bersama tindakan
bikin perhitungan

tak bisa lagi ditahan-tahan

Solo, Sorogenen, 12 Agustus 1988

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Istirahatlah Kata-Kata" karya Wiji Thukul adalah sebuah ungkapan perasaan yang mendalam tentang pentingnya untuk berhenti berbicara, merenung, dan mempersiapkan diri untuk tindakan yang akan datang. Puisi ini mengandung elemen-elemen berikut:

Penolakan Pemahaman Konvensional: Puisi ini dimulai dengan permintaan untuk "istirahatlah kata-kata," mengejutkan pembaca dengan mengabaikan pemahaman konvensional tentang komunikasi dan ucapan. Ini mengisyaratkan bahwa kata-kata tidak selalu cukup untuk menyampaikan pesan atau mengungkapkan perasaan yang mendalam.

Kesunyian dan Refleksi: Penyair mengajak untuk "kembali ke dalam rahim" dan menunjukkan bahwa dalam kesunyian, manusia dapat merenungkan segala tangis, kebusukan, dan ketidaksetujuan yang mungkin mereka alami. Ini adalah momen refleksi yang mendalam di mana seseorang dapat menjalani introspeksi diri dan mendalamkan pemahaman tentang pengalaman hidup mereka.

Mengakui Penolakan dan Ketidakpuasan: Penyair menyatakan bahwa kata-kata perlu "istirahat" karena orang-orang "mengingkari" dan "menahan ucapannya sendiri." Ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap keadaan saat itu dan keinginan untuk mengambil tindakan.

Persiapan untuk Tindakan: Puisi ini mengekspresikan keyakinan bahwa setelah istirahat, mereka akan "bangkit nanti" dan "menghimpun tuntutan-tuntutan" yang mengutamakan orang-orang yang miskin dan yang telah dihancurkan. Hal ini menunjukkan tekad untuk bergerak maju dan mengambil tindakan konkret setelah periode refleksi.

Penegasan Tidak Dapat Ditahan: Penyair menutup puisi dengan menyatakan bahwa kata-kata tidak bisa lagi ditahan. Ini mencerminkan keinginan yang tak terbendung untuk menyampaikan pesan, mengungkapkan perasaan, dan melakukan perubahan.

Puisi "Istirahatlah Kata-Kata" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya yang merenung tentang pentingnya refleksi dan persiapan sebelum mengambil tindakan. Ini mengekspresikan ketidakpuasan terhadap keadaan saat itu dan tekad untuk bergerak maju dalam mendukung mereka yang membutuhkan. Puisi ini menggambarkan perasaan kebangkitan dan ketidakmampuan untuk terus berdiam diri dalam menghadapi ketidakadilan.

Puisi: Istirahatlah Kata-Kata
Puisi: Istirahatlah Kata-Kata
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.