Interferensi Lonceng-Lonceng Mekanik
Sudah kunyanyikan masmur-masmur
Ketika lonceng-lonceng mengeloneng
Dan matahari menjadi kelabu
Ketika Kristus disalibkan.
Namun berdentang-dentang juga
Lonceng mekanika yang seru
menggetarkan saraf-sarafku.
Wahai. Daging darah penebusan
Ting Teng Ting Teng
Wahai. Roti anggur kehidupan
Ting Teng Ting Teng
Wahai. Ting Teng Ting Teng
Ting Teng Ting Teng.
Analisis Puisi:
Puisi "Interferensi Lonceng-Lonceng Mekanik" karya Darmanto Jatman merupakan puisi yang sarat dengan simbolisme religius dan kritik terhadap modernitas. Puisi ini mengangkat tema tentang perubahan zaman, pergulatan spiritual, dan pengaruh teknologi terhadap makna-makna keagamaan.
Tema dan Makna
Puisi ini menggambarkan pergeseran nilai-nilai religius dalam dunia modern yang semakin mekanistik. Penyair mengungkapkan suasana sakral ketika "Kristus disalibkan" dan "masmur-masmur" dinyanyikan, tetapi pada saat yang sama, lonceng-lonceng mekanik turut berdentang, mengganggu kekhidmatan tersebut.
Baris:
Sudah kunyanyikan masmur-masmur
Ketika lonceng-lonceng mengeloneng Dan matahari menjadi kelabu Ketika Kristus disalibkan.
Menggambarkan suasana religius yang penuh kesedihan dan refleksi, seolah-olah penyair berada dalam sebuah prosesi spiritual. Namun, refleksi ini terganggu oleh suara lonceng-lonceng mekanik yang "menggetarkan saraf" penyair, sebagaimana disebutkan dalam larik:
Namun berdentang-dentang juga Lonceng mekanika yang seru menggetarkan saraf-sarafku.
Lonceng mekanik di sini melambangkan modernitas dan industrialisasi yang mengganggu keheningan batin manusia.
Simbolisme dalam Puisi
Puisi ini kaya akan simbolisme yang menggambarkan pertarungan antara nilai-nilai spiritual dan dampak mekanisasi dalam kehidupan manusia. Beberapa simbol penting dalam puisi ini antara lain:
- Lonceng-lonceng – Melambangkan panggilan religius dan spiritual, tetapi juga bisa mewakili gangguan dari modernitas.
- Kristus disalibkan – Mengacu pada pengorbanan dan kesucian dalam iman Kristen.
- Daging darah penebusan dan roti anggur kehidupan – Simbol sakramen Ekaristi yang merupakan inti dari ibadah Kristen.
- Ting Teng Ting Teng – Bunyi repetitif ini dapat diartikan sebagai suara mekanis yang mengganggu atau mencerminkan perubahan ritme kehidupan akibat perkembangan zaman.
Kritik terhadap Modernitas
Darmanto Jatman tampaknya ingin menunjukkan bagaimana modernitas, dengan segala mekanisasinya, telah menginterferensi pengalaman religius manusia. Lonceng yang seharusnya memiliki makna spiritual kini berubah menjadi sekadar "lonceng mekanika" yang tidak lagi memiliki kedalaman batin. Hal ini mengisyaratkan bahwa dunia modern telah kehilangan dimensi spiritualnya dan lebih mengutamakan aspek teknologis serta rasionalitas yang kaku.
Puisi "Interferensi Lonceng-Lonceng Mekanik" merupakan refleksi mendalam tentang pergeseran makna spiritual di era modern. Darmanto Jatman menggunakan simbol-simbol religius untuk menggambarkan bagaimana modernitas telah mengganggu pengalaman batin manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali hubungan antara iman dan teknologi serta bagaimana cara manusia modern mempertahankan spiritualitasnya di tengah dunia yang semakin mekanistik.
Karya: Darmanto Jatman
Biodata Darmanto Jatman:
- Darmanto Jatman lahir pada tanggal 16 Agustus 1942 di Jakarta.
- Darmanto Jatman meninggal dunia pada tanggal 13 Januari 2018 (pada usia 75) di Semarang, Jawa Tengah.