Puisi: Hidayah (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Hidayah" bercerita tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan dalam mencari petunjuk dan kebenaran dalam hidup. Penyair menggambarkan ...
Hidayah

harap-harap cemas antara khaof dengan roja'
aku hanya dapat berusaha dan berdo'a
karena hidayah turun atas ridomu semata

Sumber: Nama dan Makna (1988)

Analisis Puisi:

Puisi "Hidayah" karya Ajip Rosidi merupakan puisi pendek yang sarat dengan makna spiritual. Meskipun terdiri dari hanya tiga baris, puisi ini menggambarkan ketidakpastian, harapan, dan ketergantungan manusia kepada Tuhan dalam mencari petunjuk hidup.

Tema Puisi

Puisi ini mengangkat beberapa tema utama, di antaranya:
  1. Spiritualitas dan Keimanan – Puisi ini menyoroti hubungan manusia dengan Tuhan, terutama dalam konteks memohon petunjuk atau hidayah.
  2. Harapan dan Ketakutan – Dalam kehidupan, manusia berada di antara harapan (roja’) dan ketakutan (khaof), dua konsep utama dalam ajaran Islam.
  3. Ketidakpastian dan Ketergantungan kepada Tuhan – Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, tetapi pada akhirnya segala sesuatu bergantung pada ridha Tuhan.
  4. Doa dan Usaha – Puisi ini juga mengandung pesan bahwa manusia harus berusaha dan berdoa dalam menjalani kehidupan.

Makna Puisi

Puisi Hidayah berbicara tentang pencarian hidayah atau petunjuk Tuhan dalam kehidupan.
  • "harap-harap cemas antara khaof dengan roja’" → Penyair menggambarkan perasaan manusia yang selalu berada di antara khaof (takut akan hukuman Tuhan) dan roja’ (berharap akan rahmat Tuhan). Dua konsep ini menjadi keseimbangan dalam kehidupan beragama: takut untuk berbuat dosa tetapi juga berharap akan ampunan dan petunjuk-Nya.
  • "aku hanya dapat berusaha dan berdo’a" → Manusia memiliki keterbatasan. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah berusaha menjalani hidup dengan baik dan terus berdoa agar mendapatkan hidayah dari Tuhan. Ini mencerminkan konsep tawakal dalam Islam, yaitu berserah diri kepada Tuhan setelah melakukan usaha yang maksimal.
  • "karena hidayah turun atas ridomu semata" → Hidayah atau petunjuk hanya datang jika Tuhan menghendakinya. Tidak ada manusia yang bisa memaksa atau menentukan kapan ia mendapatkan petunjuk. Hal ini menegaskan bahwa hidayah adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dikehendaki-Nya.

Makna Tersirat

Di balik kata-kata yang singkat, puisi ini menyimpan beberapa makna tersirat:
  1. Manusia Tidak Bisa Mengendalikan Segalanya – Meskipun manusia memiliki kehendak bebas, pada akhirnya segala sesuatu bergantung pada keputusan Tuhan. Ini mencerminkan keterbatasan manusia dalam memahami dan mengontrol kehidupannya.
  2. Pentingnya Kesabaran dalam Menunggu Hidayah – Tidak semua orang mendapatkan hidayah dalam waktu yang sama. Ada yang menemukannya lebih cepat, ada yang lebih lambat, dan ada yang mungkin tidak mendapatkannya sama sekali. Oleh karena itu, manusia harus tetap bersabar dan terus berusaha.
  3. Keseimbangan antara Takut dan Harapan dalam Keimanan – Khaof (takut) mencegah manusia dari melakukan dosa, sementara roja’ (harapan) memberikan motivasi untuk terus berbuat baik. Puisi ini menegaskan bahwa iman yang sejati adalah perpaduan antara ketakutan akan murka Tuhan dan harapan akan kasih sayang-Nya.
  4. Kehidupan adalah Perjalanan Mencari Hidayah – Setiap manusia berada dalam perjalanan untuk menemukan kebenaran dan petunjuk hidup. Puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual seseorang yang terus berusaha dan berdoa agar mendapatkan hidayah dari Tuhan.
Puisi ini bercerita tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan dalam mencari petunjuk dan kebenaran dalam hidup. Penyair menggambarkan perasaan cemas dan penuh harapan, karena ia menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sementara hidayah sepenuhnya adalah hak prerogatif Tuhan.

Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keterbatasan manusia dan pentingnya berserah diri kepada Tuhan dalam kehidupan. Pesan utamanya adalah bahwa hidayah tidak bisa dicari dengan paksaan, tetapi harus diupayakan dengan hati yang tulus dan doa yang ikhlas.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Hidayah
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Burak Siluman Seorang jejeka alangkah tampan hanya kakinya telapok kuda. 'Bunda, apa nasib menimpa ananda kakiku bukan kaki manusia' 'Anakku seorang hanya! Ayah…
  • Di Engkelili, Suatu Pagi Empat lelaki menyusur pinggir kali Nasibnya mengalir bersama air menghilir Di mana mereka bertemu? Ke mana mereka kan pergi? Dalam…
  • Kepada Penyair Penyair. Kaulah prajurit terakhir Yang meski dengan pena patah, mesti menegakkan Kebenaran Karena dunia Tak boleh kaubiarkan tenggelam Dalam…
  • Persinggahan (1) Kalau sudah jadi yakin akan kehadiran orang lain kalau sudah jadi ketetapan ia pacu diri di lembah pegunungan. tiba pada riba tersandar senja bercerita …
  • Wasil (1) Api merah malam terang karenanya menjilat habis rumah dan suaminya saluki Wasil ingat anaknya lelap di kamar tinggal abu dan puing-puing api. Wasil kehilangan se…
  • Senja di Kelantan Antara Kota Bharu dan Pasir Mas sungai Kelantan mengalir cemas. Garis-garis terang di kaki langit yang sayup pertanda dunia lain yang mau h…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.