Hidayah
harap-harap cemas antara khaof dengan roja'
aku hanya dapat berusaha dan berdo'a
karena hidayah turun atas ridomu semata
Analisis Puisi:
Puisi "Hidayah" karya Ajip Rosidi merupakan puisi pendek yang sarat dengan makna spiritual. Meskipun terdiri dari hanya tiga baris, puisi ini menggambarkan ketidakpastian, harapan, dan ketergantungan manusia kepada Tuhan dalam mencari petunjuk hidup.
Tema Puisi
Puisi ini mengangkat beberapa tema utama, di antaranya:
- Spiritualitas dan Keimanan – Puisi ini menyoroti hubungan manusia dengan Tuhan, terutama dalam konteks memohon petunjuk atau hidayah.
- Harapan dan Ketakutan – Dalam kehidupan, manusia berada di antara harapan (roja’) dan ketakutan (khaof), dua konsep utama dalam ajaran Islam.
- Ketidakpastian dan Ketergantungan kepada Tuhan – Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, tetapi pada akhirnya segala sesuatu bergantung pada ridha Tuhan.
- Doa dan Usaha – Puisi ini juga mengandung pesan bahwa manusia harus berusaha dan berdoa dalam menjalani kehidupan.
Makna Puisi
Puisi Hidayah berbicara tentang pencarian hidayah atau petunjuk Tuhan dalam kehidupan.
- "harap-harap cemas antara khaof dengan roja’" → Penyair menggambarkan perasaan manusia yang selalu berada di antara khaof (takut akan hukuman Tuhan) dan roja’ (berharap akan rahmat Tuhan). Dua konsep ini menjadi keseimbangan dalam kehidupan beragama: takut untuk berbuat dosa tetapi juga berharap akan ampunan dan petunjuk-Nya.
- "aku hanya dapat berusaha dan berdo’a" → Manusia memiliki keterbatasan. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah berusaha menjalani hidup dengan baik dan terus berdoa agar mendapatkan hidayah dari Tuhan. Ini mencerminkan konsep tawakal dalam Islam, yaitu berserah diri kepada Tuhan setelah melakukan usaha yang maksimal.
- "karena hidayah turun atas ridomu semata" → Hidayah atau petunjuk hanya datang jika Tuhan menghendakinya. Tidak ada manusia yang bisa memaksa atau menentukan kapan ia mendapatkan petunjuk. Hal ini menegaskan bahwa hidayah adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dikehendaki-Nya.
Makna Tersirat
Di balik kata-kata yang singkat, puisi ini menyimpan beberapa makna tersirat:
- Manusia Tidak Bisa Mengendalikan Segalanya – Meskipun manusia memiliki kehendak bebas, pada akhirnya segala sesuatu bergantung pada keputusan Tuhan. Ini mencerminkan keterbatasan manusia dalam memahami dan mengontrol kehidupannya.
- Pentingnya Kesabaran dalam Menunggu Hidayah – Tidak semua orang mendapatkan hidayah dalam waktu yang sama. Ada yang menemukannya lebih cepat, ada yang lebih lambat, dan ada yang mungkin tidak mendapatkannya sama sekali. Oleh karena itu, manusia harus tetap bersabar dan terus berusaha.
- Keseimbangan antara Takut dan Harapan dalam Keimanan – Khaof (takut) mencegah manusia dari melakukan dosa, sementara roja’ (harapan) memberikan motivasi untuk terus berbuat baik. Puisi ini menegaskan bahwa iman yang sejati adalah perpaduan antara ketakutan akan murka Tuhan dan harapan akan kasih sayang-Nya.
- Kehidupan adalah Perjalanan Mencari Hidayah – Setiap manusia berada dalam perjalanan untuk menemukan kebenaran dan petunjuk hidup. Puisi ini mencerminkan perjalanan spiritual seseorang yang terus berusaha dan berdoa agar mendapatkan hidayah dari Tuhan.
Puisi ini bercerita tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan dalam mencari petunjuk dan kebenaran dalam hidup. Penyair menggambarkan perasaan cemas dan penuh harapan, karena ia menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sementara hidayah sepenuhnya adalah hak prerogatif Tuhan.
Dengan gaya bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keterbatasan manusia dan pentingnya berserah diri kepada Tuhan dalam kehidupan. Pesan utamanya adalah bahwa hidayah tidak bisa dicari dengan paksaan, tetapi harus diupayakan dengan hati yang tulus dan doa yang ikhlas.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.