Hari Keenam di Sebuah Perkampungan Nelayan
Seperti mimpi diburu — pergi menguak
Di jendela aku memperhatikannya tiba-tiba.
Seorang nelayan dengan sebuah dayung dan tak
ada arti lain — kecuali mengejar jaringnya yang koyak.
Lalu satu-satu diputusnya penantian
Dibujuknya matahari yang mengertapkan cahayanya
menunggu giliran.
Oka —
Kepalanya yang mengangguk — kepala-kepala yang ditimpa laut
puing-puing pada jelaga airnya merah labu
Burung-burung racau bertengger di sekitar tonggak
Dimanapun mereka setia — menunggu kehadirannya.
Teng
Bunyi genta di teritisan kelurahan
Mengukur saat — mempercepat kerja
di cakrawala — dan sampan-sampan mereka
melepaskan sandera.
Sumber: Horison (Februari, 1973)
Analisis Puisi:
Puisi "Hari Keenam di Sebuah Perkampungan Nelayan" karya Kusnin Asa merupakan sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan penggambaran kehidupan masyarakat nelayan. Dengan gaya bahasa yang khas dan padat makna, puisi ini menyajikan refleksi kehidupan yang erat kaitannya dengan perjuangan dan harapan.
Tema
Puisi ini mengangkat tema tentang kehidupan nelayan yang penuh dengan perjuangan dan harapan. Lewat gambaran seorang nelayan yang berusaha mengejar jaring koyaknya, puisi ini mencerminkan kerja keras, kesabaran, serta ketidakpastian yang sering dihadapi oleh masyarakat pesisir dalam menjalani hidup mereka.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol dari perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan hidup. Kehidupan nelayan yang bergantung pada hasil laut melambangkan ketidakpastian dan harapan yang terus diperjuangkan. Burung-burung yang menunggu kehadiran nelayan bisa diartikan sebagai metafora dari keluarga atau pihak lain yang menggantungkan harapan kepada mereka.
Puisi ini bercerita tentang seorang nelayan yang berjuang dalam kehidupannya di laut. Dia menghadapi tantangan, termasuk jaringnya yang koyak, yang menggambarkan kesulitan dalam memperoleh hasil dari laut. Sementara itu, burung-burung dan lingkungan sekitarnya seolah-olah turut menyaksikan dan menantikan hasil perjuangan tersebut.
Amanat/Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya ketekunan dan kerja keras dalam menghadapi kehidupan. Nelayan dalam puisi ini digambarkan sebagai seseorang yang tidak menyerah meskipun menghadapi kesulitan. Ini mencerminkan realitas kehidupan bahwa setiap usaha membutuhkan pengorbanan dan kesabaran untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Imaji
Imaji dalam puisi ini sangat kuat dalam menggambarkan suasana kehidupan nelayan. Misalnya, frasa "puing-puing pada jelaga airnya merah labu" memberikan gambaran visual yang mendalam tentang kondisi laut yang mungkin sedang diliputi cahaya matahari senja atau efek dari kegiatan nelayan di sekitarnya.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas, seperti:
- Majas Personifikasi, terlihat dalam "Dibujuknya matahari yang mengertapkan cahayanya menunggu giliran." Matahari di sini seolah-olah memiliki kesadaran dan bisa diajak berbicara.
- Majas Metafora, pada frasa "puing-puing pada jelaga airnya merah labu," yang menggambarkan kondisi air laut dengan warna dan kesan tertentu.
- Majas Repetisi, dengan pengulangan kata seperti "kepala-kepala" yang mempertegas gambaran suasana.
Puisi "Hari Keenam di Sebuah Perkampungan Nelayan" karya Kusnin Asa menghadirkan refleksi tentang kehidupan masyarakat pesisir yang penuh perjuangan. Dengan penggunaan bahasa yang simbolis dan kaya akan imaji, puisi ini memberikan gambaran mendalam tentang kerja keras, harapan, dan ketidakpastian dalam hidup. Tema, makna tersirat, dan pesan moral yang disampaikan menjadikan puisi ini sebagai karya yang sarat akan makna dan inspiratif bagi pembacanya.