Analisis Puisi:
Puisi "Gunung Singgah Mata" karya L.K. Ara mengangkat tema keindahan alam dan sejarah penderitaan akibat penjajahan. Di satu sisi, puisi ini menggambarkan panorama alam yang indah dan menenangkan, tetapi di sisi lain, ia juga menyingkap sejarah kelam perjuangan rakyat di bawah penindasan penjajah.
Makna Tersirat
Puisi ini menyiratkan kontras antara kedamaian alam dan penderitaan manusia di masa lalu.
- Gunung Singgah Mata menjadi saksi bisu dari perjalanan waktu, tempat di mana alam tetap abadi sementara manusia mengalami kesulitan dan perjuangan.
- Keindahan alam yang digambarkan dalam bait kedua (awan berguguran, burung-burung hinggap dan terbang, kijang-kijang berkejaran) melambangkan keharmonisan dan kebebasan.
- Namun, pada bait terakhir, puisi ini mengungkap kenyataan pahit bahwa tanah ini menyimpan luka sejarah akibat penjajahan. Frasa "darah dan keringat, riwayat derita, di bawah sangkur penjajah" menandakan bahwa keindahan alam ini juga menyimpan kisah tragis perjuangan rakyat.
Puisi ini bercerita tentang sebuah perjalanan ke puncak Gunung Singgah Mata, di mana penyair mengamati keindahan alam dan merenungkan sejarah kelam tempat tersebut.
- Pada awalnya, penyair menikmati panorama alam dari puncak gunung, melihat lembah, pepohonan, burung, dan kijang yang bebas berlarian.
- Namun, dalam refleksinya, ia menyadari bahwa tanah yang indah ini pernah menjadi saksi perjuangan dan penderitaan rakyat akibat penjajahan.
- Ada kontras yang kuat antara ketenangan alam dan jejak sejarah yang penuh luka.
Suasana dalam Puisi
Puisi ini memiliki dua suasana yang kontras:
Suasana damai dan indah di bagian awal, ketika penyair menggambarkan panorama alam yang memukau, penuh ketenangan dan keabadian.
Suasana penuh kesedihan dan kepedihan di bagian akhir, di mana penyair mengingat sejarah penderitaan rakyat di bawah penjajahan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini mengandung beberapa pesan penting:
- Alam dan sejarah selalu berjalan berdampingan. Keindahan alam yang abadi menyimpan kenangan dari masa lalu yang tidak boleh dilupakan.
- Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini lahir dari pengorbanan para pejuang di masa lalu.
- Kita harus menghargai dan mengenang sejarah, agar perjuangan yang telah dilakukan tidak sia-sia.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan imaji auditif, yang memperkuat pengalaman pembaca dalam membayangkan suasana Gunung Singgah Mata:
- Imaji visual → "awan berguguran, burung-burung hinggap dan terbang, kijang-kijang berkejaran, berkas-berkas caya turun ke rimbun pohon." Membantu pembaca membayangkan keindahan alam yang dinamis dan harmonis.
- Imaji auditif → "pekik dan ciap meriangi siang hari." Menggambarkan suara-suara alami yang membuat suasana terasa lebih hidup.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Personifikasi → "awan berguguran" → Awan digambarkan seperti benda yang jatuh, memberikan kesan lebih dramatis.
- Metafora → "tiap jengkal tanahnya mengandung perih, darah dan keringat." Menggambarkan bahwa tanah ini menyimpan kenangan pahit perjuangan rakyat.
- Hiperbola → "panorama abadi mengusir keresahan." Menggambarkan betapa indahnya pemandangan, seolah bisa menghilangkan kesedihan.
Puisi "Gunung Singgah Mata" karya L.K. Ara menggambarkan kontras antara keindahan alam yang abadi dan penderitaan rakyat akibat penjajahan. Penyair membawa pembaca dalam perjalanan ke puncak gunung, menikmati keindahan panorama, sebelum akhirnya mengungkap kenangan pahit sejarah yang tersimpan di tanah tersebut. Melalui puisi ini, L.K. Ara mengajak kita untuk tidak melupakan perjuangan masa lalu dan selalu menghargai kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan keringat.