Puisi: Gunung Sanbang (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi "Gunung Sanbang" Karya Arif Bagus Prasetyo menggambarkan suasana sakral dan mistis di sekitar Gunung Sanbang, sebuah tempat yang tampaknya ...
Gunung Sanbang

Aku mabuk menjilati gunung karang,
Sejulang cawan dewata yang tergelimpang.

Di rahim karang Budha bersarang,
Menanti ruh yang tak menemukan pulang.

Angin menghembuskan hening.
Hening bertengger di tangga tebing.

Di bawah sana, bahtera senja mulai berlabuh.
Cahaya layuh. Matahari membuang sauh.

Seorang rahib mendirikan kuil pasir di tepi laut
Dan mengubur sebilah dayung berlumur lumut.

“Semoga seteguk air matamu, Dewi Sanbangduk,
Memadamkan mimpi buruk dari gairah terkutuk.”

Kubayangkan ia terbang ke puncak Sanbang,
Ke mana burung-burung menghilang.

2006

Analisis Puisi:

Puisi "Gunung Sanbang" Karya Arif Bagus Prasetyo mengangkat tema spiritualitas, refleksi diri, dan pencarian makna kehidupan. Puisi ini menggambarkan suasana sakral dan mistis di sekitar Gunung Sanbang, sebuah tempat yang tampaknya memiliki makna religius dan historis.

Makna Tersirat

Secara tersirat, puisi ini menyampaikan perjalanan spiritual dan pencarian makna dalam kehidupan.
  • Gunung Sanbang melambangkan tempat perenungan dan pencarian kebenaran.
  • Penyebutan Budha bersarang di rahim karang menunjukkan bahwa tempat ini memiliki nuansa religius dan menjadi lokasi meditasi atau penyucian jiwa.
  • Seorang rahib mendirikan kuil pasir di tepi laut bisa diartikan sebagai upaya manusia untuk mencari ketenangan, meskipun segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara seperti pasir.
  • Dewi Sanbangduk mungkin melambangkan kesedihan atau harapan akan pencerahan, dengan harapan bahwa air mata suci bisa menghapus mimpi buruk dan kesalahan manusia.
Puisi ini bercerita tentang sebuah perjalanan spiritual di Gunung Sanbang, di mana seseorang mengalami refleksi diri dalam keheningan dan kesakralan tempat tersebut.
  • Penyair menggambarkan pengalaman berada di gunung karang, yang menjadi tempat suci dan penuh ketenangan.
  • Ada pertemuan dengan elemen-elemen alam seperti angin, matahari, laut, dan burung-burung yang melambangkan perenungan.
  • Figur seorang rahib yang mendirikan kuil pasir dan mengubur dayung menunjukkan tindakan pasrah terhadap kehidupan dan perjalanan spiritual yang telah ditempuh.
  • Pada akhirnya, ada bayangan tentang seseorang yang terbang menuju puncak gunung, mengikuti jejak burung-burung yang menghilang, yang bisa dimaknai sebagai transendensi atau kebebasan dari dunia fana.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa mistis, tenang, sekaligus melankolis.
  • Keheningan dan kesakralan tempat sangat terasa, terutama dalam bait "Angin menghembuskan hening. Hening bertengger di tangga tebing."
  • Ada nuansa kesedihan dan refleksi dalam bait "Semoga seteguk air matamu, Dewi Sanbangduk, memadamkan mimpi buruk dari gairah terkutuk."
  • Suasana menjadi semakin dalam ketika burung-burung menghilang di puncak Sanbang, seolah melambangkan kepergian atau akhir dari sebuah perjalanan spiritual.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini mengandung pesan bahwa manusia selalu berada dalam perjalanan mencari makna dan ketenangan dalam hidupnya.
  • Gunung Sanbang bisa menjadi simbol dari pencarian spiritual, di mana seseorang menemukan keheningan dan kebijaksanaan.
  • Dunia ini bersifat fana, seperti kuil pasir yang bisa runtuh kapan saja.
  • Perjalanan hidup selalu penuh dengan cobaan, tetapi pada akhirnya, ada harapan untuk mencapai kedamaian.
  • Burung-burung yang menghilang bisa melambangkan kebebasan, pencerahan, atau bahkan kematian sebagai bagian dari siklus kehidupan.

Imaji

Puisi ini sangat kaya dengan imaji visual dan imaji suasana, yang membantu pembaca merasakan tempat dan emosi yang digambarkan:
  • Imaji visual → "Di bawah sana, bahtera senja mulai berlabuh. Cahaya layuh. Matahari membuang sauh." → Memberikan gambaran matahari tenggelam di cakrawala seperti kapal yang sedang berlabuh.
  • Imaji auditori → "Angin menghembuskan hening." → Menggambarkan suasana sunyi yang hanya diiringi oleh hembusan angin.
  • Imaji kinestetik → "Kubayangkan ia terbang ke puncak Sanbang, ke mana burung-burung menghilang." → Memberikan kesan pergerakan menuju puncak dan perasaan menghilang ke dalam keheningan.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas yang memperkuat efek puitisnya:
  • Personifikasi → "Matahari membuang sauh." → Matahari digambarkan seperti kapal yang berlabuh, memberikan kesan bahwa senja adalah perjalanan menuju ketenangan.
  • Metafora → "Sejulang cawan dewata yang tergelimpang." → Gunung Sanbang digambarkan sebagai cawan para dewa yang terjatuh, menambah kesan mistis dan religius.
  • Hiperbola → "Di rahim karang Budha bersarang." → Menggambarkan tempat suci dengan cara yang memperkuat makna spiritual.
  • Simbolisme → "Mengubur sebilah dayung berlumur lumut." → Bisa diartikan sebagai meninggalkan perjalanan duniawi dan memilih ketenangan spiritual.
Puisi "Gunung Sanbang" karya Arif Bagus Prasetyo adalah sebuah refleksi spiritual yang menggambarkan perjalanan menuju ketenangan dan pencerahan. Dengan latar Gunung Sanbang, puisi ini menghadirkan suasana sakral dan mistis, serta menyajikan imaji yang kuat tentang alam, keheningan, dan perjalanan batin. Melalui simbolisme dan metafora, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan dan mencari ketenangan di tengah dunia yang penuh gejolak.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Gunung Sanbang
Karya: Arif Bagus Prasetyo

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.