Puisi: Gelombang (Karya Widjati)

Puisi "Gelombang" karya Widjati menggambarkan suasana mencekam, penuh ketegangan, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian.
Gelombang (1)

Suara yang gemuruh bergelombang
Badai dan topan salju
Suara-suara kereta, suit angin
Pohon-pohon tumbang seakan-akan
Raksasa turun
Dari langit

Penumpangnya bermantal hitam
Berteriak-teriak memanggil dan memaki-maki

Tiga kali suara cambuk tiba-tiba meletus
Menggeletar di muka gerbang
Akupun roboh

Kemudian lalu sepi
Hanya sepi dan gelombang
Sepi yang gemuruh
Letusan-letusan di tikungan

Gelombang (2)

Engkau dengar?
Kudengar langkahnya yang mendekat
menepuk pundakku dan bertanya:
Berapa kira-kira umurmu?
Napasnya berat mendengus
Alamatkah ini ataukah ajal di luar kepala
Bukankah engkau telah lama wafat?
Alangkah dingin tanganmu yang dulu pernah kujabat
Demikian hangat. Adakah semuanya ‘kan mencatat?
Pasti, pasti semuanya kucatat, walau beku
Di bawah tumpukan puing-puing dan sajak!

Dan gelombang suara itu, alangkah
Ia memanggil-manggil nama serta usiaku
Ia melambaikan bendera hitam.

Margasari-Tegal, 1975

Analisis Puisi:

Puisi "Gelombang" karya Widjati mengangkat tema kegelisahan, ketakutan, dan kehancuran. Puisi ini menggambarkan suasana mencekam dengan elemen-elemen badai, gelombang, dan suara yang menggema, yang menciptakan perasaan ketidakpastian dan ketegangan.

Makna Tersirat

Puisi ini dapat dimaknai sebagai refleksi atas pergolakan batin dan peristiwa tragis yang mungkin berkaitan dengan konflik, perang, atau penderitaan manusia. Gelombang (1) menampilkan kekacauan dengan suara gemuruh, raksasa yang turun dari langit, dan penumpang yang bermantel hitam. Ini bisa menggambarkan kekuatan destruktif, baik dari alam maupun manusia.

Sementara Gelombang (2) menampilkan percakapan misterius antara penyair dan sosok lain yang bisa diinterpretasikan sebagai kematian atau kenangan akan seseorang yang telah tiada. Ada nuansa kebingungan antara hidup dan mati, serta pencatatan sejarah dalam sajak.

Puisi ini bercerita tentang kekacauan dan kehancuran, baik dalam skala besar maupun dalam pengalaman individu. Gelombang (1) menghadirkan gambaran kehancuran dan suara yang mengancam, sementara Gelombang (2) lebih bersifat reflektif, mempertanyakan kehidupan, kematian, dan jejak yang ditinggalkan seseorang di dunia.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa mencekam, penuh ketegangan, dan misterius. Ada unsur kegelapan, kekacauan, dan ketidakpastian yang mendominasi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kehidupan penuh dengan gelombang ketidakpastian. Kekacauan bisa datang dalam berbagai bentuk, dan manusia harus menghadapi ketakutan serta konsekuensi dari tindakan mereka. Selain itu, ada refleksi tentang bagaimana kehidupan dan kematian saling berkaitan serta bagaimana ingatan akan seseorang tetap abadi dalam sejarah dan puisi.

Imaji

Widjati menggunakan imaji yang kuat untuk mempertegas suasana puisi, seperti:
  • Imaji pendengaran: “Suara yang gemuruh bergelombang”, “Letusan-letusan di tikungan”, yang menciptakan kesan kebisingan dan ketakutan.
  • Imaji visual: “Raksasa turun dari langit”, “Penumpangnya bermantel hitam”, yang menggambarkan kekuatan misterius dan menakutkan.
  • Imaji sentuhan: “Alangkah dingin tanganmu yang dulu pernah kujabat”, yang memberi kesan kehilangan dan kematian.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Majas Personifikasi: “Gelombang suara itu, alangkah ia memanggil-manggil nama serta usiaku”, yang memberikan sifat manusiawi pada gelombang suara.
  • Majas Metafora: “Bendera hitam” bisa melambangkan kematian atau duka cita.
  • Majas Hiperbola: “Suara-suara kereta, suit angin, pohon-pohon tumbang” yang memperbesar efek kehancuran dan ketakutan.
Puisi "Gelombang" karya Widjati menggambarkan suasana mencekam, penuh ketegangan, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Dengan penggunaan imaji yang kuat serta majas yang mendukung, puisi ini menghadirkan gambaran kekacauan dan ketidakpastian hidup, sekaligus mengajak pembaca untuk merenungkan makna keb

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Gelombang
Karya: Widjati

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Tembang Semusim di Padang Lalang Ketika senja turun ingin berkisah Tanah ini serasa temaram digenggam sepi Ketika kulihat hanya sejengkal tanah basah Dan nisan-nisan tua dima…
  • Senja Senjapun membayang Di puncak bukit Merayap ke pohon-pohon Di celah pucuk rimbun daun Senjapun menyusup Menembus kaca-kaca usia Tubuhpun jadi kian loyo Sia-sia men…
  • Nostalgia Rinduku yang setia sayangku Ketika malam hujan turun Adalah rindu kampong halaman Kukecup rintihmu yang kelam Lalu kau usir bayangan yang gelap Aduh! Di sana t…
  • Imaji Dalam merabah aku meniti roman mukamu Wajah remang yang menggelisahkan Kemungkinan pasti tercatat Menembus ke setiap arah pintu langit Adakah cadar misteri? Dan k…
  • Gelombang (1) Suara yang gemuruh bergelombang Badai dan topan salju Suara-suara kereta, suit angin Pohon-pohon tumbang seakan-akan Raksasa turun Dari langit Penumpangnya b…
  • Mantra Maka gaiblah sang pesona Di luar suara anginpun raib Api dan doa Di atas ranjang Indera pun meleleh terbakar Yang terjadi bersama asap Betapa sigap ia menyelinap …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.