Analisis Puisi:
Puisi "Gelombang" karya Widjati mengangkat tema kegelisahan, ketakutan, dan kehancuran. Puisi ini menggambarkan suasana mencekam dengan elemen-elemen badai, gelombang, dan suara yang menggema, yang menciptakan perasaan ketidakpastian dan ketegangan.
Makna Tersirat
Puisi ini dapat dimaknai sebagai refleksi atas pergolakan batin dan peristiwa tragis yang mungkin berkaitan dengan konflik, perang, atau penderitaan manusia. Gelombang (1) menampilkan kekacauan dengan suara gemuruh, raksasa yang turun dari langit, dan penumpang yang bermantel hitam. Ini bisa menggambarkan kekuatan destruktif, baik dari alam maupun manusia.
Sementara Gelombang (2) menampilkan percakapan misterius antara penyair dan sosok lain yang bisa diinterpretasikan sebagai kematian atau kenangan akan seseorang yang telah tiada. Ada nuansa kebingungan antara hidup dan mati, serta pencatatan sejarah dalam sajak.
Puisi ini bercerita tentang kekacauan dan kehancuran, baik dalam skala besar maupun dalam pengalaman individu. Gelombang (1) menghadirkan gambaran kehancuran dan suara yang mengancam, sementara Gelombang (2) lebih bersifat reflektif, mempertanyakan kehidupan, kematian, dan jejak yang ditinggalkan seseorang di dunia.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa mencekam, penuh ketegangan, dan misterius. Ada unsur kegelapan, kekacauan, dan ketidakpastian yang mendominasi.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan bahwa kehidupan penuh dengan gelombang ketidakpastian. Kekacauan bisa datang dalam berbagai bentuk, dan manusia harus menghadapi ketakutan serta konsekuensi dari tindakan mereka. Selain itu, ada refleksi tentang bagaimana kehidupan dan kematian saling berkaitan serta bagaimana ingatan akan seseorang tetap abadi dalam sejarah dan puisi.
Imaji
Widjati menggunakan imaji yang kuat untuk mempertegas suasana puisi, seperti:
- Imaji pendengaran: “Suara yang gemuruh bergelombang”, “Letusan-letusan di tikungan”, yang menciptakan kesan kebisingan dan ketakutan.
- Imaji visual: “Raksasa turun dari langit”, “Penumpangnya bermantel hitam”, yang menggambarkan kekuatan misterius dan menakutkan.
- Imaji sentuhan: “Alangkah dingin tanganmu yang dulu pernah kujabat”, yang memberi kesan kehilangan dan kematian.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Majas Personifikasi: “Gelombang suara itu, alangkah ia memanggil-manggil nama serta usiaku”, yang memberikan sifat manusiawi pada gelombang suara.
- Majas Metafora: “Bendera hitam” bisa melambangkan kematian atau duka cita.
- Majas Hiperbola: “Suara-suara kereta, suit angin, pohon-pohon tumbang” yang memperbesar efek kehancuran dan ketakutan.
Puisi "Gelombang" karya Widjati menggambarkan suasana mencekam, penuh ketegangan, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Dengan penggunaan imaji yang kuat serta majas yang mendukung, puisi ini menghadirkan gambaran kekacauan dan ketidakpastian hidup, sekaligus mengajak pembaca untuk merenungkan makna keb
Karya: Widjati