Puisi: Expresi (Karya N. A. Hadian)

Puisi "Expresi" karya N. A. Hadian adalah sebuah eksplorasi emosional tentang kesunyian, kehilangan, dan ingatan yang samar. Dengan diksi yang ...
Expresi

Terimalah sunyiku
dari semua kebahagiaan yang padamu
yang kakinya kusurukkan
di bawah meja seorang arsitek

Dalam sedih kulupa kau
bukan sebab lupa bermata pisau
tapi kutau lupa itu
lupaku - lupamu

Maka haraplah tak usah maafkan
sebab aku sendiri
kau yang berjalan melenggang
lenggok kemarin
dari sebuah pelabuhan
ke satu pelabuhan.

1978

Sumber: Hutan Kelam (1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Expresi" karya N. A. Hadian adalah sebuah eksplorasi emosional tentang kesunyian, kehilangan, dan ingatan yang samar. Dengan diksi yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan hubungan manusia yang dipenuhi dengan perasaan keterasingan dan ketidakpastian.

Kesunyian dan Kesendirian

Puisi ini dibuka dengan ungkapan penerimaan terhadap kesunyian:

"Terimalah sunyiku
dari semua kebahagiaan yang padamu..."

Baris ini menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara aku-lirik dan seseorang yang ia tuju. Aku-lirik seakan merasa asing atau terpinggirkan di tengah kebahagiaan orang lain. Kata "terimalah sunyiku" mengandung makna seolah aku-lirik meminta pengakuan atas perasaannya yang sunyi dan terpisah dari kebahagiaan yang dialami orang lain.

Kesunyian ini semakin diperkuat dengan gambaran yang unik:

"yang kakinya kusurukkan
di bawah meja seorang arsitek"

Arsitek adalah simbol pencipta atau perancang sesuatu. Dalam konteks ini, bisa diartikan bahwa aku-lirik sedang berada dalam dunia yang didesain oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri. Ia merasa kecil, tenggelam dalam rancangan atau kehidupan yang bukan miliknya.

Lupa yang Bermata Pisau

Bagian berikutnya berbicara tentang "lupa" yang bukan sekadar ketidaktahuan, tetapi sebuah pilihan atau konsekuensi:

"Dalam sedih kulupa kau
bukan sebab lupa bermata pisau
tapi kutau lupa itu
lupaku - lupamu"

Ada ambiguitas dalam penggunaan kata lupa. Aku-lirik mengatakan bahwa ia lupa, tetapi bukan karena "lupa bermata pisau"—ungkapan yang bisa diartikan sebagai lupa yang menyakitkan atau disengaja untuk melukai. Sebaliknya, ia menyadari bahwa lupa itu adalah sesuatu yang sama-sama dimiliki oleh dirinya dan orang yang ia tuju.

Di sini, lupa tampak seperti sesuatu yang tak terhindarkan, bukan karena kebencian atau niat buruk, tetapi karena waktu dan keadaan yang membuatnya terjadi.

Perjalanan dan Ketidakpastian

Puisi ini ditutup dengan gambaran perjalanan yang terus berlanjut:

"Maka haraplah tak usah maafkan
sebab aku sendiri
kau yang berjalan melenggang
lenggok kemarin
dari sebuah pelabuhan
ke satu pelabuhan."

Baris ini menunjukkan bahwa aku-lirik tidak mengharapkan permintaan maaf atau penyelesaian. Ia menerima kenyataan bahwa dirinya sendiri, sementara orang yang ia maksud terus berjalan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Metafora "dari sebuah pelabuhan ke satu pelabuhan" bisa menggambarkan seseorang yang terus bergerak, baik secara fisik maupun emosional. Ada nuansa perpisahan dan ketidakpastian yang semakin menegaskan kesunyian aku-lirik.

Puisi "Expresi" karya N. A. Hadian adalah puisi yang melankolis, mengangkat tema tentang keterasingan, lupa, dan perjalanan tanpa akhir. Dengan diksi yang sederhana namun dalam, puisi ini menggambarkan seseorang yang merasa sendirian di tengah kebahagiaan orang lain, dan bagaimana ingatan serta perjalanan hidup membawa keterpisahan yang tidak bisa dihindari.

Melalui puisi ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana hubungan antar manusia sering kali berubah seiring waktu. Ada hal-hal yang terlupakan, bukan karena disengaja, tetapi karena keadaan yang membuatnya demikian. Pada akhirnya, perjalanan terus berlanjut, dan kita hanya bisa menerima sunyi yang menyertainya.

N. A. Hadian
Puisi: Expresi
Karya: N. A. Hadian

Biodata N. A. Hadian:
  • N. A. Hadian lahir pada tanggal 21 September 1932 di Medan.
  • N. A. Hadian meninggal dunia pada tanggal 22 Maret 2007.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Gerimis MalamInilah gerimis malambagai seorang pengembaratersentak dari tidurnyaTersungkurMatamu - matamuDunia yang alpaApa lagi yang kutausegala cintakutelah kutulis dalam sajakda…
  • Namaku LadostaNamaku LadostaYang Surya-suryanya benderangaku telah bicara dengan gunungkemudian kulihat matanyabagai mataku sendiriNamaku Ladostalahir di negeri panasyang tangan-ta…
  • ExpresiTerimalah sunyikudari semua kebahagiaan yang padamuyang kakinya kusurukkandi bawah meja seorang arsitekDalam sedih kulupa kaubukan sebab lupa bermata pisautapi kutau lupa it…
  • Engkaulah, EngkauYang berdetik dalam terangyang bercahaya dalam gelapkupatahkan tulang rusukkuburung pipit dan unggas-unggas, tolonglah akumabukku hinggap di paruhmu.Medan, 1976Sum…
  • Gunung-GunungGunung-gunung kita telah robohgunung dalam tidur gunung dalam igaukemana kau kemana akuGeramku kumasukkan dalam perutmu.Sumber: Hutan Kelam (1978)Puisi: Gunu…
  • Hutan KelamMatahari adalah perempuan telanjangmatahari adalah singa jantan di hutan Afrikamatahari adalah sang perampok di simpang empatmatahari adalah hantu menakutkanyang sedang …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.