Puisi: Dokter Lukman yang Kukenal (Karya Asep S. Sambodja)

Puisi Dokter Lukman yang Kukenal karya Asep S. Sambodja mengangkat kisah seorang dokter yang penuh kejujuran dan dedikasi, serta kontrasnya dengan ...
Dokter Lukman yang Kukenal

ia dokter ahli kanker yang kukenal justru karena kejujurannya
ia tak ingin aku berlama-lama terbaring di kamar
ia yang memintaku segera pulang setelah bisa berdiri pascaoperasi

aku mengenangnya karena ternyata aku tak menemukan lagi
dokter jujur seperti dokter lukman

ia tidak memasang tarif saat memeriksaku
segala tindakan yang menyelamatkan nyawaku diambilnya dengan berani ambil risiko

dulu aku masih menemukan orang jujur seperti dokter lukman
sekarang tidak lagi
kini rasa sakit pasien bisa menjadi peluang untuk mengeruk keuntungan
yang dipikirkan bukan lagi bagaimana pasien cepat sembuh
tapi uang yang bisa dikeruk dari berbagai obat yang dijual

dokter lukman berjasa ikut menyelamatkan nyawaku hingga hidupku kini
hingga detik ini
aku berterima kasih karena itu

tapi yang menyedihkanku adalah ia terserang stroke
setelah tiga bulan mengoperasiku
aku sedih
aku merasa kehilangan pegangan dalam pemulihan

yang tersisa adalah dokter favorit
yang dingin
yang mengatakan “tanpa merendahkan kemampuan bapak,
saya beritahukan bahwa untuk mengetahui penyakit di pinggang bapak
ada tiga tahapan yang harus diambil
setiap tahapnya 80 juta
jadi semuanya 240 juta
itu pun belum menjamin tubuh bapak benar-benar bersih dari massa tumor”

aku pikir
aku bagaikan katak eksperimen
yang siap dijadikan alat percobaan

kalau aku jadi dokter
pasti aku tak mau bermental pedagang kelontong seperti itu
ini benar-benar rumah sakit!
orang yang datang akan semakin sakit.

GK, Jogja, 27 Agustus 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Dokter Lukman yang Kukenal" karya Asep S. Sambodja mengangkat kisah seorang dokter yang penuh kejujuran dan dedikasi, serta kontrasnya dengan kondisi dunia medis modern yang lebih berorientasi pada keuntungan. Puisi ini sarat akan kritik sosial terhadap praktik medis yang dinilai telah kehilangan nilai kemanusiaan.

Tema

Puisi ini mengangkat tema kejujuran, kemanusiaan, dan kritik terhadap komersialisasi layanan kesehatan. Melalui perbandingan antara sosok Dokter Lukman yang jujur dan dokter-dokter lain yang lebih mementingkan uang, puisi ini menyoroti perubahan nilai dalam dunia medis.

Makna Tersirat

Di balik kisah seorang pasien yang mengenang kebaikan Dokter Lukman, puisi ini menyiratkan kritik terhadap sistem layanan kesehatan yang semakin kapitalistik. Jika dahulu seorang dokter bekerja dengan hati nurani, kini banyak dokter yang melihat pasien sebagai sumber keuntungan.

Selain itu, puisi ini juga menyampaikan kesedihan atas hilangnya sosok dokter yang benar-benar mengutamakan kesehatan pasien tanpa motif ekonomi. Hal ini terlihat dari kontras antara Dokter Lukman, yang berani mengambil risiko demi keselamatan pasien, dan dokter lain yang lebih fokus pada biaya perawatan yang tinggi tanpa jaminan kesembuhan.

Puisi ini bercerita tentang seorang pasien yang pernah ditangani oleh Dokter Lukman, seorang dokter ahli kanker yang dikenal karena kejujurannya. Setelah operasi, Dokter Lukman justru memintanya segera pulang agar tidak terlalu lama terbaring di rumah sakit.

Namun, pasien ini kemudian merasa kehilangan karena setelahnya ia tidak lagi menemukan dokter yang jujur seperti Dokter Lukman. Ia menyaksikan bagaimana dunia medis telah berubah, di mana banyak dokter yang lebih memikirkan keuntungan daripada kesembuhan pasien.

Kesedihan semakin bertambah ketika ia mengetahui bahwa Dokter Lukman terserang stroke hanya tiga bulan setelah mengoperasinya. Tanpa kehadiran Dokter Lukman, ia merasa tidak memiliki pegangan dalam pemulihan.

Kekecewaannya semakin dalam ketika ia menghadapi dokter lain yang dingin dan lebih peduli pada biaya pemeriksaan daripada kondisi pasien. Ia pun merasa diperlakukan seperti katak eksperimen, bukan seorang manusia yang membutuhkan pertolongan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa dunia medis seharusnya tetap berpegang pada nilai kemanusiaan dan bukan sekadar ajang mencari keuntungan. Seorang dokter memiliki tanggung jawab moral untuk menolong pasien, bukan memanfaatkan mereka sebagai sumber finansial.

Selain itu, puisi ini juga mengingatkan pembaca bahwa kejujuran adalah nilai yang semakin langka di era modern, dan sosok seperti Dokter Lukman seharusnya menjadi teladan dalam dunia medis.

Imaji

Puisi ini menggunakan berbagai imaji yang memperkuat pesan yang ingin disampaikan:
  • Imaji visual: "dokter favorit yang dingin," – menggambarkan bagaimana dokter modern kehilangan sentuhan kemanusiaan.
  • Imaji perasaan: "aku merasa kehilangan pegangan dalam pemulihan," – mengekspresikan kekecewaan dan kebingungan sang pasien setelah kehilangan sosok dokter yang dipercayainya.
  • Imaji gerak: "ia yang memintaku segera pulang setelah bisa berdiri pascaoperasi," – menunjukkan tindakan nyata Dokter Lukman yang berbeda dari kebanyakan dokter lain yang ingin pasien tetap di rumah sakit lebih lama demi keuntungan finansial.

Majas

Beberapa majas yang terdapat dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: "aku bagaikan katak eksperimen" – menggambarkan bagaimana pasien merasa diperlakukan seperti objek uji coba, bukan manusia yang membutuhkan perawatan.
  • Ironi: "ini benar-benar rumah sakit! Orang yang datang akan semakin sakit." – sindiran terhadap rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat penyembuhan, tetapi justru menjadi tempat yang semakin menyengsarakan pasien.
  • Hiperbola: "dulu aku masih menemukan orang jujur seperti dokter lukman, sekarang tidak lagi" – menegaskan bahwa kejujuran dalam dunia medis semakin langka.
Puisi "Dokter Lukman yang Kukenal" karya Asep S. Sambodja adalah refleksi mendalam tentang kejujuran dalam dunia medis dan kritik terhadap komersialisasi layanan kesehatan. Sosok Dokter Lukman menjadi simbol dokter yang mengutamakan kemanusiaan, sementara dokter-dokter lain dalam puisi ini mencerminkan realitas pahit di mana dunia medis lebih banyak berorientasi pada keuntungan.

Dengan bahasa yang lugas dan penuh emosi, puisi ini tidak hanya menjadi kenangan bagi sosok dokter yang baik hati, tetapi juga pengingat bahwa dunia kesehatan harus tetap mengutamakan kemanusiaan di atas segalanya.

Asep S. Sambodja
Puisi: Dokter Lukman yang Kukenal
Karya: Asep S. Sambodja

Biodata Asep S. Sambodja:
  • Asep S. Sambodja lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 15 September 1967.
  • Karya-karyanya banyak dimuat di media massa, seperti Horison, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Jurnal Puisi dan lain sebagainya.
  • Asep S. Sambodja meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 9 Desember 2010 (pada usia 43 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.