Doa Sebatang Lilin
Lilin yang memakan dagingnya sendiri
dengan khusu ia berdoa
Tuhan sudah cukupkah ibadat
setelah terang kembali pada asal
dan daging habis kupulangkan pada-Mu?
Sumber: Doa Sebatang Lilin (1980)
Analisis Puisi:
Puisi "Doa Sebatang Lilin" karya Pesu Aftarudin adalah puisi pendek yang penuh dengan simbolisme dan makna spiritual. Dengan metafora lilin yang membakar dirinya sendiri, puisi ini menggambarkan ketulusan, pengorbanan, dan refleksi spiritual tentang kehidupan serta hubungan manusia dengan Tuhan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah pengorbanan dan ketulusan dalam menjalani kehidupan. Lilin, yang membakar dirinya sendiri untuk memberikan terang, menjadi simbol dari seseorang yang berkorban demi orang lain atau tujuan yang lebih besar. Selain itu, puisi ini juga mengangkat tema refleksi diri dan spiritualitas, di mana sang lilin bertanya kepada Tuhan apakah pengorbanannya sudah cukup untuk diterima sebagai ibadah.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah tentang keikhlasan dalam memberi dan berkorban. Lilin yang membakar tubuhnya sendiri menggambarkan seseorang yang dengan tulus mengabdikan dirinya, mungkin dalam bentuk pengorbanan untuk keluarga, masyarakat, atau bahkan dalam perjalanan spiritualnya. Selain itu, puisi ini juga mengandung makna bahwa segala sesuatu pada akhirnya akan kembali kepada Tuhan, termasuk pengorbanan yang telah dilakukan oleh seseorang dalam hidupnya.
Puisi ini bercerita tentang lilin yang berdoa kepada Tuhan setelah dirinya hampir habis terbakar. Lilin itu bertanya apakah terang yang telah diberikannya—simbol dari pengabdian atau pengorbanan—sudah cukup sebagai bentuk ibadah. Dalam konteks yang lebih luas, puisi ini bisa menggambarkan seorang manusia yang merenungi hidupnya, mempertanyakan apakah pengorbanan dan kebaikan yang telah dilakukannya sudah cukup dalam pandangan Tuhan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa hening, reflektif, dan penuh kesyahduan. Gambaran lilin yang menyala di dalam kamar menciptakan kesan kesendirian dan ketulusan, di mana ia berdoa dalam keheningan malam. Terdapat juga nuansa kesedihan dan kepasrahan, seiring dengan lilin yang hampir habis terbakar.
Imaji
Imaji yang muncul dalam puisi ini sangat kuat meskipun dengan kata-kata yang sederhana. Beberapa imaji yang dapat dirasakan antara lain:
- Imaji visual: "Lilin yang memakan dagingnya sendiri"—membayangkan lilin yang meleleh perlahan, mengorbankan dirinya untuk menerangi ruangan.
- Imaji perasaan: "Dengan khusyuk ia berdoa"—menggambarkan suasana penuh keheningan dan kepasrahan.
- Imaji spiritual: "Tuhan, sudah cukupkah ibadat?"—menggambarkan pertanyaan eksistensial tentang makna hidup dan pengorbanan.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas untuk memperkaya maknanya:
- Metafora: Lilin yang membakar dirinya sendiri adalah metafora untuk seseorang yang mengorbankan diri demi kepentingan yang lebih besar.
- Personifikasi: Lilin digambarkan seolah-olah bisa berdoa dan berbicara kepada Tuhan, memberikan kesan bahwa lilin memiliki jiwa dan kesadaran.
- Hiperbola: "Lilin yang memakan dagingnya sendiri"—sebuah penggambaran dramatis tentang lilin yang meleleh, seolah-olah ia benar-benar memakan tubuhnya sendiri.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan pesan tentang keikhlasan dalam berkorban serta refleksi diri terhadap ibadah dan kehidupan. Manusia sering kali menjalani hidup dengan pengorbanan, entah untuk keluarga, pekerjaan, atau tujuan spiritual, tetapi pada akhirnya mereka bertanya kepada Tuhan: "Apakah semua ini sudah cukup?". Puisi ini mengajarkan bahwa pengorbanan yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas akan memiliki makna yang lebih dalam, dan semua pengorbanan itu akan kembali kepada Tuhan.
Puisi "Doa Sebatang Lilin" karya Pesu Aftarudin adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan makna spiritual. Melalui gambaran lilin yang membakar dirinya sendiri, penyair menggambarkan pengorbanan, keikhlasan, dan pencarian makna hidup. Dengan suasana yang hening dan reflektif, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi arti pengorbanan dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Pada akhirnya, puisi ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan dengan tulus akan kembali kepada Tuhan sebagai bentuk ibadah.
Puisi: Doa Sebatang Lilin
Karya: Pesu Aftarudin
Biodata Pesu Aftarudin:
- Pesu Aftarudin lahir pada tanggal 11 Oktober 1941 di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
- Pesu Aftarudin meninggal dunia pada tanggal 1 Februari 2019 di Joglo, Ciawi, Tasikmalaya, Jawa Barat.