Puisi: Diriku (Karya Ajip Rosidi)

Puisi "Diriku" karya Ajip Rosidi menciptakan suasana elegi, terutama ketika mengekspresikan ide ketidakterbatasan manusia. Walaupun seseorang ...
Diriku

Diriku samudra
Dilayari kapal, perahu, bajak
Tiada jejak.

Yang sementara
Berasal dari Tiada
'Kan lenyap dalam
Tiada

1961

Sumber: Jeram (1970)

Analisis Puisi:

Puisi "Diriku" karya Ajip Rosidi adalah sebuah karya sastra yang singkat, namun sarat dengan makna dan pemikiran mendalam.

Simbolisme: Puisi ini memanfaatkan simbolisme yang kuat. Penyair menyusun metafora antara dirinya dan samudra. Dirinya digambarkan sebagai samudra yang telah dilayari oleh berbagai bentuk transportasi laut, seperti kapal, perahu, dan bajak, yang mewakili perjalanan hidup. Samudra dalam konteks ini bisa diartikan sebagai kehidupan, pengalaman, atau waktu. Simbolisme ini menunjukkan keragaman pengalaman dan perjalanan hidup.

Ketidakkekalan dan Ketidakterbatasan: Puisi ini mengekspresikan ide bahwa keberadaan manusia, seperti air di dalam samudra, sementara dan terbatas. Meskipun telah dilayari oleh berbagai perahu dan kapal, jejak-jejak manusia di dunia ini akhirnya akan lenyap dalam "Tiada". Hal ini mencerminkan sifat sementara dari kehidupan manusia dan akhirnya, semua yang ada akan kembali ke asalnya.

Elegi pada Keterbatasan Manusia: Puisi ini juga menciptakan suasana elegi, terutama ketika mengekspresikan ide ketidakterbatasan manusia. Walaupun seseorang mungkin mencapai banyak dalam hidupnya, akhirnya manusia harus menghadapi ketidakkeabadian dan keterbatasan alam semesta.

Kesederhanaan: Dalam puisi ini, Ajip Rosidi menggunakan bahasa yang sangat sederhana, dengan dua kata kunci, "Diriku" dan "Tiada." Namun, meskipun bahasanya sederhana, maknanya dalam puisi ini sangat mendalam dan merenungkan.

Secara keseluruhan, puisi "Diriku" karya Ajip Rosidi mengundang pembaca untuk merenungkan keberlangsungan dan sifat sementara kehidupan manusia. Puisi ini mengekspresikan pemikiran tentang perjalanan hidup, pengalaman, dan akhirnya, kembali kepada asalnya. Meskipun singkat, puisi ini menyentuh tema-tema yang mendalam dan relevan dengan kemanusiaan.

Puisi Ajip Rosidi
Puisi: Diriku
Karya: Ajip Rosidi

Biodata Ajip Rosidi:
  • Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
  • Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
  • Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Memandang Kehidupan Memandang relung-relung kehidupan Aku tak tahu pasti Apakah mungkin menjadi Seorang tua yang tenang baca koran Di tengah ribut dun…
  • Rampas Lama bintang tak muncul gadis di pelukan orang. Dan sejuk angin ke dada - pelukan hampa - gadis tak kembali dan bintang tak muncul-muncul. Sumber: Pest…
  • Kepada TuhanTuhan. Kulihat tangan-Mu mengulur gemetardalam mata anak yang lapar. Dan perut-Mu melilitDalam permainan licik bandit-bandit. Tubuh-Mu telantar.Terlupakan dalam onggoka…
  • Tiada yang Lebih Aman Tiada yang lebih aman, pun tiada yang lebih nikmat Membayangkan masa lampau yang dalam kenangan terpahat. Tiada yang lebih berat, pun tiada yang lebi…
  • Anak Sumbawa Di Sumbawa Donggo punya kuda di Jakarta Donggo beli sepeda ia antar kota ke mimpinya, lampu jalanan jadi mati ia bangunkan kota dari tidur lelapny…
  • Pantun Hari Jumat Pergi ke kobe setiap jumat Dengan kereta dari Umeda; Mencari engkau setiap salat Sampai atahiat tidak berjumpa. Naik kereta dari Umeda …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.