Di Kebun Kakek
Kakekku tinggal di desa
Punya kebun luas sekali
Ada sayuran pula bunga
Pohon durian juga ada
Kebun dipisah dua
Separuh untuk peternakan
Ada sapi banyak pula domba
Lele berenang di kolam
Aku dan kedua adikku
Tiap liburan bermain di kebun kakek
Rasa bahagia tak bisa disembunyikan dariku
Selalu ada buah-buahan disediakan nenek
Kala liburan berakhir
Rasa sedih bergelayut di hati kami
Kami selalu berpikir
Bagaimana bisa tinggal lebih lama lagi
2018
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Kebun Kakek" karya Muhisom Setiaki menggambarkan kehangatan, kebahagiaan, dan kenangan indah masa kecil yang dihabiskan di kebun milik kakek di desa. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk mengingat kembali suasana pedesaan yang asri, kebersamaan keluarga, serta kesedihan ketika harus berpisah dari tempat yang penuh kenangan tersebut.
Gambaran Desa dan Kebun sebagai Simbol Kehidupan yang Damai
Puisi ini diawali dengan penggambaran kehidupan kakek di desa:
"Kakekku tinggal di desa
Punya kebun luas sekaliAda sayuran pula bungaPohon durian juga ada"
Baris-baris ini langsung membawa imajinasi pembaca pada suasana pedesaan yang sejuk dan subur. Kebun yang luas menjadi simbol kekayaan alam, tempat berbagai tanaman tumbuh subur, mulai dari sayuran hingga bunga dan pohon durian. Ini mencerminkan kehidupan desa yang mandiri, di mana sumber makanan dapat diperoleh langsung dari alam.
Gambaran ini memperlihatkan bahwa desa bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sumber kehidupan yang memberikan ketenangan dan kesejahteraan bagi penghuninya.
Peternakan sebagai Bagian dari Kehidupan Desa
Pada bait berikutnya, kebun yang luas juga mencakup peternakan:
"Kebun dipisah duaSeparuh untuk peternakanAda sapi banyak pula dombaLele berenang di kolam"
Selain bercocok tanam, kakek juga memiliki peternakan dengan berbagai hewan ternak seperti sapi dan domba, serta kolam yang diisi dengan ikan lele. Hal ini semakin memperkuat gambaran kehidupan desa yang sejahtera dan harmonis dengan alam.
Melalui penggambaran ini, puisi Di Kebun Kakek juga mencerminkan nilai-nilai ketekunan dan kerja keras dalam bertani dan beternak. Kehidupan di desa tidak hanya tentang keindahan alam, tetapi juga tentang bagaimana manusia merawat dan memanfaatkan alam dengan bijaksana.
Kebahagiaan Bersama Keluarga di Kebun Kakek
Bagian selanjutnya dari puisi ini mengungkapkan kebahagiaan yang dirasakan sang penyair saat berlibur di kebun kakek:
"Aku dan kedua adikkuTiap liburan bermain di kebun kakekRasa bahagia tak bisa disembunyikan darikuSelalu ada buah-buahan disediakan nenek"
Liburan di kebun kakek menjadi momen yang paling dinantikan oleh cucu-cucunya. Bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kehangatan keluarga yang menyertainya. Sosok nenek yang selalu menyediakan buah-buahan menunjukkan kasih sayang yang diberikan kepada cucu-cucunya, menjadikan liburan tersebut semakin berkesan.
Kebun bukan hanya tempat bermain, tetapi juga menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar dan merasakan kedekatan dengan alam serta keluarga. Pengalaman seperti ini sering kali menjadi kenangan indah yang membekas hingga dewasa.
Kesedihan Saat Harus Berpisah
Namun, seperti halnya semua kebahagiaan yang sementara, liburan pun harus berakhir:
"Kala liburan berakhirRasa sedih bergelayut di hati kamiKami selalu berpikirBagaimana bisa tinggal lebih lama lagi"
Bait ini mengungkapkan perasaan sedih saat harus kembali ke kehidupan sehari-hari. Rasa nyaman dan kebahagiaan yang dirasakan di kebun kakek membuat anak-anak ingin tinggal lebih lama. Hal ini mencerminkan perasaan universal yang dirasakan banyak orang saat harus meninggalkan tempat yang penuh kenangan indah.
Kesedihan ini juga menunjukkan betapa berharganya momen-momen bersama keluarga, terutama di lingkungan yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan seperti kebun kakek di desa.
Puisi "Di Kebun Kakek" karya Muhisom Setiaki adalah sebuah karya yang sederhana namun memiliki makna mendalam. Puisi ini menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dengan alam, serta kenangan indah yang tercipta dalam kebersamaan keluarga.
Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk menghargai momen-momen kecil dalam hidup yang sering kali menjadi kenangan berharga di masa depan. Kebun kakek bukan sekadar tempat, tetapi simbol dari kebahagiaan, ketenangan, dan kasih sayang keluarga.
Selain itu, puisi ini juga menyampaikan pesan bahwa alam dan kehidupan pedesaan memiliki daya tarik tersendiri yang tidak bisa digantikan oleh kehidupan modern. Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kota, puisi ini mengingatkan kita akan kedamaian yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan alam dan kehangatan keluarga.
Karya: Muhisom Setiaki
Biodata Muhisom Setiaki:
- Muhisom Setiaki lahir pada tanggal 26 Juni 1964 di Parakan, Temanggung.