Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dalam Langgar (Karya Arifin C. Noer)

Puisi "Dalam Langgar" adalah sebuah renungan mendalam tentang spiritualitas dan kritik sosial. Arifin C. Noer dengan gaya puisinya yang lugas namun ..
Dalam Langgar (1)

Sekarang tahulah aku bagaimana aku mesti berkata
dalam ini langgar yang ramah dimana Engkau memberi berkah
istirah dan damai atas setiap gelisah: gelisahku!
Setelah berjalan ke sana ke mari tanpa ada yang dilakukan
terhadap setiap kejahatan dan segala pengkhianatan
yang tengah meramaikan kata ini siang malam
Pencuri-pencuri yang terang-terangan dan korupsi yang dilakukan setiap orang
di samping ulama-ulama yang cuma sibuk dengan kata-kata
- dan para demagog lainnya! Tahulah aku
apa yang mesti aku katakan pada hatiku sendiri
Kini, di sini, sendiri di langgar ini
dimana cahaya bulan menyusup lewat celah atap
menunjukkan noktah-noktah noda pada setiap wajah: wajahku!
Kutukan-kutukan akan tiba pada setiap dosa
Malam yang dikotori dan dibaluti dengan warna hitam
misteri dan rahasia-rahasia akan terbuka
Alhamdulillah! Sepi yang selama ini mengikuti pengembaraanku
telah berhenti di sini dan telah menyerahkan nikmat yang sejati
dari segenap peristiwa-peristiwa yang berlangsung di tanah ini
Alhamdulillah! Aku telah bisa memastikan dan meyakinkan
Segala dusta dari setiap zaman akan membusuk dan menguliti dirinya
sementara tiap-tiap orang menekuri kepalanya sendiri
di kamarnya sendiri
Aku juga yakin seperti juga pasti bertiupnya terompet-terompet sangkala
mengkhabarkan akhir tiap-tiap cerita
Beginilah yang ada di sini: penyerahan diri dengan suatu kepercayaan
berujud perbuatan-perbuatan yang sederhana. Maka terimalah semuanya
untuk-Mu. Di atas tikar yang koyak-koyak ini, di langgar yang renta ini
bayi telah lahir dengan tangisnya yang penuh arti
Terimalah ia sebab ia adalah diriku sendiri
yang nakal dan manja
telanjang dan terbuka
Terimalah ia
Amin.

Dalam Langgar (2)

Dingin malam telah pula Kau kirimkan
Aku akan tidur sekarang:
segalanya kupasrahkan pada-Mu sebab semuanya milik-Mu
Dingin malam telah mengunci kamar-kamar
dan berbenahlah segala kebenaran membikin onar
dengan kegelisahan, sebab pemilik-pemilik yang sejati telah datang menagih
apa yang telah disita dusta selama siang perjalanan
Tetapi aku akan tidur sekarang
berharap segala rasa cape akan hilang
Kalau besok tabuh itu dipalu orang
aku 'kan kembali bekerja
setelah Kau terima sujudku
Akan kususuri lagi segala peristiwa
supaya tahu makna kala bagi manusia
dengan bhakti yang mewah
bagi-Mu: seraya memendekkan cerita lelucon
di antara orang-orang di sini, agar segera sampai pada akhirnya
Dingin malam ini bagai tangan bidadari
yang membelai kepalaku. Sebab itu aku pun mengantuk
sementara impian-impian mengintip dan akan memulai kisah-kisahnya
yang akan menguatkan urat-urat
audzubillahiminasyaitonirojiem ...
Maka malam pun hilang bersama semuanya
kecuali tangan-Mu yang hangat
menyekap tubuhku ......

Dalam Langgar (3)

Kebohongan mengenakan pakaian pengantin yang gemerlapan
Ia akan dikawinkan dengan martabat dan harta kekayaan
Rumah-rumah dari kaca telah didirikan
Tidak lupa, pesta sepanjang waktu mengisi kebudayaan
— Janganlah bersedih, saudara
Sebagai simiskin tak usahlah kita bergumam
Tegaklah dan tantanglah mereka
sebagaimana Allah menunjukkan telunjuk-Nya

Sudahlah cukup waktu untuk tetap selalu membisu
sementara khotib-khotib telah menghiasi pidato-pidatonya
dengan kata-kata usang berdebu dan tak bertolak dari jiwa
sementara hakim-hakim memukulkan palunya
tanpa suatu kepastian dan keyakinan
Sudahlah tiba masanya ditulis sajak seperti ini
walau pahit dan hampir kehilangan kemesraannya
sebagai puisi

kejujuran tak akan mampu  mengibarkan panji-panji Kebenaran
tanpa ditopang keberanian. Berdiam
diri dan membiarkan tinta menguap sia-sia
akan mencemarkan sejarah bangsa
Dan anak-anak kita akan seenaknya meneruskan cerita-cerita cabul ini
dan suatu ketika mereka akan mengutuk bapak-bapaknya sendiri tanpa iba
dan kita akan menerima hukuman tiada habis-habisnya
tiada habis-habisnya
di sini dan nanti

Sudahlah cukup waktu kita berbuat dungu
Di atas kertas kosong sudah cukup banyak bertumpuk abu
dari rokok kita yang selama ini setia melupakan
diri kita.

Dalam Langgar (4)

Siapakah yang tega membiarkan anak-anak sekolah
saling bermuka masam saling bermusuhan? Kutuklah ia
Dunia dan Akherat akan membelenggu dirinya
dengan rasa gelisah dan siksa yang baka

memberikan lagi waktu mereka untuk menodai sejarah?
Kutuklah ia
Dunia dan Akherat akan menyediakan mereka
hukuman mereka yang terpanjang

Siapakah yang telah memenjarakan Kebenaran
dan mendudukkan Dusta sebagai pimpinan? Kutuklah ia
Tuhan telah menunggu mereka dengan bijaksana
dan segala tanya siap ditanyakan!

Langgar Purwo, 11 Juli 1965

Sumber: Horison (Desember, 1966)

Analisis Puisi:

Puisi "Dalam Langgar" merupakan rangkaian puisi reflektif karya Arifin C. Noer yang mencerminkan kegelisahan sosial, keagamaan, dan moral di Indonesia. Puisi ini tidak hanya menampilkan perenungan spiritual, tetapi juga kritik tajam terhadap ketimpangan sosial, kemunafikan, dan penyalahgunaan kekuasaan.

Tema dan Makna Puisi

Puisi Dalam Langgar membawa beberapa tema utama yang saling berkaitan:
  • Perenungan Diri dan Spiritualitas: Puisi ini menggambarkan perjalanan batin seseorang yang menemukan ketenangan di dalam langgar (mushola kecil). Tempat ibadah ini menjadi saksi bagi kegelisahan penyair terhadap keadaan dunia yang penuh ketidakadilan.
  • Kritik Sosial dan Ketidakadilan: Arifin secara tajam mengkritik perilaku korupsi, kemunafikan ulama, serta kepalsuan dalam kehidupan sosial dan politik. Misalnya, pada bait "Pencuri-pencuri yang terang-terangan dan korupsi yang dilakukan setiap orang di samping ulama-ulama yang cuma sibuk dengan kata-kata – dan para demagog lainnya!" Ini menggambarkan betapa kebenaran telah dikalahkan oleh kejahatan yang dilakukan secara terang-terangan.
  • Perlawanan Terhadap Kemunafikan: Puisi ini menampilkan keresahan penyair terhadap ulama yang hanya sibuk berbicara tetapi tidak bertindak. Kebenaran yang seharusnya ditegakkan justru dikalahkan oleh kepalsuan yang merajalela.
  • Harapan akan Keadilan: Meskipun banyak kejahatan dan kebohongan yang terjadi, penyair tetap menunjukkan harapan bahwa keadilan akan datang. Ada keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan hukuman kepada mereka yang berbuat dosa dan mengkhianati kebenaran.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi "Dalam Langgar" memiliki struktur yang khas dengan penggunaan diksi yang tajam dan penuh makna. Beberapa ciri khasnya antara lain:
  • Penggunaan Repetisi: Arifin menggunakan repetisi untuk menegaskan makna, misalnya dalam bait berikut "Dunia dan Akherat akan menyediakan mereka hukuman mereka yang terpanjang." Pengulangan ini menciptakan efek dramatis sekaligus mempertegas ancaman bagi mereka yang berbuat zalim.
  • Simbolisme Religius: Langgar dalam puisi ini menjadi simbol tempat introspeksi diri. Bulan yang menyusup lewat celah atap melambangkan cahaya kebenaran yang menerangi kegelapan dunia. Tikar koyak-koyak menggambarkan keadaan yang sederhana tetapi tetap memiliki makna spiritual mendalam.
  • Kontras antara Kebenaran dan Kebohongan: Penyair sering menggunakan diksi yang berlawanan untuk menunjukkan perbedaan antara mereka yang jujur dan mereka yang munafik. Contohnya "Kebohongan mengenakan pakaian pengantin yang gemerlapan, Ia akan dikawinkan dengan martabat dan harta kekayaan." Ini adalah metafora tajam yang menggambarkan bagaimana kebohongan justru sering mendapat kehormatan dalam masyarakat.

Kritik Sosial dan Relevansi dengan Zaman Sekarang

Walaupun ditulis dalam konteks sosial tertentu, puisi ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Beberapa pesan penting dalam puisi ini yang masih berlaku hingga kini:
  • Korupsi yang Sistematis: Penyair menyoroti bagaimana korupsi menjadi bagian dari sistem yang terus dipelihara. Hingga kini, korupsi masih menjadi persoalan besar di banyak negara, termasuk Indonesia.
  • Munafiknya Pemimpin dan Tokoh Agama: Arifin mengkritik ulama yang hanya berbicara tetapi tidak bertindak. Hal ini masih sering kita lihat di berbagai tempat, di mana tokoh agama atau pemimpin politik hanya beretorika tanpa memberikan solusi nyata.
  • Kebohongan yang Dipuja: Dunia modern masih menunjukkan bagaimana kebohongan sering kali dikemas dengan indah, seperti dalam media sosial atau politik.
Puisi "Dalam Langgar" adalah sebuah renungan mendalam tentang spiritualitas dan kritik sosial. Arifin C. Noer dengan gaya puisinya yang lugas namun puitis berhasil menggambarkan kegelisahan terhadap keadaan dunia yang penuh kemunafikan. Dengan simbolisme yang kuat dan diksi yang tajam, puisi ini tidak hanya menjadi bentuk ekspresi diri tetapi juga ajakan untuk bertindak dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

Membaca puisi ini mengingatkan kita untuk selalu melakukan introspeksi dan tetap berani menyuarakan kebenaran di tengah zaman yang penuh kepalsuan.

Puisi Arifin C. Noer
Puisi: Dalam Langgar
Karya: Arifin C. Noer

Biodata Arifin C. Noer:
  • Arifin C. Noer (nama lengkapnya adalah Arifin Chairin Noer) lahir pada tanggal 10 Maret 1941 di kota Cirebon, Jawa Barat.
  • Arifin C. Noer meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta.
  • Arifin C. Noer adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.