Analisis Puisi:
Puisi "Burung Tersesat" karya Dorothea Rosa Herliany merupakan sebuah metafora yang mendalam tentang keterasingan, kehilangan tempat berpijak, dan kerapuhan eksistensial manusia. Dengan diksi yang tajam dan simbolisme yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna keterasingan dan ketidakpastian dalam kehidupan.
Simbolisme Burung sebagai Representasi Jiwa yang Tersesat
Baris pertama, "di hatiku tersesat burung kecil dan renta," memperlihatkan bahwa burung dalam puisi ini adalah simbol dari jiwa yang tak lagi memiliki tempat bernaung. Kata "kecil dan renta" menegaskan kelemahan dan kesendirian yang dirasakan subjek dalam menghadapi dunia.
Dunia yang Tak Lagi Ramah
Puisi ini menggambarkan lingkungan yang berubah menjadi asing dan tak bersahabat. "Dahan-dahan tak menyediakan tempat buat sarang-sarangnya" menggambarkan hilangnya tempat berlindung, baik secara fisik maupun emosional. Dunia yang dahulu memberi kenyamanan kini telah berubah menjadi ancaman.
Krisis Identitas dan Kehilangan Harmoni
"Kicau tak lagi berirama, tersusun syair igauan" mencerminkan keadaan di mana suara dan ekspresi kehilangan makna. Burung, yang biasanya melambangkan kebebasan dan keindahan suara, kini hanya bisa mengeluarkan igauan—ungkapan dari pikiran yang kacau dan tidak beraturan.
Kehampaan Waktu dan Harapan yang Pupus
"Langit pun tak lagi punya musim, tak ada yang ditunggu-tunggu, juga waktu migrasi" memperlihatkan hilangnya siklus dan ritme kehidupan. Tidak ada lagi harapan atau tujuan, yang menandakan kebingungan dan keputusasaan yang semakin dalam.
Kekerasan dan Ancaman dari Dunia Luar
Baris "anak-anak dengan ketapel, masih juga membidik hatiku" menunjukkan bahwa bahkan generasi yang lebih muda pun turut menjadi ancaman. Hal ini bisa diartikan sebagai gambaran dunia yang semakin kejam, di mana tak ada lagi belas kasih bagi mereka yang tersesat dan tak berdaya.
Puisi "Burung Tersesat" adalah sebuah karya yang mengusung tema keterasingan, kehilangan, dan ketidakpastian dalam kehidupan. Dengan simbolisme yang kuat, Dorothea Rosa Herliany berhasil menggambarkan perasaan terombang-ambing di dunia yang tak lagi menyediakan tempat bagi keberadaan individu yang lemah. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana lingkungan dan perubahan zaman dapat membuat seseorang merasa kehilangan arah dan makna dalam hidupnya.

Puisi: Burung Tersesat
Karya: Dorothea Rosa Herliany
Biodata Dorothea Rosa Herliany:
- Dorothea Rosa Herliany lahir pada tanggal 20 Oktober 1963 di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Ia adalah seorang penulis (puisi, cerita pendek, esai, dan novel) yang produktif.
- Dorothea sudah menulis sejak tahun 1985 dan mengirim tulisannya ke berbagai majalah dan surat kabar, antaranya: Horison, Basis, Kompas, Media Indonesia, Sarinah, Suara Pembaharuan, Mutiara, Citra Yogya, Dewan Sastra (Malaysia), Kalam, Republika, Pelita, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Jawa Pos, dan lain sebagainya.