Puisi: Buruh (Karya A. M. Dg. Myala)

Puisi "Buruh" karya A. M. Dg. Myala membahas realitas keseharian dan kondisi sosial ekonomi seorang buruh, termasuk perasaan lelah, pengorbanan, .....
Buruh (1)

Duduk aku hadapi meja
Tulis buku banyak ragam
Kopi masuk gula keluar
Kapok dibeli koprah dijual.

Semenjak pagi sudah begitu
Sampaikan petang baru berenti
Lelah penat tidak terasa
Demikian asyik menulis harta.

Bukan harta punya sendiri
Hanya harta punya majikan
Harta sendiri hanya tenaga
Tenaga badan dan pikiran.

Kapan pulang terasa penat
Isteri di rumahpun dapat kerja

Buruh (2)

Habis bulan terima gaji
Debet kredit dihitung ulang
Sekali ini harta sendiri
Membuat pusing kepala pening.

Masuk kiri keluar kanan
Setimbang tidak mana berat
Berat di kiri ada simpanan
Berat di kanan keluh kesah.

Bulan masuk tahun pergi
Nasib buruh tidak berobah
Siang-siang tangan penuh
Pulang balik tangan kosong.

Isteri di rumah setia terus
Senang susah sama dipikul...

Sumber: Pujangga Baru (Juni, 1937)

Analisis Puisi:

Puisi "Buruh" karya A. M. Dg. Myala menggambarkan kehidupan seorang buruh, khususnya fokus pada pengalaman dan perasaannya dalam bekerja keras untuk mencari nafkah. Puisi ini membahas realitas keseharian dan kondisi sosial ekonomi seorang buruh, termasuk perasaan lelah, pengorbanan, dan keterbatasan yang dihadapinya.

Buruh (1):

  • Bagian ini menggambarkan adegan seorang buruh yang duduk di meja dan bekerja keras menulis buku dengan berbagai topik. Aktivitasnya terus berlanjut, dari pagi hingga petang, menunjukkan tingginya dedikasi dan konsentrasi dalam bekerja.
  • Meskipun lelah dan penat, buruh merasakan kepuasan dan antusiasme dalam pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari baris "Lelah penat tidak terasa / Demikian asyik menulis harta."

Buruh (2):

  • Bagian ini memperlihatkan perhitungan gaji dan kondisi keuangan buruh setelah bulan bekerja. Meskipun ada pemasukan, buruh harus menghadapi debet dan kredit yang membuatnya merasa bingung dan pusing.
  • Penekanan pada perhitungan debit dan kredit serta rasa bingung menggambarkan tantangan finansial yang dihadapi buruh.
Bulan Masuk Tahun Pergi: Baris akhir puisi ini menekankan ketidakberubahannya nasib buruh seiring berjalannya waktu. Meskipun bulan-bulan dan tahun-tahun berlalu, kondisi dan pengalaman buruh tetap tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Pesan dan Makna: Puisi ini menggambarkan keseharian dan perjuangan seorang buruh dalam mencari nafkah. Pesan yang ingin disampaikan adalah tentang pengorbanan dan upaya keras yang dilakukan oleh buruh untuk menghidupi diri dan keluarganya. Puisi ini juga mencerminkan ketidakpastian finansial yang sering dialami oleh buruh dan dampaknya terhadap perasaan dan kondisi mental mereka.

Gaya Penulisan dan Bahasa: Penulisan puisi ini cukup sederhana dan langsung, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Bahasa yang digunakan mendukung gambaran sehari-hari dan realitas yang dihadapi oleh buruh dalam kehidupan mereka.

Konteks Emosional: Puisi ini menciptakan gambaran emosional tentang perjuangan buruh, termasuk rasa lelah, keterbatasan, pengorbanan, dan perasaan campur aduk terhadap kondisi keuangan mereka.

Puisi "Buruh" oleh A. M. Dg. Myala adalah potret yang kuat tentang kehidupan seorang buruh. Puisi ini menggambarkan pengalaman dan perasaan seorang buruh dalam bekerja keras untuk mencari nafkah, serta tantangan finansial yang mereka hadapi. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan langsung, puisi ini berhasil menggambarkan kehidupan sehari-hari dan perjuangan buruh dengan mendalam.

Puisi: Buruh
Puisi: Buruh
Karya: A. M. Dg. Myala

Biodata A. M. Dg. Myala:
  • A. M. Dg. Myala (atau Abdul Muin Daeng Myala) adalah salah satu sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru.
  • A. M. Dg. Myala lahir di Makassar pada tanggal 2 Januari 1909.
  • Selain menggunakan nama A. M. Dg. Myala, dalam dunia sastra, Abdul Muin Daeng Myala juga pernah menggunakan A. M. Thahir.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Supar Tersiar di halaman kabar supar dipecat ya supar dipecat Kabar tersebar lalu dari mulut ke mulut masuk dan meluas di bilik-bilik sempit rumah ko…
  • Nonton Harga Ayo keluar keliling kota tak perlu ongkos tak perlu biaya masuk toko perbelanjaan tingkat lima tak beli tak apa lihat-lihat saja Kalau pingin durian a…
  • Sehari Saja Kawan! Satu kawan bawa tiga kawan Masing-masing nggandeng lima kawan Sudah berapa kita punya kawan Satu kawan bawa tiga kawan Masing-masing…
  • Hamba Buruh Kembali makan ala fakir - sehari sekali saja. Setelah makan hemat: famili mampir - terpaksa ngirit. Di bulan depan: pulih. …
  • Pertanyaan Penting (Kenapa kamu bunuh Marsinah?) Indonesia indah melimpah. Di samping sumur pohon jambu berkembang. Di laut ikan cakalang dan lumba-lumba. Lalu ke…
  • Suti Suti tidak kerja lagi pucat ia duduk dekat amben-nya Suti di rumah saja tidak ke pabrik tidak ke mana-mana Suti tidak ke rumah sakit batuknya memburu …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.