Analisis Puisi:
Puisi "Bohong" karya Hasbi Burman adalah puisi yang sarat dengan kritik sosial, terutama terkait dengan proses rekonstruksi Aceh pasca-bencana tsunami 2004. Dengan bahasa yang lugas dan penuh emosi, puisi ini menggambarkan kekecewaan terhadap janji-janji yang tidak ditepati serta penderitaan masyarakat yang merasa ditipu oleh proses rekonstruksi yang seharusnya memulihkan kehidupan mereka.
Konteks Sejarah: Rekonstruksi Aceh Pasca-Tsunami
Aceh mengalami salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah pada 26 Desember 2004, ketika gelombang tsunami meluluhlantakkan wilayah tersebut dan menelan ratusan ribu korban jiwa. Setelah bencana itu, banyak bantuan internasional mengalir untuk membantu rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh. Namun, dalam perjalanannya, proses rekonstruksi ini tidak selalu berjalan mulus. Banyak laporan tentang korupsi, penyalahgunaan dana bantuan, serta ketimpangan dalam distribusi bantuan.
Puisi "Bohong" menyoroti permasalahan ini dengan nada penuh kekecewaan, menggambarkan bagaimana janji-janji pembangunan dan perbaikan yang seharusnya membawa harapan justru menjadi kebohongan yang menyakitkan bagi rakyat Aceh.
Kritik terhadap Rekonstruksi: Harapan yang Dikhianati
Puisi ini dibuka dengan pernyataan yang langsung menohok:
"Pada sudut rekontruksi Aceh
Engkau telah membohongi dunia"
Bait ini menegaskan bahwa proses rekonstruksi Aceh yang seharusnya menjadi simbol kebangkitan justru dipenuhi dengan kebohongan. Ada kesan bahwa janji-janji yang diberikan kepada masyarakat Aceh tidak pernah benar-benar diwujudkan.
Hal ini diperkuat dengan baris berikutnya:
"Luka hati anak negeri
luka hati siapa-siapa yang terbohongi."
Frasa anak negeri menunjukkan bahwa kekecewaan ini bukan hanya milik individu tertentu, tetapi dirasakan oleh seluruh masyarakat Aceh yang menjadi korban. Luka yang ditinggalkan oleh tsunami semakin diperparah oleh harapan palsu yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam rekonstruksi.
Janji yang Tidak Ditepati: Kritik terhadap Pemerintah dan Pihak Berwenang
Bagian tengah puisi ini semakin memperjelas bahwa kritik utama ditujukan pada para pemangku kepentingan yang bertanggung jawab atas rekonstruksi Aceh:
"Pada senyum simpulmu rekontruksi Aceh engkau telah mengaris peta rekontruksi-rekontruksi yang diganyang tsunami tapi itu terbungkus saja dalam janji."
Penyair menyoroti bahwa ada banyak rencana rekonstruksi yang dibuat (mengaris peta rekonstruksi-rekonstruksi), tetapi pada kenyataannya, semuanya hanya sebatas janji. Pembangunan yang dijanjikan hanya menjadi ilusi yang dibungkus dengan kata-kata indah, tetapi tidak diwujudkan dengan tindakan nyata.
Frasa senyum simpul juga bisa diartikan sebagai sindiran terhadap pejabat atau pihak yang terlihat tenang dan percaya diri, tetapi sebenarnya hanya memberikan harapan kosong kepada masyarakat.
Penderitaan yang Terus Berlanjut
Bagian akhir puisi semakin memperdalam kritik terhadap kondisi yang terjadi:
"Engkau begitu bohong rekontruksi Aceh kami dilecehkan adakah engkau masih ingat neraka tidak pernah mau dibongkar Tuhan."
Pernyataan kami dilecehkan menunjukkan betapa besar rasa sakit dan kekecewaan yang dirasakan oleh masyarakat Aceh. Mereka merasa dipermainkan oleh janji-janji rekonstruksi yang tidak kunjung terealisasi.
Kalimat terakhir dalam puisi ini sangat kuat dan menggugah:
"Neraka tidak pernah mau dibongkar Tuhan."
Frasa ini bisa diinterpretasikan sebagai pernyataan bahwa penderitaan yang dialami masyarakat Aceh adalah sesuatu yang nyata dan tidak dapat dihapus begitu saja. Neraka di sini bisa merujuk pada kesengsaraan yang ditinggalkan oleh tsunami dan ketidakadilan yang mereka alami setelahnya. Tuhan tidak membongkar neraka, artinya penderitaan ini akan terus ada jika manusia sendiri tidak bertindak untuk mengubahnya.
Puisi "Bohong" karya Hasbi Burman adalah bentuk protes dan kekecewaan terhadap janji-janji rekonstruksi Aceh yang tidak ditepati. Melalui bahasa yang tegas dan emosional, puisi ini menggambarkan bagaimana masyarakat yang sudah menderita akibat bencana masih harus menghadapi kebohongan dari pihak yang seharusnya membantu mereka.
Puisi ini menjadi pengingat bahwa rekonstruksi bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi juga tentang keadilan, transparansi, dan kepedulian terhadap masyarakat yang menjadi korban. Kritik dalam puisi ini tetap relevan sebagai refleksi terhadap berbagai proyek kemanusiaan yang sering kali tidak berjalan sesuai dengan harapan.
Pada akhirnya, puisi ini bukan hanya sekadar luapan emosi, tetapi juga seruan agar dunia tidak melupakan Aceh dan agar keadilan bagi para korban benar-benar diwujudkan, bukan sekadar janji yang terus-menerus diingkari.
Puisi: Bohong
Karya: Hasbi Burman
Biodata Hasbi Burman:
- Hasbi Burman (Presiden Rex) lahir pada tanggal 9 Agustus 1955 di Lhok Buya, Aceh Barat.