Puisi: Bisakah (Karya Soekoso DM)

Puisi "Bisakah" karya Soekoso DM menggambarkan pencarian makna di tengah realitas yang tidak selalu bisa diubah.
Bisakah

bisakah engkau menembus cakrawala
padukan lidah langit ke bibir laut
dalam perjalanan maya, dalam dekapan kabut

bisakah kamu melintasi gerhana
pautkan kelopak matari ke bulu-mata rembulan
dalam seruang nyata, bukan seribu semesta impian

adalah biota-biota dasar samudra
gemetaran jauh di palung-palung dada
senandungkan senyap, gemakan riwayat adam hawa
biarlah kisah-kisah muskil yang tercatat di atas air

Mungkinkah alam bakal nyanyikan lagu sungsang
balikkan duri jadi rindu
jelmakan reremang jadi benderang

(tetapi di dinding arloji tak berputar ke kiri
terasa peristiwa demi peristiwa semakin nisbi)

Potrowijayan, 2006

Analisis Puisi:

Puisi "Bisakah" karya Soekoso DM adalah sebuah karya yang kaya akan imajinasi, metafora, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang batasan, kenyataan, dan impian. Dengan bahasa yang puitis dan penuh simbol, puisi ini menggambarkan pencarian makna di tengah realitas yang tidak selalu bisa diubah.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah pencarian makna hidup dan keterbatasan manusia dalam menghadapi kenyataan. Penyair seakan mempertanyakan kemungkinan untuk melampaui batas-batas yang ada, baik dalam hal fisik maupun spiritual. Ada pula tema tentang perjalanan, baik secara nyata maupun metaforis, di mana manusia mencoba menembus batas cakrawala dan menghubungkan berbagai unsur alam.

Makna Tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini mengarah pada pertanyaan tentang kemungkinan mengubah realitas dan nasib. Penyair bertanya bisakah seseorang menembus batasan alam dan kenyataan? Apakah mungkin manusia menghubungkan sesuatu yang tampaknya bertolak belakang, seperti langit dan laut, matahari dan bulan?

Bagian yang menyebut "biota-biota dasar samudra gemetaran jauh di palung-palung dada" bisa dimaknai sebagai perasaan atau emosi terdalam yang bergelora di dalam hati manusia, namun tak selalu bisa diungkapkan atau dipahami.

Baris "Mungkinkah alam bakal nyanyikan lagu sungsang, balikkan duri jadi rindu, jelmakan reremang jadi benderang" memberi harapan tentang kemungkinan perubahan dari kesulitan menjadi kebahagiaan, dari kegelapan menjadi cahaya. Namun, di bagian akhir puisi, ada nada pesimis dengan frasa "tetapi di dinding arloji tak berputar ke kiri", yang menyiratkan bahwa waktu tidak bisa diputar kembali, dan kenyataan tetap berjalan maju tanpa bisa diubah.

Puisi ini bercerita tentang pencarian dan pertanyaan eksistensial manusia. Penyair seolah merenungkan apakah mungkin untuk mengubah keadaan, melampaui batasan, atau menyatukan hal-hal yang secara alami terpisah. Ada juga perenungan tentang perjalanan waktu yang terus berjalan ke depan, tanpa bisa diulang kembali.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini terasa melankolis, penuh renungan, dan sedikit filosofis. Ada perasaan harapan yang muncul dalam pertanyaan-pertanyaan penyair, tetapi di akhir puisi, terdapat kesan pasrah dan kesadaran bahwa waktu tidak bisa diputar kembali.

Imaji

Puisi ini memiliki banyak imaji yang kuat dan menggugah, di antaranya:
  • Imaji visual: "padukan lidah langit ke bibir laut", "pautkan kelopak matari ke bulu-mata rembulan", yang menggambarkan alam dengan keindahan metaforis.
  • Imaji perasaan: "biota-biota dasar samudra gemetaran jauh di palung-palung dada", menciptakan gambaran emosi mendalam yang tersimpan di lubuk hati.
  • Imaji pendengaran: "nyanyikan lagu sungsang", "senandungkan senyap", yang menambah kesan puitis dan misterius.

Majas

Puisi ini menggunakan berbagai majas yang memperkaya makna dan keindahan bahasanya, di antaranya:
  • Metafora: "padukan lidah langit ke bibir laut", menggambarkan keinginan untuk menyatukan dua hal yang berbeda.
  • Personifikasi: "biota-biota dasar samudra gemetaran", memberikan kesan bahwa makhluk laut memiliki emosi seperti manusia.
  • Hiperbola: "kisah-kisah muskil yang tercatat di atas air", mengandung kesan dramatis tentang sesuatu yang tak mungkin bertahan lama.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa ada batasan dalam kehidupan yang mungkin sulit atau mustahil untuk ditembus. Manusia bisa bermimpi dan bertanya "bisakah?", tetapi kenyataan tetap memiliki hukum-hukumnya sendiri.

Namun, ada juga pesan tentang harapan akan perubahan, meskipun realitas sering kali tidak memungkinkan hal itu terjadi. Kalimat terakhir tentang waktu yang tak bisa diputar ke belakang mengingatkan bahwa kita harus menghargai setiap momen dalam hidup, karena waktu terus berjalan maju tanpa bisa diulang kembali.

Puisi "Bisakah" karya Soekoso DM adalah puisi yang penuh dengan simbolisme dan pertanyaan mendalam tentang kehidupan. Dengan tema pencarian makna dan keterbatasan manusia, puisi ini menggambarkan keinginan untuk menembus batas, menyatukan yang terpisah, serta harapan akan perubahan. Namun, pada akhirnya, penyair menyadari bahwa waktu terus berjalan, dan tidak semua hal bisa diubah sesuai keinginan kita.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup, menerima kenyataan, dan menghargai waktu yang terus berlalu.

Puisi: Bisakah
Puisi: Bisakah
Karya: Soekoso DM

Biodata Soekoso DM:
  • Soekoso DM, lahir di Purworejo, 17 Juli 1949.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.