Puisi: Batas Panggung (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Batas Panggung" karya Wiji Thukul menggambarkan dinamika kekuasaan, perlawanan terhadap campur tangan, dan permintaan pengakuan.
Batas Panggung
kepada para pelaku

ini daerah kekuasaan kami
jangan lewati batas itu
jangan campuri apa yang terjadi di sini
karena kalian penonton
kalian adalah orang luar
jangan rubah cerita yang telah kami susun
jangan belokkan jalan cerita yang telah
kami rencanakan
karena kalian adalah penonton
kalian adalah orang luar
kalian harus diam

panggung seluas ini hanya untuk kami
apa yang terjadi di sini
jangan ditawar-tawar lagi
panggung seluas ini hanya untuk kami
jangan coba bawa pertanyaan-pertanyaan berbahaya
ke dalam permainan ini
panggung seluas ini hanya untuk kami
kalian harus bayar kami
untuk membiayai apa yang kami kerjakan di sini

biarkan kami menjalankan kekuasaan kami
tontonlah
tempatmu di situ

Solo, 21 November 1991

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Batas Panggung" yang ditulis oleh Wiji Thukul adalah sebuah karya yang penuh dengan pesan politis dan sosial. Melalui gambaran panggung dan penonton, puisi ini menggambarkan dinamika kekuasaan, keterbatasan, dan perlawanan terhadap dominasi.

Metafora Panggung dan Batas: Puisi ini menggunakan panggung sebagai metafora untuk kekuasaan dan kendali. "Ini daerah kekuasaan kami, jangan lewati batas itu" adalah pernyataan tegas tentang wilayah yang dikendalikan oleh pihak yang berkuasa. "Panggung seluas ini hanya untuk kami" menunjukkan eksklusivitas dan dominasi atas ruang kekuasaan tersebut.

Perlawanan Terhadap Campur Tangan: "Jangan campuri apa yang terjadi di sini" menggambarkan keinginan untuk menghindari campur tangan dari pihak luar yang tidak memahami konteks dan dinamika internal. Ini merujuk pada keinginan untuk mempertahankan otonomi dalam mengelola urusan sendiri.

Penekanan Identitas: "Karena kalian penonton, kalian adalah orang luar" menyoroti perbedaan antara penonton dan mereka yang ada di panggung. Ini bisa diartikan sebagai perbedaan antara mereka yang memiliki kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan dalam suatu situasi atau masyarakat.

Kontrol terhadap Narasi: "Jangan rubah cerita yang telah kami susun, jangan belokkan jalan cerita yang telah kami rencanakan" menggambarkan upaya untuk mempertahankan kendali atas narasi atau cerita yang disajikan kepada publik. Ini bisa merujuk pada upaya untuk menjaga kuasa atas interpretasi dan persepsi yang ingin diberikan kepada orang lain.

Pertentangan Terhadap Pertanyaan Berbahaya: "Panggung seluas ini hanya untuk kami, jangan coba bawa pertanyaan-pertanyaan berbahaya ke dalam permainan ini" merujuk pada penolakan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengancam status quo atau mengungkapkan kebenaran yang tidak diinginkan oleh pihak berkuasa.

Permintaan Pembayaran dan Pengakuan: "Panggung seluas ini hanya untuk kami, kalian harus bayar kami untuk membiayai apa yang kami kerjakan di sini" menggambarkan permintaan pengakuan dan kompensasi atas apa yang telah dilakukan oleh pihak yang ada di panggung. Ini bisa diartikan sebagai tuntutan penghargaan terhadap peran dan usaha mereka.

Pemisahan dan Tontonan: "Biarkan kami menjalankan kekuasaan kami, tontonlah, tempatmu di situ" menggambarkan pemisahan yang tegas antara pihak berkuasa yang berada di panggung dan penonton. Penonton diperintahkan untuk tetap di tempat mereka dan hanya menonton, tanpa campur tangan atau perlawanan.

Puisi "Batas Panggung" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang sarat dengan pesan politis dan sosial. Melalui metafora panggung dan penonton, puisi ini menggambarkan dinamika kekuasaan, perlawanan terhadap campur tangan, dan permintaan pengakuan. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya pertanyaan, kebenaran, dan perlawanan dalam menghadapi sistem yang berkuasa.

Puisi: Batas Panggung
Puisi: Batas Panggung
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.