Puisi: Bangkit! (Karya Frans Nadjira)

Puisi "Bangkit!" karya Frans Nadjira adalah sebuah seruan penuh semangat yang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan.
Bangkit!

Hari-hari pucat berlari cepat
Tak ada waktu menunggu.
Bangkit!
Mereka telah ambil
tajam silau matahari kita
Mereka telah ambil kata-kata
dari sayap malaikat
Kelepak  pudar
Bayang-bayang wajah kita.

Bangkit!
Berikan pekik yang lain. 
Nyalakan kilau gerammu.
Berlari lebih gemuruh dari
degup jantung pengecut itu.
Kau tahu berita duka 
Dan daun gugur
di lereng-lereng kuning
Tak ada yang menangisi.
                          
Hamparan pasir
di antara dua sisi jembatan
Menunggu surat-surat tak tertulis
dari pelabuhan kabut.
Gerimis dingin menyayat
Menggigil
Di tengah pesta kembang api.

Di tempat ini
Mereka pamit berpisah
Menatap cemas jalanan 
Diterjang angin
tak berlengan tak berkepala.
Bangkit!
Kalian nakhoda
dari nasib tanah perkasa. 
Kalian akan melepas
Burung-burung gema
yang akan menggelar
Pengadilan jalanan 
Dengan tangan-tangan petirnya.

Analisis Puisi:

Puisi "Bangkit!" karya Frans Nadjira adalah sebuah seruan penuh semangat yang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan. Melalui larik-lariknya, penyair menggambarkan situasi keterpurukan, perampasan hak, dan seruan untuk kembali berdiri serta melawan dengan keberanian.

Hari-Hari yang Pucat dan Kehilangan yang Menyakitkan

"Hari-hari pucat berlari cepat / Tak ada waktu menunggu."

Baris pembuka ini menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu tanpa memberi kesempatan untuk berdiam diri. Kata pucat bisa diartikan sebagai keadaan yang melemah, entah karena kehilangan semangat, tertindas, atau kehilangan sesuatu yang berharga.

"Mereka telah ambil / tajam silau matahari kita / Mereka telah ambil kata-kata / dari sayap malaikat."

Metafora ini menyiratkan perampasan hak dan kebebasan. Matahari bisa melambangkan harapan atau kejayaan yang dirampas, sementara kata-kata dari sayap malaikat bisa diartikan sebagai kebenaran atau suara nurani yang dibungkam. Akibatnya, kelepak pudar dan bayang-bayang wajah kita mengindikasikan kehilangan identitas atau kebingungan akibat penindasan.

Seruan untuk Bangkit dan Melawan

"Bangkit! / Berikan pekik yang lain. / Nyalakan kilau gerammu."

Bagian ini menjadi inti dari puisi—sebuah ajakan untuk tidak pasrah dan bangkit dengan penuh amarah. Pekik yang lain bisa merujuk pada suara baru yang berbeda dari ketakutan atau keputusasaan, yaitu suara perlawanan.

"Berlari lebih gemuruh dari / degup jantung pengecut itu."

Baris ini mengisyaratkan keberanian yang harus lebih kuat dibandingkan rasa takut. Degup jantung pengecut melambangkan mereka yang hanya diam dalam ketakutan, sementara penyair menyerukan agar pembaca bergerak dengan lebih berani dan lantang.

Ketidakpedulian dan Kejamnya Kenyataan

"Kau tahu berita duka / Dan daun gugur / di lereng-lereng kuning / Tak ada yang menangisi."

Bait ini menggambarkan kesedihan yang tak lagi dihiraukan oleh dunia. Berita duka dan daun gugur adalah simbol kehilangan yang terjadi terus-menerus, namun tidak ada yang peduli.

"Hamparan pasir / di antara dua sisi jembatan / Menunggu surat-surat tak tertulis / dari pelabuhan kabut."

Gambaran ini begitu metaforis, seakan ada harapan yang tertunda atau ketidakpastian yang menggantung. Surat-surat tak tertulis mungkin menggambarkan harapan atau pesan yang seharusnya ada, tetapi tidak pernah sampai.

Di Tengah Kemewahan, Ada yang Menderita

"Gerimis dingin menyayat / Menggigil / Di tengah pesta kembang api."
Kontras yang sangat tajam terjadi di bagian ini. Gerimis dingin yang menyayat bisa melambangkan penderitaan rakyat kecil, sementara pesta kembang api menggambarkan kemewahan yang terjadi di atas penderitaan orang lain.

Harapan Terakhir: Menjadi Nakhoda Nasib Sendiri

"Di tempat ini / Mereka pamit berpisah / Menatap cemas jalanan / Diterjang angin / tak berlengan tak berkepala."

Bagian ini memberikan gambaran tentang ketidakpastian yang dihadapi oleh mereka yang harus berpisah, mungkin karena keterpaksaan atau situasi yang memaksa mereka untuk pergi. Angin tak berlengan tak berkepala melambangkan kekuatan tak terlihat yang bisa berupa penindasan, perubahan zaman, atau bahkan nasib yang tidak bisa dikendalikan.

"Bangkit! / Kalian nakhoda / dari nasib tanah perkasa."

Penyair kembali menyerukan kebangkitan. Kata nakhoda mengandung makna penting: setiap individu harus mengendalikan takdirnya sendiri dan tidak membiarkan nasib ditentukan oleh pihak lain.

"Kalian akan melepas / Burung-burung gema / yang akan menggelar / Pengadilan jalanan / Dengan tangan-tangan petirnya."

Bagian penutup ini penuh dengan simbol perlawanan. Burung-burung gema bisa diartikan sebagai suara-suara rakyat yang mulai bangkit dan berbicara. Sementara itu, pengadilan jalanan menunjukkan keadilan yang tidak lagi hanya ada di pengadilan resmi, tetapi lahir dari kekuatan rakyat sendiri.

Puisi "Bangkit!" karya Frans Nadjira adalah seruan yang lantang untuk melawan ketidakadilan. Penyair menggambarkan bagaimana kebebasan dan harapan telah dirampas, bagaimana penderitaan tak lagi dihiraukan, dan bagaimana kekuatan penindas tetap merajalela.

Namun, di balik itu semua, ada panggilan kuat untuk bangkit, untuk melawan, dan menjadi pengendali nasib sendiri. Metafora yang tajam, kontras yang kuat, dan repetisi kata Bangkit! menjadikan puisi ini tidak hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai manifesto perjuangan.

Puisi ini relevan dengan banyak situasi sosial, baik di masa lalu maupun masa kini, di mana ketidakadilan terus terjadi, tetapi harapan untuk melawan selalu ada.

Frans Nadjira
Puisi: Bangkit!
Karya: Frans Nadjira

Biodata Frans Nadjira
  1. Frans Nadjira lahir pada tanggal 3 September 1942 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kenangandi luar rumah, kenangan adalah jalanan yang dipenuhi macet kendaraan, tak bergerak, debu dan asap membuat perih mata.di dalam rumah, kenangan adalah bantal dan guling yang …
  • Gerimis Tiba-Tibadan gerimis pun mendadak turunmembasahi taman dan jalananaku pun tergagap mencari perlindungan menggigil kedinginan di teras pertokoan2021Puisi: Gerimis …
  • Lagu Kliselagu itu-itu sajaterus kauputar ulangserak suara penyanyi tuabetapa klise kenangan, begitu usangseakan hidup hanya masa lalutidak ada kini dan mendatanglagu itu selalu me…
  • Potret-Potretpotret-potret di albummenyimpan peristiwasepotong kenangan bakakutatapi sejak pagi sampai malambetapa singkat perjalananbetapa cepat usia dan waktukelahiran sejajar de…
  • Setelah Kau Tinggalkanhari ini, menu makan mengurung diri dalam kamar. piring dan gelas cemberut di atas meja. bumbu dapur terisolasi dalam toples.tanaman bersembunyi di lorong-lor…
  • Kata Dasar Cintacinta adalah kata dasar dari nama kita berdua, rindu adalah kata sambung atas aku dan kamu.kita pernah dipisahkan oleh alinea, spasi, juga tanda baca. tapi, di lemb…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.