Puisi: Apakah Kartini (Karya Sosiawan Leak)

Puisi "Apakah Kartini" karya Sosiawan Leak merupakan refleksi kritis terhadap perkembangan emansipasi perempuan di Indonesia. Melalui serangkaian ...
Apakah Kartini

Kartini, apakah kau akan tersenyum
tahu astronot wanita kita gagal mengangkasa lantaran keburu tua
sementara amerika menunda peluncuran pesawatnya
dan kita belum mampu meracik roket sendiri.

Kartini, apakah kau akan tertawa
lantaran sekarang wanita dapat menjadi birokrat
atau wakil rakyat di parlemen
bahkan presiden.

Kartini, apakah kau akan menangis
lantaran kini untuk yang pertama kali
presiden wanita kita sudah turun tahta
dan entah nanti apakah terpilih lagi atau frustasi.

Kartini, apakah kau akan menderita
tatkala di koran kau baca
ada ibu rumah tangga rela menjadi pengedar ganja dan narkoba
untuk membantu suaminya menghadapi keruwetan ekonomi
atau seorang ibu yang membunuh suami
lantaran selingkuh dengan teman sendiri.

Kartini, apakah kau akan susah
ketika kau jumpa para remaja
kehormatannya diobral murah
di tanah sendiri atau di negeri tetangga.

Kartini, kalau kau lahir di jaman ini
mungkin bingung mencari arti emansipasi
seperti kami linglung mengingat nama dan arti Kartini.

Untung kau lahir 127 tahun lalu
sehingga tak mengalami,
betapa susahnya menjadi wanita berkelamin ganda;
ibu rumah tangga sekaligus pekerja!

Solo, 25 April 2004

Sumber: Dunia Bogambola (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Apakah Kartini" karya Sosiawan Leak merupakan refleksi kritis terhadap perkembangan emansipasi perempuan di Indonesia. Melalui serangkaian pertanyaan retoris yang ditujukan kepada Kartini, puisi ini menggambarkan kondisi perempuan modern, baik dari segi pencapaian maupun tantangan yang masih dihadapi.

Dengan gaya yang lugas dan satir, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan apakah perjuangan Kartini benar-benar telah terwujud atau justru masih menghadapi dilema baru dalam masyarakat kontemporer.

Tema dan Makna Puisi

  1. Emansipasi Perempuan yang Ambigu: Puisi ini menyoroti bagaimana perempuan saat ini telah mencapai banyak hal, seperti bisa menjadi birokrat, anggota parlemen, bahkan presiden. Namun, pencapaian tersebut diiringi dengan berbagai ironi sosial yang membuat makna emansipasi menjadi rancu.
  2. Krisis Moral dan Sosial di Kalangan Perempuan: Penyebutan ibu rumah tangga yang menjadi pengedar narkoba atau remaja yang kehilangan kehormatannya menunjukkan adanya degradasi moral di tengah perjuangan emansipasi perempuan.
  3. Tantangan Perempuan dalam Peran Ganda: Puisi ini juga menyoroti dilema perempuan modern yang harus menjalankan dua peran sekaligus: sebagai ibu rumah tangga dan pekerja. Ini mencerminkan realitas bahwa meskipun perempuan memiliki lebih banyak kesempatan, mereka juga menghadapi tekanan yang lebih besar.
  4. Kekecewaan terhadap Kemajuan yang Semu: Meskipun perempuan kini memiliki akses lebih luas dalam berbagai bidang, puisi ini mempertanyakan apakah hal itu benar-benar membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mereka, atau justru menghadirkan tantangan baru yang lebih kompleks.

Gaya Bahasa dan Struktur Puisi

  1. Penggunaan Pertanyaan Retoris: Hampir setiap bait dalam puisi ini berupa pertanyaan yang menggugah pemikiran pembaca. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mencari jawaban konkret, tetapi mengajak refleksi atas realitas sosial yang ada.
  2. Kontras antara Kemajuan dan Masalah Sosial: Ada ironi dalam cara puisi ini membandingkan keberhasilan perempuan (menjadi birokrat, wakil rakyat, presiden) dengan kenyataan pahit seperti korupsi, narkoba, dan kehilangan moralitas.
  3. Gaya Satir dan Kritik Sosial: Puisi ini tidak hanya merayakan pencapaian perempuan, tetapi juga secara tajam mengkritik berbagai fenomena yang membuat makna emansipasi menjadi kabur.
  4. Diksi yang Kuat dan Lugas: Penggunaan kata-kata seperti menderita, susah, frustasi, bingung, linglung menunjukkan perasaan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap kondisi perempuan saat ini.
Puisi "Apakah Kartini" bukan sekadar puisi penghormatan, tetapi lebih kepada kritik reflektif terhadap perkembangan emansipasi perempuan di Indonesia. Melalui pertanyaan-pertanyaan retoris, puisi ini menyoroti paradoks antara pencapaian dan tantangan yang dihadapi perempuan modern.

Dengan nada satir dan penuh ironi, Sosiawan Leak mengajak kita untuk merenungkan kembali makna emansipasi: apakah perjuangan Kartini benar-benar telah terwujud, atau justru masih dihadapkan pada tantangan yang lebih kompleks di era modern?

Sosiawan Leak
Puisi: Apakah Kartini
Karya: Sosiawan Leak

Biodata Sosiawan Leak:
  • Sosiawan Leak (nama asli Sosiawan Budi Sulistyo) lahir pada tanggal 23 September 1967 di Kampung Somadilagan, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.