Puisi: Anak-Anak Itu (Karya L.K. Ara)

Puisi "Anak-Anak Itu" karya L.K. Ara menggambarkan bagaimana kisah kepahlawanan dapat menginspirasi anak-anak untuk bercita-cita menjadi sosok yang ..
Anak-Anak Itu

semua anak-anak itu
serempak berteriak
"aku ingin jadi Banta Berensyah"

anak-anak itu tahu kisah Berensyah
yang berani dan gagah
mematikan naga sekali cecah

menjulur ke atas pohon
begitu kisahnya konon
sang naga ingin memakan
garuda kecil jadi penganan
dalam sangkarnya lelap garuda itu
sangat kecil belum berbulu
ibunya pergi mencari rezeki
untuk anak buah hati

anak garuda terjaga
demi mendengar badai dengus
yang keluar dari hidung naga yang rakus
matanya merah dengan lidah terjulur
mulutnya terbuka meneteskan air liur

tiba-tiba
pang
pedang Banta Berensyah
menetak tubuh naga
terpotong dua
menggelepar-gelepar ia
kemudian habislah riwayatnya

Banta Berensyah tersenyum
garuda kecil tersenyum
dedaunan pun tersenyum
air kolam di bawah pun tersenyum
surya pun tersenyum
dan ibu garuda yang baru tiba
mendengar cerita
menitikkan air mata
kemudian
sambil merangkul anaknya
ia tersenyum pula

semua anak-anak itu
dengan sengit
serempak menjerit
"aku ingin jadi Banta Berensyah"

Catatan:
Banta Berensyah: nama seorang tokoh dalam sebuah dongeng dari daerah Gayo.

Analisis Puisi:

Puisi "Anak-Anak Itu" karya L.K. Ara adalah sebuah karya yang menggambarkan semangat kepahlawanan yang terinspirasi dari cerita rakyat. Dengan menggunakan tokoh Banta Berensyah dari dongeng Gayo, puisi ini menampilkan bagaimana anak-anak menjadikan sosok pahlawan sebagai panutan dan impian mereka.

Melalui gaya bahasa yang sederhana namun penuh imajinasi, puisi ini tidak hanya bercerita tentang keberanian, tetapi juga tentang harapan, inspirasi, dan nilai moral yang diwariskan melalui cerita rakyat.

Anak-Anak dan Cita-Cita Kepahlawanan

Puisi diawali dengan gambaran anak-anak yang penuh semangat:

semua anak-anak itu
serempak berteriak
"aku ingin jadi Banta Berensyah"

Bagian ini menunjukkan bagaimana anak-anak memiliki cita-cita dan kekaguman terhadap seorang pahlawan. Mereka berteriak dengan penuh antusias, yang menggambarkan semangat mereka untuk menjadi seperti Banta Berensyah—tokoh yang gagah dan pemberani.

Hal ini menunjukkan bagaimana cerita rakyat memiliki kekuatan besar dalam membentuk karakter anak-anak, menanamkan nilai-nilai keberanian dan kebaikan sejak usia dini.

Legenda Banta Berensyah dan Keberaniannya

Puisi kemudian melanjutkan dengan penggambaran kisah kepahlawanan Banta Berensyah:

anak-anak itu tahu kisah Berensyah
yang berani dan gagah
mematikan naga sekali cecah

Banta Berensyah digambarkan sebagai pahlawan yang kuat dan tak kenal takut. Dengan hanya satu tebasan pedang, ia berhasil mengalahkan naga. Kisah ini mencerminkan kemenangan kebaikan atas kejahatan, serta bagaimana keberanian dan keteguhan hati dapat membawa kemenangan.

Pertarungan Melawan Naga

Bagian selanjutnya menggambarkan peristiwa dramatis antara naga dan seekor garuda kecil yang berada dalam bahaya:

sang naga ingin memakan
garuda kecil jadi penganan
dalam sangkarnya lelap garuda itu
sangat kecil belum berbulu

Garuda kecil dalam puisi ini melambangkan makhluk yang lemah dan tak berdaya, yang menjadi sasaran kekejaman naga.

tiba-tiba
pang
pedang Banta Berensyah
menetak tubuh naga
terpotong dua

Pertarungan ini menjadi klimaks dari puisi. Dengan tindakan heroik Banta Berensyah, sang naga yang rakus berhasil dikalahkan. Bagian ini menunjukkan bahwa pahlawan sejati hadir untuk melindungi yang lemah dan menghadapi ancaman dengan keberanian.

Kegembiraan dan Rasa Syukur

Setelah kemenangan, suasana berubah menjadi penuh kebahagiaan:

Banta Berensyah tersenyum
garuda kecil tersenyum
dedaunan pun tersenyum
air kolam di bawah pun tersenyum
surya pun tersenyum

Puisi menggambarkan bagaimana keberhasilan dalam mengalahkan kejahatan membawa kebahagiaan bagi semua makhluk. Bahkan alam pun seolah ikut merayakan kemenangan kebaikan.

dan ibu garuda yang baru tiba
mendengar cerita
menitikkan air mata
kemudian
sambil merangkul anaknya
ia tersenyum pula

Bagian ini menunjukkan makna mendalam tentang kasih sayang dan kelegaan seorang ibu. Sang ibu garuda yang sebelumnya cemas akhirnya bisa merasa tenang setelah anaknya selamat.

Kembali ke Dunia Anak-Anak

Puisi ditutup dengan gambaran anak-anak yang tetap penuh semangat:

semua anak-anak itu
dengan sengit
serempak menjerit
"aku ingin jadi Banta Berensyah"

Pengulangan kalimat ini menegaskan bahwa sosok pahlawan tidak hanya menjadi cerita, tetapi juga menginspirasi dan memotivasi anak-anak untuk berani, kuat, dan berbuat baik.

Pesan dan Nilai dalam Puisi

Puisi "Anak-Anak Itu" mengandung beberapa pesan moral penting, di antaranya:
  • Keberanian dan Kepahlawanan – Banta Berensyah menjadi simbol keberanian dalam melawan kejahatan dan melindungi yang lemah.
  • Pentingnya Cerita Rakyat – Dongeng dan legenda memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan imajinasi anak-anak.
  • Harapan dan Inspirasi – Anak-anak melihat pahlawan sebagai panutan yang ingin mereka contoh dalam kehidupan.
  • Kebahagiaan Setelah Perjuangan – Setelah menghadapi kesulitan, selalu ada kebahagiaan bagi mereka yang berjuang dengan niat baik.
Puisi "Anak-Anak Itu" karya L.K. Ara adalah sebuah karya yang menggambarkan bagaimana kisah kepahlawanan dapat menginspirasi anak-anak untuk bercita-cita menjadi sosok yang berani dan baik. Dengan mengambil tokoh Banta Berensyah dari dongeng Gayo, puisi ini tidak hanya mengangkat kearifan lokal, tetapi juga menekankan pentingnya keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.

Melalui gaya bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini mengajak kita untuk menghargai cerita rakyat sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga, serta memahami bagaimana kisah-kisah tersebut dapat membentuk karakter anak-anak di masa depan.

Sepenuhnya Puisi
Puisi: Anak-Anak Itu
Karya: L.K. Ara

Biodata L.K. Ara:
  • Nama lengkap L.K. Ara adalah Lesik Keti Ara.
  • L.K. Ara lahir di Kutelintang, Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Nyanyian Elang Kulik …kulik…kulik Kemana perginya reranting dan dedaunan Kemana lenyapnya pepohonan di hutan-hutan Kemana raibnya warna kehijau-hijauan Kulik …
  • Genderang Perang malam itu kugigit sisa benang penjahit bajumu kandaku kugigit dengan gigiku runcing kudengar merdunya genderang perang menyerumu kembali dari …
  • Kalau Engkau Kalau engkau datang lagi Aku punya teman lagi Tapi kalau engkau pergi jauh Aku punya teman pergi jauh Kalau engkau pergi ke awan Aku punya teman…
  • Sungai Seorang murid SD menangis Ia kehilangan sungai Tempat ia mandi Tempat ia mencuci Tempat ia bermain Adalah sungai Beri aku sungaiku, tangisnya Orang-orang kasihan…
  • Medan Kotaku Medan Lemparkan aku kembali Ke lorong-lorong jalan kotamu Akan kucari bekas kakiku dulu Yang tertutup debu Akan kucari tetes keringatku dulu Yang menyirami bu…
  • Kemuning putih memenuhi pelataran senja dan kala angin datang kembangmu berderai satu-satu seperti air mataku kemuning yang ayu adakah kau dengar suaraku yang merengkuh …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.