Puisi: Amherst, Musim Gugur, 1980 (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi "Amherst, Musim Gugur, 1980" adalah refleksi puitis tentang perjalanan, keindahan alam, dan perasaan rindu yang membekas.
Amherst, Musim Gugur, 1980

Daunan merah bergantungan, gemetar, dan luruh
Sepanjang jalan ke Belchertown, dari Colonial Village
Sepanjang jalan ke Northampton, dari Sunderland
Sepanjang jalan menuju New Hampshire
Ke rumah Carol

Tapi masih terhampar juga wajahmu
Memanggil-manggil. Sepanjang jalan
Kemarau
Ketika cakrawala adalah kau
Dan aku. Daunan merah
Yang menangkap kita senyap dalam senja

Musim gugur turun lagi
Di Massachusetts

Sumber: Horison (Juni, 1990)

Analisis Puisi:

Puisi "Amherst, Musim Gugur, 1980" karya Mochtar Pabottingi adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan musim gugur di Massachusetts sekaligus menyiratkan perasaan rindu dan kenangan yang melekat dalam lanskap alam. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini membawa pembaca dalam perjalanan melintasi ruang dan waktu, di mana keindahan alam dan perasaan personal berpadu menjadi satu.

Lanskap Musim Gugur dan Nuansa Melankolis

Puisi ini dibuka dengan gambaran musim gugur yang khas:

"Daunan merah bergantungan, gemetar, dan luruh"

Visualisasi ini langsung menghidupkan suasana musim gugur dengan daun-daun yang berubah warna menjadi merah sebelum akhirnya jatuh. Kata gemetar dan luruh menambahkan kesan dinamis, menggambarkan betapa daun-daun itu rapuh dan mudah terbawa angin.

Penggambaran perjalanan melalui berbagai tempat seperti Belchertown, Colonial Village, Northampton, Sunderland, hingga New Hampshire menunjukkan bahwa penyair sedang dalam perjalanan melintasi berbagai lanskap yang memancarkan keindahan musim gugur. Namun, perjalanan ini bukan sekadar fisik, melainkan juga emosional, di mana setiap tempat yang dilewati membawa kenangan dan perasaan yang mendalam.

Kerinduan dan Kenangan yang Tertinggal

Meski perjalanan terus berlanjut, ada satu hal yang tetap bertahan dalam pikiran penyair:

"Tapi masih terhampar juga wajahmu / Memanggil-manggil. Sepanjang jalan"

Baris ini mengungkapkan bahwa ada seseorang yang terus hadir dalam ingatan penyair, meskipun jarak dan waktu telah memisahkan mereka. Kata memanggil-manggil menunjukkan bahwa kenangan itu tidak sekadar muncul, tetapi juga seolah memiliki daya tarik emosional yang kuat, mengajak penyair untuk kembali pada masa lalu atau sosok yang dirindukan.

Gambaran cakrawala yang dihubungkan dengan kau dan aku memperlihatkan betapa mendalamnya hubungan penyair dengan sosok tersebut. Alam dan kenangan melebur menjadi satu, menciptakan ruang emosional di mana musim gugur bukan sekadar fenomena alam, tetapi juga simbol dari perjalanan batin yang penuh nostalgia.

Musim Gugur sebagai Metafora

Musim gugur sering kali dikaitkan dengan perubahan, perpisahan, atau bahkan kesedihan. Dalam puisi ini, musim gugur tidak hanya menjadi latar tempat, tetapi juga metafora dari perasaan yang dialami penyair.

"Musim gugur turun lagi / Di Massachusetts"

Baris penutup ini memberikan kesan bahwa musim gugur terus datang dan pergi, seperti siklus kehidupan yang tak terelakkan. Perasaan yang tertinggal dalam diri penyair pun tampaknya tetap bertahan, sama seperti musim yang terus berulang. Massachusetts, tempat di mana peristiwa ini terjadi, menjadi simbol ruang yang menyimpan kenangan dan perasaan mendalam yang tak tergantikan.

Puisi "Amherst, Musim Gugur, 1980" adalah refleksi puitis tentang perjalanan, keindahan alam, dan perasaan rindu yang membekas. Mochtar Pabottingi menghadirkan lanskap musim gugur sebagai latar yang tidak hanya indah, tetapi juga melankolis, mencerminkan perasaan kehilangan dan kenangan yang masih melekat dalam ingatan.

Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana tempat dan waktu bisa menyimpan jejak perasaan, dan bagaimana musim yang datang kembali mengingatkan kita pada apa yang pernah ada dan mungkin telah berlalu.

Mochtar Pabottingi
Puisi: Amherst, Musim Gugur, 1980
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Jaran Debok dengan pecut di kanan, pedang di sengkelitan, kudatangi palagan demi palagan . berjingkrak menuding langit. menemuimu. menjemputmu. pintu-pintu tertutup. k…
  • Penabuh kau tampar kulit kendang seperti menampar kulit kami, kau tabuh kendang seperti menyentek hidup kami, kau buat penari itu berjingkrak seperti mendorong langkah…
  • Jendela Rumah rumah kami kecil, rumah kami sederhana seperti sebuah jendela, kami bisa melihat dunia luar tapi dunia tak bisa melihat seluruh ruangan rumah kami, orang…
  • Hotel Plataran Pagi sebelum tampak matahari, pucuk-pucuk gerumbul pinus serupa setupa, kabut tipis meroncenya jadi gerigi tangga ke puncak stupa utama. centhini telah pergi, …
  • Malam bibir bibir bunga rumput merunduk menghadap cahaya rukuk bibir bibir bunga rumput mengatup Surabaya, 2002Puisi: MalamKarya: F. Aziz MannaBio…
  • Bismillah bismillah kalawan nyebut asmaning allah bibir bibir bunga rekah pintu pintu terbuka bismillah waktu rumah rumahku terbangun burung burung bernyanyi taman tam…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.