Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Alpa (Karya Sugiarta Sriwibawa)

Puisi "Alpa" karya Sugiarta Sriwibawa menceritakan tentang seseorang yang sedang mengalami perenungan mendalam mengenai kehidupannya.
Alpa
Buat Kanto

Seperti kealpaan akal yang bertakhta
Menyanggah kelelapan lagu malam yang larut
Mendenyut ragam prasangka bagai agama tanpa pahala

Menggeremang lurung kutempuh luyung-luyung
Kubantah mimpi kursi halaman yang dingin
Kusangkal wasiat dongeng kala dian bilik diturunkan

Pejar-pejar murung malam terlepas dari rona senja
Tapi tiada lupa rindu tanpa kebosanan malam dulu
Kanak-kanak yang mendapat mainan di mimpi pertama

Aku kunjungi saudara kembarku dengan jaket malam
Batuk-matuk tbcnya menciumi rindu mukaku
Ah, malu aku curiga pada manusia begitu pendiam

Pun dia beragama
Dan pada negeri baka pelariannya terakhir
Tapi aku tak akan ditinggalkannya
Terlepas seperti malam murung begini

Bila kealpaan akal bersedia merangkul pengorbanan
Ia memang menawanku kapan hidupku tinggi hati
Namun didoakannya kapan hidupku begini petualang.

Analisis Puisi:

Puisi "Alpa" merupakan puisi karya Sugiarta Sriwibawa yang menggambarkan refleksi diri, perenungan terhadap hidup, dan hubungan manusia dengan keyakinan serta kealpaan yang mengiringinya. Dengan bahasa yang penuh metafora, puisi ini menyampaikan kompleksitas perasaan dan pemikiran penyair tentang kehidupan dan eksistensi.

Tema dalam Puisi

Tema utama dalam puisi ini adalah refleksi terhadap kealpaan manusia, pencarian makna hidup, dan hubungan antara keyakinan serta takdir. Puisi ini juga menyinggung tentang kesadaran akan kefanaan dan perjalanan spiritual seseorang.

Puisi ini menceritakan tentang seseorang yang sedang mengalami perenungan mendalam mengenai kehidupannya. Ia mempertanyakan berbagai aspek kehidupan, termasuk agama, prasangka, serta hubungan dengan sesama manusia. Penyair juga menggambarkan perasaan rindu terhadap kenangan dan kesadaran akan perubahan yang tak terhindarkan.

Makna Tersirat dalam Puisi

Puisi ini menyiratkan bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang yang penuh dengan pencarian dan kealpaan. Ada refleksi tentang bagaimana manusia sering kali terjebak dalam kebimbangan dan prasangka, tetapi pada akhirnya tetap mencari makna dan pengorbanan dalam hidupnya. Puisi ini juga menekankan bahwa meskipun manusia sering kali tersesat dalam pikirannya sendiri, masih ada harapan dalam doa dan perjalanan spiritual.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki suasana yang melankolis, penuh refleksi, dan sedikit suram. Ada kesan keraguan dan kebimbangan, tetapi juga perasaan pasrah terhadap takdir.

Amanat atau Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini mengajarkan bahwa kehidupan adalah tentang pencarian makna dan kesadaran akan kealpaan manusia. Penyair ingin menyampaikan bahwa meskipun manusia sering merasa ragu atau tersesat, ada harapan dalam refleksi diri, keyakinan, dan perjalanan spiritual.

Majas dalam Puisi

Puisi ini kaya akan penggunaan majas yang memperkaya maknanya, di antaranya:
  • Majas Metafora: "Seperti kealpaan akal yang bertakhta" yang menggambarkan keadaan pikiran yang tersesat.
  • Majas Personifikasi: "Batuk-matuk tbcnya menciumi rindu mukaku" yang memberikan sifat manusia pada penyakit sebagai simbol penderitaan dan kesadaran.
  • Majas Alegori: Puisi ini secara keseluruhan bisa dibaca sebagai alegori perjalanan spiritual manusia dalam menghadapi kehidupan.
Puisi "Alpa" penuh dengan refleksi dan simbolisme, menggambarkan pencarian makna hidup dan kealpaan manusia dalam memahami dunia. Dengan suasana yang melankolis dan bahasa yang kaya akan metafora, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keberadaan, keyakinan, dan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Alpa
Karya: Sugiarta Sriwibawa

Biodata Sugiarta Sriwibawa:
  • Sugiarta Sriwibawa lahir di Surakarta, pada tanggal 31 Maret 1932.
© Sepenuhnya. All rights reserved.