Puisi: 1961 (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "1961" karya Sitor Situmorang menggambarkan keindahan dan nostalgia melalui penggambaran sebuah momen yang telah berlalu.
1961

Di taman Istana Kyoto di Jepang,
Kupungut di rumput sehelai setangan.
Ini tahun yang lalu, sekarang telah hilang,
Baunya harum hendak kuapakan?

Analisis Puisi:

Puisi "1961" karya Sitor Situmorang menggambarkan keindahan dan nostalgia melalui penggambaran sebuah momen yang telah berlalu. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan tentang waktu dan kenangan, serta pentingnya momen-momen sederhana dalam kehidupan.

Tema Nostalgia dan Keindahan Alam

Puisi ini menciptakan suasana nostalgia dengan menggambarkan lokasi yang indah, yakni taman Istana Kyoto di Jepang. Penulis memulai dengan deskripsi tempat yang damai dan eksotis, menyoroti keindahan alam yang terasa begitu hidup dalam ingatannya.

Simbolisme Waktu dan Kehilangan

Puisi "1961" secara implisit merujuk pada waktu yang telah berlalu. Penyebutan tahun 1961 menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah bagian dari masa lampau yang kini hanya tinggal kenangan. Kata-kata "sekarang telah hilang" menekankan bahwa momen itu tidak lagi ada dalam wujudnya yang dulu.

Pertanyaan tentang Harum dan Kenangan

Di baris terakhir, penulis menyampaikan pertanyaan retoris yang mengundang refleksi mendalam: "Baunya harum hendak kuapakan?" Pertanyaan ini tidak hanya menyoroti sifat sementara dari pengalaman indah itu sendiri, tetapi juga menggambarkan upaya untuk meraih kembali momen yang telah berlalu melalui penginderaan harum, yang sering kali dapat membangkitkan kenangan yang kuat.

Gaya Bahasa yang Simpel namun Puitis

Sitor Situmorang menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun puitis dalam puisi ini. Penggunaan kata-kata yang ringan dan deskriptif menghidupkan kembali suasana taman Istana Kyoto dengan cara yang memungkinkan pembaca untuk merasakan keindahan alam dan keheningannya.

Puisi "1961" bukan hanya sekadar gambaran tentang tempat dan waktu tertentu, tetapi juga mengandung pesan universal tentang keindahan, kehilangan, dan kenangan. Melalui kata-kata yang singkat namun padat makna, Sitor Situmorang berhasil menggambarkan betapa berharganya momen-momen sederhana dalam kehidupan kita yang singkat ini.

Puisi "1961" karya Sitor Situmorang adalah contoh yang baik dari bagaimana seorang penyair mampu menangkap esensi waktu dan keindahan alam dalam beberapa baris kata yang sederhana namun dalam. Dengan mengeksplorasi tema nostalgia dan keindahan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari setiap momen yang kita miliki dalam kehidupan ini.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: 1961
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Kunang-KunangPetang mematangkan cahayaMalam mengendapkan waktuKunang-kunang di balik mataMeneteskan bulir-bulir rindu2015Sumber: Tonggeret (2020)Analisis Puisi:Puisi "Kunang-K…
  • Nisan Untuk NenekandaBukan kematian benar menusuk kalbu Keridhaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu di atas debu Dan duka maha tuan tak bertaht…
  • Kepada Ramadhan K.H.kubayangkan subur tanah cianjurkubayangkan pacar beralis kelamkubayangkan kasih tak pernah padampenyair kehilangan pantun dan kubur2021Analisis Puisi:Puisi "Kep…
  • Harian Rakyatkerja dari impiannya, indonesia bebasdalam darahnya sisa malarianamun hidupnya baja ditempa kerasdan direbutnya kemenangan dengan tiga-benderaPintu besar, 25 Januari 1…
  • Pakter Tuakputih tuak putih tobabersandar pada malam larutmari minum, bung, menyelami dukatandus gunung sebelum ikan melautParapat, 5 November 1956Sumber: yang Tak Terbungkamkan (1…
  • Kereta Api Cepatkecitak-kecitung jakarta-bandungterasa jauh, terasa jauhjika kau gubuk di kaki gunungsinggahku tidak untuk berteduhPadalarang, 21 Juni 1955Sumber: Yang Tak Terbungk…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.