Puisi: Weimar (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Weimar" karya Sitor Situmorang mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara masa lalu yang gemilang dengan keadaan sekarang yang penuh ..
Weimar

Sejuta pohon pinus
menyebar harum bumi
di dadanya yang mulus
kucium sepenuh hati.

Goethe hanya kenangan
di abad luar jangkauan
Schiller sudah tiada
tinggal musim bunga.

Mengorak dari tubuhnya
sepanjang hari

menghimbau cinta
sepanjang malam hingga di pagi.

Sumber: Angin Danau (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Weimar" karya Sitor Situmorang merupakan refleksi yang dalam tentang sejarah, budaya, dan keindahan alam kota Weimar, Jerman. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan simbolis, Sitor Situmorang mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara masa lalu yang gemilang dengan keadaan sekarang yang penuh dengan keindahan alam dan kenangan.

Tema Utama

  • Keindahan Alam: Puisi ini menonjolkan keindahan alam Weimar, khususnya hutan pinus yang harum dan menyejukkan. Ini menggambarkan keterkaitan manusia dengan alam serta keindahan yang bisa ditemukan di sekitarnya.
  • Kenangan dan Warisan Budaya: Dengan menyebutkan Goethe dan Schiller, puisi ini mengingatkan kita pada warisan budaya dan sastra yang kaya dari Weimar. Kenangan akan tokoh-tokoh besar ini memberikan rasa hormat dan penghargaan terhadap sejarah dan warisan intelektual.
  • Cinta dan Penghargaan: Ada elemen cinta yang mendalam terhadap Weimar, yang tidak hanya terkait dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan warisan budayanya. Cinta ini dirasakan sepanjang hari dan malam, menunjukkan keterikatan emosional yang kuat.

Struktur dan Bahasa

  • Struktur yang Sederhana: Puisi ini terdiri dari empat bait dengan struktur yang sederhana, namun penuh makna. Setiap bait membawa kita melalui perjalanan reflektif dari keindahan alam ke kenangan budaya dan akhirnya ke perasaan cinta yang mendalam.
  • Bahasa yang Simbolis dan Penuh Gambar: Penggunaan simbolisme pohon pinus dan penyebaran harum bumi menciptakan gambaran yang kuat tentang alam Weimar. Penyebutan Goethe dan Schiller sebagai kenangan menambah dimensi sejarah dan budaya.
  • Kontras antara Masa Lalu dan Masa Kini: Puisi ini menggambarkan kontras antara keindahan alam yang abadi dan kenangan budaya yang sudah berlalu. Goethe dan Schiller hanyalah kenangan, namun keindahan alam tetap ada dan memberikan kebahagiaan.

Analisis Mendalam

  • Keindahan Alam sebagai Fokus Utama: "Sejuta pohon pinus / menyebar harum bumi / di dadanya yang mulus / kucium sepenuh hati." Baris-baris ini menekankan keindahan dan kedamaian alam Weimar. Harum pohon pinus dan keindahan bumi menciptakan suasana yang damai dan menenangkan, menunjukkan cinta penulis terhadap alam.
  • Kenangan Terhadap Tokoh Sastra Besar: "Goethe hanya kenangan / di abad luar jangkauan / Schiller sudah tiada / tinggal musim bunga." Baris ini mencerminkan bagaimana tokoh-tokoh besar seperti Goethe dan Schiller menjadi bagian dari masa lalu yang kaya dan berharga. Meskipun mereka sudah tiada, kenangan dan warisan mereka tetap hidup dan terus dihargai.
  • Cinta yang Terus Mengalir: "Mengorak dari tubuhnya / sepanjang hari / menghimbau cinta / sepanjang malam hingga di pagi." Baris ini menggambarkan bagaimana cinta dan penghargaan terhadap Weimar dan warisannya mengalir tanpa henti. Cinta ini tidak terbatas pada waktu, tetapi terus mengalir sepanjang hari dan malam, menunjukkan keterikatan yang mendalam.
Puisi "Weimar" karya Sitor Situmorang adalah karya yang kaya akan simbolisme dan makna, menggabungkan keindahan alam dengan warisan budaya dan sejarah. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan penuh gambar, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara masa lalu yang gemilang dan keindahan alam yang abadi. Cinta dan penghargaan terhadap Weimar terasa dalam setiap baris, menunjukkan keterikatan emosional yang kuat terhadap tempat ini. Puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya dan keindahan alam di sekitar kita.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Weimar
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.