Puisi: Walau (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Walau" menggambarkan ketidaksempurnaan manusia, perjalanan spiritual, dan keyakinan dalam kekekalan karya sastra sebagai bagian dari ...
Walau

walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah

dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak

kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak

tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu-rindu

walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas allah

1979

Sumber: Horison (Juni, 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Walau" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah karya yang singkat namun penuh dengan makna mendalam. Dalam puisi ini, penyair menyampaikan pemikiran-pemikiran filosofis tentang keberadaan manusia, hubungan dengan Tuhan, dan eksistensi dalam dunia sastra.

Ketidaksempurnaan Manusia: Di bait pertama, penyair menggambarkan ketidaksempurnaan manusia, bahkan seorang penyair besar pun tidak akan mencapai tingkatan keilahian. Hal ini menunjukkan bahwa manusia selalu terbatas dalam pemahaman dan pencapaian, tidak peduli seberapa besar pengetahuan dan kebijaksanaannya.

Perjalanan Spiritual: Penyair mengeksplorasi perjalanan spiritualnya melalui hubungan dengan Tuhan. Dia mencatat bahwa di masa lalu, dia pernah meminta Tuhan ada dalam dirinya, tetapi sekarang tidak lagi. Ini bisa diartikan sebagai perubahan dalam pandangan dan keyakinannya terhadap spiritualitas dan keberadaan Tuhan.

Kematian dan Eksistensi: Penyair menghadirkan gambaran kematian sebagai sesuatu yang mungkin hanya akan mengubah bentuk fisiknya menjadi benda mati seperti batu atau pasir. Namun, jiwa penyair, yang terwakili dalam baris sajak, terus hidup melalui karya-karyanya. Ini menunjukkan keyakinan dalam keabadian rohani dan kekekalan karya sastra.

Eksplorasi Bahasa dan Keabadian: Dalam bait terakhir, penyair mengeksplorasi kekekalan bahasa dan karyanya. Meskipun huruf-huruf mungkin habis, namun abjadnya belum mencapai tingkat keilahian. Ini menggambarkan keyakinan dalam keabadian karya sastra dan penulisannya sebagai bagian dari eksistensi manusia.

Puisi "Walau" merupakan refleksi mendalam tentang eksistensi manusia, hubungan dengan Tuhan, dan keabadian karya sastra. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna filosofis, Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan ketidaksempurnaan manusia, perjalanan spiritual, dan keyakinan dalam kekekalan karya sastra sebagai bagian dari eksistensi manusia.

Puisi: Walau
Puisi: Walau
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.