Via Dolorosa
makin terasa ada kesementaraan
berbunga dalam dada
bila kematian tadi di bayang sendiri
tanah kelahiran selalu menerima kepedihan umur
sampai pun suara seru: aku pun pergi tua selalu tersua
matahari pasir
aku pun ingin kembali, wahai matahari mawar
tinggal kini seberkas cahaya di mesin desis
dalam keinginan berjaga keinginan membela
mata yang kulalui genangan rawa tepi kota yang bengis
dengan sisa iman yang terkikis oleh tangis
kuterbang dari jiwa yang mengambang di rawa kota yang jauh
sebab sayatan ratap pedih diri sendiri
dosa dan binasa pernah padanya berkecup ramah
mengajak kembali ke tanah lahir yang menerima kepedihan umur
wahai udara yang berdarah pengorbanan
dalam segala ruang, detik dan ketiadaan
sampai pun terbongkar hancur satu elektron oleh pencari
engkau masih buat apa bagi yang belum puas terima
Sumber: Dari Rote ke Iowa (2016)
Analisis Puisi:
Puisi "Via Dolorosa" karya Gerson Poyk adalah sebuah puisi yang mengusung tema tentang perjalanan spiritual dan kesadaran akan kesementaraan hidup. Judulnya sendiri, yang berarti "Jalan Penderitaan," merujuk pada jalur yang dilalui oleh Yesus Kristus saat memikul salib menuju penyaliban-Nya. Gerson Poyk menggunakan simbolisme ini untuk menggambarkan pengalaman batin yang mendalam, penuh dengan refleksi tentang kehidupan, penderitaan, dan perjalanan menuju akhir yang tidak bisa dihindari.
Kesementaraan dan Kematian
Di bait pertama, penyair mengungkapkan perasaan akan kesementaraan yang semakin kuat terasa dalam diri. "Makin terasa ada kesementaraan berbunga dalam dada" menggambarkan kesadaran yang tumbuh akan kefanaan hidup. Kata "berbunga" menambahkan nuansa yang kontras, seolah kesadaran ini bukan hanya beban tetapi juga sesuatu yang indah, meskipun penuh dengan kepedihan. Bayangan tentang kematian menjadi realitas yang semakin mendekat, menciptakan hubungan yang intim dengan tanah kelahiran, yang selalu menerima kepedihan umur.
Kembali ke Tanah Kelahiran
Penyair berbicara tentang keinginan untuk kembali ke tanah kelahiran, tempat yang penuh dengan kenangan dan kepedihan yang diterima sepanjang umur. "Tanah kelahiran selalu menerima kepedihan umur" menunjukkan bahwa meskipun tempat ini mengandung banyak luka dan kesedihan, ada rasa keterikatan yang dalam. Kembali ke tanah kelahiran menjadi semacam pencarian makna dalam perjalanan hidup yang penuh liku.
Penderitaan dan Pengorbanan
Penderitaan menjadi tema yang dominan dalam puisi ini, dengan penyair menggambarkan pengalaman hidup sebagai "jalan penderitaan." "Wahai udara yang berdarah pengorbanan" menegaskan bahwa penderitaan dan pengorbanan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup. Ada kesan bahwa kehidupan adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan perjuangan, di mana setiap detik dan ruang diisi dengan rasa sakit dan pengorbanan.
Keinginan dan Keputusasaan
Puisi ini juga menggambarkan perasaan mendalam tentang keinginan yang terus membara meski diselimuti keputusasaan. "Keinginan berjaga keinginan membela" menunjukkan dualitas dari dorongan batin untuk terus berjuang, meskipun sadar akan keterbatasan dan kefanaan. Gerson Poyk menggambarkan kehidupan sebagai medan pertempuran di mana iman yang tersisa terus terkikis oleh tangisan dan ratapan diri sendiri.
Simbolisme dan Imajinasi
Gerson Poyk menggunakan simbolisme yang kaya dalam puisinya. Matahari, mawar, rawa kota, udara berdarah, dan electron yang hancur semuanya menyimbolkan berbagai aspek dari perjuangan eksistensial manusia. Matahari sering kali menjadi lambang kehidupan, namun dalam puisi ini, matahari mawar mencerminkan sisa-sisa harapan dan cahaya dalam hidup yang penuh dengan kesulitan. Sementara itu, rawa kota yang bengis menggambarkan lingkungan yang penuh dengan penderitaan dan kebengisan, di mana manusia terus berjuang untuk menemukan makna.
Refleksi Akhir
Di bagian akhir, penyair merenungkan pengorbanan dan pencarian yang tak pernah puas. "Engkau masih buat apa bagi yang belum puas terima" mencerminkan ketidakpuasan manusia yang terus mencari makna dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kesementaraan. Meskipun telah banyak pengorbanan yang dilakukan, ada rasa ketidakpuasan yang mendalam yang terus mendorong manusia untuk mencari lebih jauh.
Puisi "Via Dolorosa" adalah puisi yang menggambarkan perjalanan batin yang mendalam melalui penderitaan, kesementaraan, dan pencarian makna. Gerson Poyk berhasil menyampaikan perasaan eksistensial yang kuat melalui penggunaan simbolisme yang kaya dan bahasa yang penuh dengan emosi. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup mereka sendiri, hubungan mereka dengan tanah kelahiran, dan makna dari pengorbanan yang mereka lakukan sepanjang hidup.
Karya: Gerson Poyk
Biodata Gerson Poyk:
- Gerson Poyk (nama lengkap Herson Gubertus Gerson Poyk dan nama panggilan Be'a) lahir pada tanggal 16 Juni 1931 di Namodele, Pulau Rote (Timur), Nusa Tenggara Timur.
- Gerson Poyk meninggal dunia pada tanggal 24 Februari 2017 di Rumah Sakit Hermina, Depok, Jawa Barat.