Puisi: Tulisan Nama di Batu (Karya Darwanto)

Puisi "Tulisan Nama di Batu" mengajak pembaca untuk tidak melupakan mereka yang telah pergi, serta merenungkan makna kehidupan dan keabadian.

Tulisan Nama di Batu


Kalau kau datang kemari
di sini bayang nama yang redam redup
tolong, taburkan di atasku cahaya hidup
rasanya gelap terkubur tertelungkup
2025

Analisis Puisi:

Puisi "Tulisan Nama di Batu" karya Darwanto adalah refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan harapan akan keabadian. Dalam sajak singkat ini, penyair menghadirkan gambaran yang kuat melalui simbolisme nama yang tertulis di batu, sebuah referensi yang sering dikaitkan dengan nisan—tempat terakhir manusia dikenang setelah meninggalkan dunia fana. Meskipun sederhana, puisi ini penuh dengan makna yang memancing renungan tentang kehidupan setelah kematian dan keinginan untuk dikenang dalam cahaya yang terang.

Simbol Nama dan Batu sebagai Penanda Keabadian

Puisi ini dibuka dengan ajakan, “Kalau kau datang kemari,” sebuah ungkapan yang penuh harapan sekaligus kerinduan. Dalam konteks nisan, frasa ini mengimplikasikan kunjungan ke makam, tempat di mana seseorang beristirahat dalam keheningan abadi. Nama yang tertulis di batu menjadi simbol dari identitas yang tertinggal—sebuah upaya manusia untuk meninggalkan jejak yang bisa dikenang.

"Kalau kau datang kemari
di sini bayang nama yang redam redup"

Penyair menggambarkan nama itu sebagai “bayang nama yang redam redup,” menandakan kenangan yang mulai memudar seiring berjalannya waktu. Nama yang dahulu memiliki makna besar dalam kehidupan akhirnya hanya menjadi simbol kecil yang redup di atas batu. Namun, di balik itu, ada kerinduan yang mendalam agar nama tersebut tetap bermakna, meski kehidupan telah berakhir.

Permohonan Cahaya Kehidupan

Baris berikutnya menyampaikan permintaan yang penuh harapan:

"tolong, taburkan di atasku cahaya hidup"

Kalimat ini mengandung makna spiritual yang kuat. Permintaan untuk “menaburkan cahaya hidup” adalah simbol dari keinginan untuk diingat, dihormati, dan diberi makna baru meski telah tiada. Cahaya dalam konteks ini bisa diartikan sebagai simbol pencerahan, doa, atau penghormatan dari orang-orang yang masih hidup.

Ada juga kesan bahwa si penyair ingin agar kenangannya tidak hanya menjadi sesuatu yang pudar, tetapi menjadi sesuatu yang membawa harapan dan kehidupan bagi orang lain. Meskipun tubuh telah terkubur, ingatan tentangnya bisa tetap hidup jika dikenang dengan cara yang baik.

Kegelapan yang Tertelungkup

Bagian terakhir dari puisi ini berbicara tentang rasa keterasingan dan keheningan dalam kematian:

"rasanya gelap terkubur tertelungkup"

Gambaran ini membawa pembaca pada suasana yang suram dan melankolis, di mana si penyair merasakan kegelapan dan ketertelungkupan dalam keheningan makam. Kata "terkubur tertelungkup" menggambarkan posisi yang tidak hanya menunjukkan fisik tetapi juga batin, seolah-olah ada beban yang berat menimpa.

Namun, baris ini juga menunjukkan realitas universal kematian: sebuah tempat gelap dan sunyi di mana kehidupan yang ramai berakhir. Dalam kesunyian ini, satu-satunya penghiburan adalah ingatan dan doa dari mereka yang masih hidup.

Makna Filosofis di Balik Puisi

Puisi "Tulisan Nama di Batu" adalah puisi yang penuh dengan renungan filosofis tentang kehidupan dan kematian. Dalam empat baris pendek, Darwanto berhasil menggambarkan perjalanan manusia dari kehidupan menuju kematian, serta keinginan untuk tetap dikenang setelah tiada.

Nama yang tertulis di batu tidak hanya menjadi simbol dari keabadian, tetapi juga menjadi pengingat bagi yang masih hidup untuk menghargai setiap momen kehidupan. Batu yang dingin dan gelap adalah tempat terakhir bagi tubuh manusia, tetapi nama di atasnya adalah simbol dari perjalanan jiwa yang mungkin terus hidup dalam ingatan orang lain.

Relevansi dengan Kehidupan Modern

Puisi ini juga relevan dalam kehidupan modern di mana manusia sering kali terlalu sibuk untuk menghargai kehadiran orang lain sebelum mereka pergi. Banyak orang baru menyadari pentingnya seseorang setelah mereka telah tiada, dan puisi ini mengingatkan kita untuk memberikan “cahaya hidup” kepada orang-orang yang kita kasihi, bukan hanya setelah mereka pergi, tetapi saat mereka masih ada.

Puisi "Tulisan Nama di Batu" karya Darwanto adalah sajak pendek namun penuh makna yang mengajarkan kita tentang pentingnya mengenang dan dihormati. Melalui simbol batu nisan dan nama yang tertulis di atasnya, puisi ini menghadirkan renungan mendalam tentang keinginan manusia untuk tetap hidup dalam kenangan orang lain.

Penyair mengajak pembaca untuk tidak melupakan mereka yang telah pergi, serta merenungkan makna kehidupan dan keabadian. Karya ini adalah pengingat bahwa meskipun tubuh fisik kita suatu hari akan terkubur dan hilang, nama dan kenangan kita dapat terus hidup jika diiringi dengan doa, cinta, dan penghormatan.

Puisi Darwanto
Puisi: Tulisan Nama di Batu
Karya: Darwanto

Biodata Darwanto:
  • Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.