Puisi: Tentang Harapan (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Tentang Harapan" karya Gunoto Saparie menyoroti pentingnya optimisme, pengorbanan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.
Tentang Harapan

barangkali masih ada harapan
ketika bencana berulang lagi
dari hari ke minggu dan bulan
barangkali ada yang harus pergi

barangkali masih ada cita-cita
saat banjir menggenang tinggi
saat rumah-rumah rusak tak terkira
jaringan telepon kehilangan fungsi

barangkali masih ada asa
ketika pohon-pohon bertumbangan
dan daun-daun kering berguguran
barangkali masih ada kata-kata

barangkali masih ada doa
ketika syair kehilangan maknanya
ketika cericit anak-anak burung entah di mana
meski kini hanya ada kabut, hanya hampa

2021

Analisis Puisi:

Puisi "Tentang Harapan" karya Gunoto Saparie mengeksplorasi tema harapan dalam menghadapi bencana dan keadaan sulit. Puisi ini menyoroti kekuatan harapan dalam mengatasi tantangan dan kegagalan.

Harapan di Tengah Bencana: Puisi ini menggambarkan keberadaan harapan bahkan di tengah-tengah bencana dan kesulitan. Meskipun bencana berulang dan merusak, ada keyakinan bahwa harapan masih ada. Ini mencerminkan optimisme dan kekuatan manusia untuk tetap bertahan meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit.

Ketidakpastian dan Kerugian: Puisi ini juga menyiratkan ketidakpastian dan kerugian yang dihadapi oleh masyarakat dalam menghadapi bencana. Rumah-rumah rusak, jaringan telepon terputus, dan pohon-pohon tumbang menggambarkan kehancuran fisik dan material yang terjadi akibat bencana.

Pengorbanan dan Keberanian: Meskipun menghadapi tantangan yang besar, puisi ini mencerminkan semangat pengorbanan dan keberanian dalam menghadapi situasi sulit. Ada upaya untuk tetap berharap, mencita-citakan masa depan yang lebih baik, dan tetap berdoa meskipun segala sesuatu terasa hampa.

Kekuatan Kata-Kata dan Doa: Puisi ini menekankan pentingnya kata-kata dan doa sebagai sumber harapan dan kekuatan dalam mengatasi kesulitan. Meskipun syair kehilangan maknanya dan suasana menjadi hampa, doa masih dianggap sebagai alat untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan.

Puisi "Tentang Harapan" adalah sebuah refleksi tentang kekuatan manusia untuk tetap berharap dan bertahan meskipun dihadapkan pada bencana dan kesulitan. Melalui penggambaran ketidakpastian dan kerugian, puisi ini menyoroti pentingnya optimisme, pengorbanan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup. Harapan, cita-cita, dan doa dianggap sebagai sumber kekuatan yang memungkinkan manusia untuk tetap maju meskipun dalam kondisi sulit.

Gunoto Saparie
Puisi: Tentang Harapan
Karya: Gunoto Saparie


Biodata Gunoto Saparie:

Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah. Selain itu, di tengah kesibukannya menulis, ia kadang diundang untuk membaca puisi, menjadi juri lomba kesenian, pemakalah atau pembicara pada berbagai forum kesastraan dan kebahasaan, dan mengikuti sejumlah pertemuan sastrawan di Indonesia dan luar negeri.
© Sepenuhnya. All rights reserved.