Puisi: Tanjung Isuy (Karya Korrie Layun Rampan)

Puisi "Tanjung Isuy" karya Korrie Layun Rampan merayakan kekayaan budaya, alam, dan tradisi lokal sambil mengeksplorasi dampak modernisasi dan ....

Tanjung Isuy

        Doyo yang kemarin telah dikirim ke Roma. Kau mau ke Jakarta?
Membawa akar bahar dan segantang minyak bintang? Kau mau
mendirikan rumah dukun? Menjadikan ramuan ramuan nenek-moyang
komoditas berharga di zaman merdeka?

        Cucilah doyo dengan air bersih. Dengan kelarak yang tidak
merusak warna. Jangan cuci dengan deterjen. Kain tenunan asli itu
akan segera kehilangan cahaya. Lihat buatan jari-jemari perempuan
yang mengandalkan kerajinan. Indahnya hasil tangan-tangan cekatan.

        Lamin segera menggelar pesta tahunan untuk memanggil
wisatawan dalam dan luar negeri. Bukankah Kakah Basa sudah belajar
bahasa Belanda. Itak Misis sudah mahir bahasa Inggris. Ada yang
menguasai bahasa Perancis dan bahasa Jerman. Banyak yang nyerocos
bahasa Cina dan Korea.

        Apa yang kurang?

        Barang-barang siap dipajang. Kerajinan kiang dan berangka.
Wase dan manau siap dengan tajau yang berisi air penyambut tamu.
Ulap doyo disampiri pada rampa lama. Warnanya menyala di dalam
tenunan benang asli.

        Tangga tinggi sudah menanti. Alau licin bersih berkilau. Tak akan
Ada turis jatuh ke tepi waktu. Tak akan ada barang asalan dipajang tak
Bermutu. Semuanya teruji oleh ahli.
Pelabuhan lama telah menyiapkan kapal dan perahu. Dongku dan
gagak menunggu. Bahkan burung hantu ada di situ. Menanti bus mini
yang dulu?

        Ada tarian bermacam ragam. Gantar dan tari belietn. Ada sentiu
dan ngelele. Ada ucapan selamat datang. Poet-paper penyambut
rezeki di balai-balai pagi. Adat berserikat rekat. Ada oles di dahi. Oles
pupur merah kuning. Telur ayam mendinginkan panas matahari.
Mendinginkan zaman!

        Turis telah datang?
        Telah pergi?
        Di mana pagi?
        Di mana matahari?
        Lagu-lagu rijoq melela ke mana-mana!

Samarinda, 11/9/2013

Sumber: Dayak! Dayak! Di manakah Kamu? (2014)

Catatan:
  1. Doyo = nama serat dan nama bahan tenunan khas etnik Benuaq.
  2. Minyak bintang = minyak yang dipercayai memiliki khasiat penyembuhan, bahkan dipercayai bisa membangkitkan orang yang sudah meninggal dunia.
  3. Kakah = kakek.
  4. Itak = nenek.
  5. Rampa = plafon.
  6. Alau = alat tempat berpegang pada tangga.
  7. Gantar = salah satu bentuk tarian tradisional Dayak Benuaq dan Tonyooi.
  8. Tari belietn = tarian yang mengikuti tata-cara upacara belietn.
  9. Sentiu = salah satu bentuk tarian yang berdasarkan upacara belian sentiu.
  10. Ngelele = salah satu bentuk nyanyian.
  11. Poet-paper = penyambutan tamu dengan menggunakan seberkas dedaunan dan air bunga, agar para tamu mendapat kemaslahatan.
  12. Rijoq = salah satu bentuk lagu tradisional Dayak Benuaq dan Tonyooi.

Analisis Puisi:

Puisi "Tanjung Isuy" karya Korrie Layun Rampan mengangkat tema kekayaan budaya dan keindahan alam yang dimiliki oleh suatu daerah, serta upaya untuk mempertahankan warisan nenek-moyang dalam menghadapi zaman modern.

Ekspresi Kekayaan Budaya dan Alam: Puisi dimulai dengan menyebutkan "Doyo" yang dikirim ke Roma, membawa konotasi akan kekayaan budaya yang dimiliki. "Akar bahar" dan "minyak bintang" merujuk pada warisan alam yang kaya. Penyair menanyakan apakah akan membangun rumah dukun, menandakan keberlanjutan tradisi spiritual di tengah modernitas.

Pentingnya Mempertahankan Tradisi dan Kerajinan: Penyair menekankan pentingnya mempertahankan kerajinan tradisional. Instruksi untuk mencuci "doyo" dengan air bersih dan kelarak, serta larangan menggunakan deterjen, mencerminkan keinginan untuk menjaga keaslian dan keindahan kerajinan tenunan. Keindahan hasil karya tangan perempuan dihargai.

Pesta Tahunan dan Multilingualisme Budaya: Lamin menggelar pesta tahunan untuk menarik wisatawan dengan budaya yang beraneka ragam. Penyebutan Kakah Basa dan Itak Misis yang menguasai berbagai bahasa mencerminkan multilingualisme masyarakat. Puisi mengeksplorasi aspek globalisasi dan modernisasi di tengah budaya lokal.

Pembangunan Infrastruktur dan Keamanan Turis: Terdapat gambaran tangga tinggi dan pelabuhan yang menunjukkan upaya membangun infrastruktur untuk menarik turis. Keselamatan turis ditekankan dengan menyebutkan tangga yang bersih dan kilauan kilauan air. Ini menggambarkan kesejahteraan dan keamanan sebagai daya tarik bagi pengunjung.

Pertanyaan Retoris tentang Kehadiran dan Kepergian: Puisi penuh dengan pertanyaan retoris yang mengeksplorasi tentang keberadaan dan kepergian, serta kemana arah masa depan. Pertanyaan tentang "turis telah datang?" dan "telah pergi?" menciptakan rasa penasaran dan kekhawatiran akan perubahan dan dinamika di Tanjung Isuy.

Puisi Sebagai Ekspresi Nostalgia dan Keinginan: Puisi menciptakan atmosfer nostalgia dengan menyebutkan tarian, ucapan selamat datang, dan pemandangan tradisional. Nostalgia ini diarahkan pada keinginan untuk menjaga keaslian dan keberlanjutan, yang ditunjukkan dengan simbol-simbol seperti telur ayam dan olesan pupur.

Puisi "Tanjung Isuy" karya Korrie Layun Rampan adalah puisi yang merayakan kekayaan budaya, alam, dan tradisi lokal sambil mengeksplorasi dampak modernisasi dan globalisasi. Dengan gaya bahasa yang kaya dan gambaran yang mendalam, penyair menciptakan karya yang mengajak pembaca merenung tentang kompleksitas perubahan dalam kehidupan masyarakat lokal.

Korrie Layun Rampan
Puisi: Tanjung Isuy
Karya: Korrie Layun Rampan

Biodata Korrie Layun Rampan:
  • Korrie Layun Rampan adalah seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, penerjemah), editor, dan kritikus sastra Indonesia berdarah Dayak Benuaq.
  • Korrie Layun Rampan lahir pada tanggal 17 Agustus 1953 di Samarinda, Kalimantan Timur.
  • Korrie Layun Rampan meninggal dunia pada tanggal 19 November 2015 di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.