Sumber: Horison (Januari, 1979)
Analisis Puisi:
Puisi "Tangerang" karya Syahril Latif adalah sebuah gambaran perihal perubahan, kehilangan, serta kesendirian yang diungkapkan melalui sudut pandang pribadi seseorang yang kembali ke tempat yang familiar, tetapi telah mengalami transformasi yang menyedihkan.
Deskripsi Tempat dan Kenangan: Penyair dengan detail deskripsinya menampilkan rumah tua yang pernah megah, namun sekarang terabaikan. Rumah ini merupakan simbol kejayaan yang telah pudar, merepresentasikan perubahan dalam kehidupan. Deskripsi detail ini juga membawa asosiasi dengan gambaran rumah-rumah dalam novel William Faulkner, memberikan nuansa nostalgia serta kontras antara masa lalu yang gemilang dengan masa kini yang terlupakan.
Simbolisme Kehidupan: Penyair juga memperlihatkan simbolisme yang kuat, seperti tanah pekuburan terbengkalai di belakang rumah, yang merupakan representasi dari kehilangan, kesepian, dan keterabaikan. Perbandingan antara rumput yang tak terurus dan angin yang menyapu padang terbuka juga menunjukkan kesunyian dan kekosongan.
Interaksi Manusia dengan Lingkungannya: Puisi ini menciptakan interaksi manusia dengan lingkungannya. Pertemuan dengan teman yang familiar menyoroti perubahan dan kehilangan dalam hidupnya, menggambarkan kesulitan hidup dan kehilangan pekerjaan dengan halus. Penyair merenungkan kehilangan yang belum terungkap pada pertemuan itu, menambahkan lapisan kegelisahan dan kesedihan yang tersembunyi.
Kesedihan yang Tersirat: Puisi ini menggambarkan kesedihan yang tersirat, yang mungkin berkaitan dengan pengalaman traumatis atau kehilangan yang belum diungkap. Hal ini ditunjukkan pada reaksi penyair yang tercekat saat pertanyaan pertemanannya muncul, memberi kesan bahwa ada sesuatu yang belum diungkapkan.
Kesimpulan Reflektif: Puisi berakhir dengan pertanyaan "Astagfirullah, dia belum tahu?" yang memberi kesan bahwa ada rahasia atau kesedihan yang belum terungkap pada penyair, menciptakan ketidakpastian dan ketidakjelasan.
Puisi "Tangerang" karya Syahril Latif membawa pembaca ke dalam pengalaman kesedihan, kehilangan, dan perubahan. Melalui deskripsi rumah tua yang terlupakan, interaksi manusia dengan lingkungannya, serta pertemuan yang memunculkan pertanyaan tak terjawab, puisi ini menggambarkan kesunyian, kekosongan, dan kesedihan yang menghantui dalam kehidupan manusia.