Sinyal
Tak ada sinyal pertama dalam syair.
Rea, kita seperti kepompong
bermetamorfosis menuju ciptaan baru
pada lembaran bumi ini.
Simfoni memperlambat hari.
Dan hari yang tak mau mati mungkin
bersembunyi di balik sinyal hitam dan putih ini.
Atau hari memang tidak ada; hanya
kita adalah sinyal antitamat pada garis waktu.
Hanya garis waktu yang runtuh oleh syair.
Apakah kita adalah kekal? Tanya Rea
ketar-ketir di pelataran rumah.
Terkadang kita ingin meruntuhkan
garis waktu pada sinyal,
Seperti menyalin kembali garis batas lapuk
di antara alfa dan omega bumi ini;
tiada tara.
Hanya syair;
Hanya sinyal,
Mungkin kita
Antitamat!
Maret, 2020
Analisis Puisi:
Puisi "Sinyal" karya Melki Deni adalah sebuah karya yang penuh dengan refleksi filosofis tentang waktu, keberadaan, dan makna kehidupan.
Simbolisme Sinyal: Puisi ini menggunakan simbolisme sinyal untuk merujuk pada keberadaan manusia dalam aliran waktu dan ruang. Sinyal digambarkan sebagai representasi dari keberadaan kita di dunia ini, yang terhubung dengan garis waktu dan perubahan yang terjadi di dalamnya.
Metafora Kepompong: Perbandingan kita dengan kepompong yang mengalami metamorfosis menunjukkan bahwa kita sebagai manusia juga mengalami perubahan dan transformasi. Kepompong adalah simbol dari fase transisi menuju keadaan baru, menyoroti evolusi dan pertumbuhan spiritual atau intelektual.
Konseptualisasi tentang Waktu: Puisi ini menyentuh konsep tentang waktu dengan cara yang mendalam. Waktu dijelaskan sebagai entitas yang kompleks dan sering kali tidak terlihat, tetapi memiliki pengaruh yang besar terhadap keberadaan manusia. Pertanyaan tentang apakah waktu itu kekal atau tidak menggugah refleksi tentang sifat keabadian dan ketidakpastian dalam kehidupan.
Garis Waktu dan Syair: Garis waktu dan syair disajikan sebagai dua elemen yang saling berhubungan. Syair, dengan kekuatannya untuk meruntuhkan garis waktu yang ada, dianggap sebagai wadah untuk eksplorasi spiritual dan filosofis yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
Penafsiran Antitamat: Konsep "antitamat" yang disebutkan dalam puisi membingungkan dan merangsang imajinasi. Ini mengacu pada ide bahwa manusia, melalui syair dan keberadaannya dalam aliran waktu, mungkin memiliki pengaruh yang berlawanan dengan sifat transien dan terbatas dari waktu itu sendiri.
Puisi "Sinyal" adalah sebuah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang makna waktu, keberadaan, dan eksistensi manusia dalam alam semesta. Melalui penggunaan simbolisme dan metafora, Melki Deni menghadirkan suatu meditasi tentang esensi kehidupan dan hubungannya dengan aliran waktu yang tak terelakkan.
Puisi: Sinyal
Karya: Melki Deni
Biodata Melki Deni:
- Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
- Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
- Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).