Puisi: Seremoni (Karya Umbu Landu Paranggi)

Puisi “Seremoni” karya Umbu Landu Paranggi mengingatkan kita bahwa melalui proses penggalian diri dan kreativitas, manusia dapat menemukan ...
Seremoni

dengan mata pena kugali-gali seluruh diriku
dengan helai-helai kertas kututup nganga luka-lukaku
kupancing udara di dalam dengan angin di tanganku
begitulah, kutulis nyawa-Mu senyawa dengan nyawaku

Sumber: Bali Post, 1978

Analisis Puisi:

Puisi “Seremoni” karya Umbu Landu Paranggi adalah salah satu karya yang memancarkan kedalaman emosional dan spiritualitas. Dalam puisi ini, Umbu menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan proses introspeksi, pengungkapan luka batin, serta hubungan spiritual antara manusia dan Sang Pencipta. Karya ini tidak hanya menghadirkan keindahan bahasa, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan makna hidup dan perjalanan batin manusia.

Introspeksi dan Penggalian Diri

Puisi dimulai dengan baris:

dengan mata pena kugali-gali seluruh diriku

Baris ini secara simbolis menggambarkan proses introspeksi yang mendalam. "Mata pena" menjadi metafora alat eksplorasi batin, sedangkan tindakan "menggali" mencerminkan upaya untuk memahami diri sendiri, termasuk kekurangan, luka, dan emosi terdalam. Umbu menggambarkan bahwa penggalian diri ini adalah proses yang tidak selalu mudah, tetapi esensial untuk menemukan makna sejati kehidupan.

Luka dan Penyembuhan

Luka menjadi simbol yang dominan dalam puisi ini:

dengan helai-helai kertas kututup nganga luka-lukaku

Frasa ini menggambarkan luka-luka batin yang manusia alami selama hidup. "Helai-helai kertas" merujuk pada tulisan atau karya seni sebagai cara untuk menyembuhkan luka tersebut. Puisi ini menunjukkan bahwa menulis atau menciptakan adalah salah satu bentuk terapi emosional, yang dapat membantu manusia mengatasi rasa sakit dan menemukan kedamaian.

Hubungan dengan Sang Pencipta

Elemen spiritualitas menjadi pusat dalam baris:

kutulis nyawa-Mu senyawa dengan nyawaku

Baris ini menunjukkan bahwa dalam introspeksi dan proses penyembuhan, manusia menemukan hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Umbu menyiratkan bahwa nyawa manusia tidak terpisahkan dari Sang Pencipta, menggambarkan kesatuan yang sakral antara manusia dan Tuhan.

Keabadian Karya dan Jiwa

Puisi ini juga membahas bagaimana karya seni menjadi abadi:

kupancing udara di dalam dengan angin di tanganku

"Udara" dan "angin" menjadi simbol kehidupan dan inspirasi, yang diolah melalui tindakan kreatif. Umbu menegaskan bahwa melalui karya seni, manusia dapat mengabadikan dirinya, bahkan ketika kehidupan fisiknya berakhir.

Gaya Bahasa dan Teknik Sastra

Puisi ini sarat dengan metafora dan simbolisme, menciptakan nuansa yang puitis dan reflektif. Beberapa teknik sastra yang menonjol meliputi:
  1. Metafora Mendalam: Metafora seperti "mata pena," "helai-helai kertas," dan "nyawa-Mu senyawa dengan nyawaku" memberikan kekayaan visual dan emosional. Setiap metafora mengandung lapisan makna yang mengundang pembaca untuk merenung.
  2. Pengulangan: Umbu sering menggunakan pengulangan untuk memberikan tekanan emosional dan menciptakan ritme yang khas, seperti terlihat dalam pola-pola kalimat yang berulang pada awal setiap baris.
  3. Kontras Simbolis: Puisi ini menggabungkan elemen yang kontras, seperti luka dan penyembuhan, atau manusia dan Tuhan, untuk menunjukkan dualitas dalam kehidupan.

Pesan Moral dalam Puisi

  1. Pentingnya Introspeksi: Umbu mengingatkan pembaca bahwa memahami diri sendiri adalah langkah pertama menuju kedamaian batin. Melalui introspeksi, manusia dapat menghadapi luka dan kekurangannya dengan lebih bijak.
  2. Menulis Sebagai Penyembuhan: Puisi ini menyoroti kekuatan menulis sebagai alat penyembuhan. Dengan menuangkan emosi ke dalam tulisan, manusia dapat meredakan rasa sakit dan menemukan kembali makna hidup.
  3. Kesatuan dengan Tuhan: Puisi ini menegaskan bahwa manusia tidak pernah sendiri. Dalam pencariannya, manusia selalu memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan, yang menjadi sumber kekuatan dan inspirasi.
  4. Karya Sebagai Warisan Abadi: Umbu menunjukkan bahwa seni dan tulisan adalah cara manusia meninggalkan jejak abadi. Dalam proses kreatif, manusia dapat mengatasi kefanaan dan menciptakan sesuatu yang akan dikenang.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Puisi ini sangat relevan di era modern, di mana banyak individu bergulat dengan tekanan emosional, eksistensial, dan spiritual. Pesan tentang introspeksi dan penyembuhan melalui seni menjadi pengingat penting bahwa manusia memiliki alat untuk menghadapi tantangan hidup.

Puisi “Seremoni” karya Umbu Landu Paranggi adalah karya yang menyentuh, menggambarkan perjalanan batin manusia melalui introspeksi, penyembuhan, dan spiritualitas. Dengan gaya bahasa yang puitis dan metafora yang mendalam, Umbu menciptakan puisi yang tidak hanya indah secara estetis tetapi juga penuh makna.

Puisi ini mengingatkan kita bahwa melalui proses penggalian diri dan kreativitas, manusia dapat menemukan kedamaian dan memahami hubungan yang mendalam dengan Tuhan. “Seremoni” adalah bukti keabadian seni sebagai cerminan jiwa manusia.

Umbu Landu Paranggi dan Emha Ainun Nadjib
Puisi: Seremoni
Karya: Umbu Landu Paranggi

Biodata Umbu Landu Paranggi:
  • Umbu Landu Paranggi lahir pada tanggal 10 Agustus 1943 di Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur.
  • Umbu Landu Paranggi meninggal dunia pada tanggal 6 April 2021, pukul 03.55 WITA, di RS Bali Mandara.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.